3

77 8 2
                                    

Shikamaru sibuk mengecek kesiapan acara pagi ini, memastikan tidak ada yang terlewat agar acara bisa berjalan sesuai ekspektasi. "Bagaimana, apakah sudah tiba?"

Chouji sebagai seksi konsumsi menjawab. "Sebentar lagi, mereka sudah diperjalanan"

"Sudah ditambah 20 boks sesuai permintaanmu" Lee menambahi.

Shikamaru mengangguk. "Oke, terimakasih". Pria berkucir nanas itu pergi, mengecek bagian yang lain.

...

Hinata menata proyektor di depan, menyiapkan materi. Memeriksa slide demi slide bahan orasi. "Oke, selesai". Gadis indigo itu berlalu ke bagian MC dan operator, menyerahkan beberapa kertas. "Ini untukmu, jangan gugup". Ia menepuk pundak MC itu pelan.

Neji berdecih, sepupunya itu sungguh menjengkelkan. Hey, dia adalah MC dan Host handal, berpengalaman disetiap event selama 2 tahun. Bukankah seharusnya kemampuannya tidak bisa diragukan lagi?

"Aku tidak butuh kertasmu itu, Hinata"

Hinata mendelik. "Sombong sekali anda"

Neji mengamati wajah Hinata. "kau belum selesai makeup ya? eye linnermu baru sebelah tuh"

Hinata kembali mendelik, buru-buru mengambil hp di saku jasnya, berkaca. Sudah benar, semua makeupnya sempurna. "Sialan kau, neji". Hinata berusaha memukuli neji dengan kertas yang ia bawa.

Neji terbahak melihat Hinata, pukulan sepupunya itu tidak berasa apa-apa. Perutnya sakit puas mengerjai sepupunya itu.

...

Hinata keliling ruangan, mencari tambahan kursi jika sewaktu-waktu dibutuhkan lagi. Sebenarnya panitia sudah menyediakan kursi lebih, namun habis. Beberapa dari tamu undangan membawa serta istri dan anaknya. Pada akhirnya panitia mengalah, duduk lesehan di belakang.

Hinata masuk ruang club basket, terlihat pemuda pirang tengah tidur seorang diri, menggunakan lengannya untuk menutup mata. Gadis itu menghela nafas, pangeran kampus itu memang terkenal bandel, contohnya seperti sekarang.

Hinata menepuk lengan Naruto pelan, membuat pemuda itu terbangun dengan kesadaran yang belum sempurna. "Kau tidak ikut berpartisipasi?"

Naruto mengamati gadis itu, hah ternyata anggota BEM. "Tidak minat"

Hinata mengerutkan alisnya. "Ada absensi, kau akan terkena poin jika meninggalkan acara wajib"

"Aku tidak peduli, kakak BEM yang terhormat" Naruto kembali menyamankan posisi berbaringnya, bersiap tidur lagi.

Hinata menghembuskan nafas panjangnya. "Terserahlah, tapi sekarang aku butuh bantuan"

...

Berat hati Naruto mengiyakan gadis itu. Dia sungguh mengantuk pagi ini, tidak minat mengikuti kegiatan apapun, tapi ceramah gadis indigo itu membuatnya muak. Dia harus menuruti agar gadis itu diam.

Kau setidaknya ikut andil di setiap acara, Naruto, atau kau mau aku melaporkan pada kakashi sensei untuk membubarkan club basketmu itu. Ketua club harus memberi contoh yang baik. Dan masih banyak lagi sampai telinga Naruto sakit. Kenapa semua perempuan sangat berisik?

Naruto memanggul tumpukan kursi, membawanya ke aula sesuai perintah Hinata. Banyak pasang mata memerhatikannya. Mereka menganggap kalau ketua club basket itu tidak hanya tampan tapi juga perkasa, minus kepribadian yang sedikit acak-acakan.

Kiba tertawa dibalik sound sistem, melihat Naruto yang mau diperintah adalah suatu hal yang langka. "wah jadi kuli dadakan?"

Naruto tidak menjawab. Dia menatap Hinata malas. "sudah kan? Jangan ganggu aku"

Hinata tersenyum lebar, akhirnya dia tidak menguras tenaga membawa kursi-kursi itu. "Oke, terimakasih Naruto". Gadis itu menuju meja konsumsi, mengambil satu boks dan diberikan pada Naruto. "Ini untukmu"

Naruto meneima boks itu tanpa mengatakan apapun, meninggalkan aula berniat melanjutkan tidur yang sempat tertunda. "Hahh.. aku tidak jadi mengantuk, dasar gadis sialan" gumamnya.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Miracle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang