9. Sang Pahlawan

284 46 3
                                    

Keesokan paginya, Mijeong terbangun dengan mata yang masih sembab namun hati yang sedikit lebih tenang. Ia merasakan hangatnya sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela kamar, memberikan semangat baru untuk memulai hari.

Di luar, Gangtae sudah menunggu di depan rumahnya dengan senyum hangat. Ketika Mijeong keluar, Gangtae menyapanya dengan penuh perhatian. “Bagaimana perasaanmu pagi ini, Yeom Mijeong?”

Mijeong mengangguk pelan. “Aku merasa lebih baik. Terima kasih sudah selalu ada untukku, Gangtae-ssi.”

Gangtae tersenyum. “Aku senang mendengarnya. Hari ini, kita akan bekerja di ladang bersama. Semuanya akan baik-baik saja.”

Mereka berjalan bersama menuju ladang, merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam kebersamaan mereka. Sesampainya di ladang, warga desa sudah mulai bekerja, memberikan dukungan kepada Gangtae dan Mijeong dengan semangat yang tak tergoyahkan.

Hari itu berjalan dengan cepat. Mereka bekerja keras, saling mendukung, dan menikmati kebersamaan. Namun, di balik senyum dan tawa, Mijeong masih menyimpan rasa cemas tentang mantan pacarnya yang mungkin kembali mengganggu.

Saat sore menjelang, Gangtae mengajak Mijeong duduk di bawah pohon besar di tepi ladang. Mereka menikmati keindahan matahari terbenam, merasakan kedamaian yang perlahan menyelimuti.

“Yeom Mijeong, ada yang ingin aku bicarakan,” kata Gangtae dengan suara lembut.

Mijeong menoleh, menatap Gangtae dengan penuh perhatian. “Apa itu, Gangtae-ssi?”

Gangtae menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak kecil yang terlihat sederhana namun berarti. “Ini... mungkin tidak seberapa, tapi aku ingin kau tahu betapa berharganya dirimu bagiku.”

Mijeong terkejut dan penasaran. “Apa ini, Gangtae-ssi?”

Gangtae membuka kotak itu, memperlihatkan sebuah cincin sederhana. “Aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku sangat serius dengan perasaanku. Aku ingin kita bersama, melewati semua ini dan membangun masa depan yang lebih baik.”

Mijeong merasa haru dan terharu. Air matanya kembali mengalir, namun kali ini karena kebahagiaan. “Gangtae-ssi, aku... aku juga merasakan hal yang sama. Aku ingin bersamamu.”

Gangtae tersenyum, lalu mengenakan cincin itu di jari Mijeong. “Kita akan melalui ini bersama. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu.”

Mijeong mengangguk, merasakan kebahagiaan yang mendalam. “Terima kasih, Gangtae-ssi. Aku sangat beruntung memilikimu.”

Mereka berdua saling berpelukan, menikmati momen kebersamaan yang penuh makna itu. Sementara itu, di kejauhan, matahari terbenam perlahan, menutup hari dengan keindahan yang menenangkan.

Malam tiba, dan Mijeong kembali ke rumah dengan perasaan lebih tenang. Namun, ketika ia membuka pintu, ia mendapati rumahnya berantakan. Pintu belakang terbuka lebar, dan jelas seseorang telah masuk dengan paksa.

Gangtae yang saat itu mengantarnya pulang, segera masuk dan memeriksa rumah. “Yeom Mijeong, kau tetap di sini. Aku akan melihat ke dalam.”

Mijeong gemetar ketakutan, mencoba mengumpulkan keberaniannya. “Apa yang terjadi, Gangtae-ssi?”

Gangtae kembali dengan wajah tegang. “Sepertinya seseorang telah masuk dan mencari sesuatu. Kita harus melaporkan ini ke polisi.”

Mijeong mengangguk, mencoba menahan air matanya. “Kenapa ini semua terjadi pada? Apa yang mereka inginkan?”

Besoknya, polisi datang dan memeriksa tempat kejadian. Mereka menemukan petunjuk yang mengarah pada mantan pacar Mijeong, yang ternyata berhasil melarikan diri dari penahanan sementara.

✅Notes Of Diary | Kim Soohyun Kim Jiwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang