🎬
"It's not easy for me after what you did to me, Ji. I can't even think that you still love me. You cheated on me dan aku liat dengan mataku sendiri"
Minji masih ingat dengan baik bagaimana mata itu penuh luka saat menatap dirinya untuk terakhir kali, masih tersimpan dengan baik di kepalanya setiap kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Hanni tanpa sanggup ia sanggah. Perpisahan yang tidak pernah Minji inginkan sedikitpun terjadi pada hubungannya dengan Hanni yang sudah berjalan lima tahun saat itu.
"Hi"
Dan mata kecil itu masih sama indahnya setelah bertahun-tahun menghilang dari pandangan Minji.
"Hi, it's been so long"
Hanni tersenyum saat mata mereka bertemu. Ia tidak pernah berpikir akan bertemu Minji lagi setelah meniggalkan tempat asalnya beberapa tahun yang lalu, namun rupanya semesta punya caranya sendiri untuk mempertemukan mereka kembali.
"Aku ga nyangka bakal ketemu kamu di sini"
Hanni melanjutkan percakapan mereka setelah melihat kegugupan menguasai diri Minji cukup jelas.
"Ah-iya. Aku baru beberapa bulan tinggal di sini"
Minji merutuki dirinya setelah sadar seharusnya ia tidak membicarakan hal-hal yang tidak penting atau hal-hal yang bersifat pribadi mengenai dirinya, mungkin saja wanita di depannya sekarang masih membencinya.
"Oh ya? Sejak kapan?"
Tapi sepertinya Hanni cukup tertarik.
"Sudah sekitar empat bulanan. Kalau kamu sudah berapa lama tinggal disini?"
Minji cukup ragu dengan pertanyaannya. Ia melirik untuk melihat eskpresi Hanni takut kalau pertanyaannya membuat Hanni tidak nyaman atau terlalu pribadi untuk dipertanyakan. Namun saat melihat senyum yang diberikan padanya, Minji merasa cukup lega.
"Sejak waktu itu-" Kalimat Hanni menggantung, membuat Minji kembali menatap mata lembut di depannya.
"Waktu aku mutusin buat ninggalin semuanya, termasuk semua tentang kamu. Sudah berapa lama ya, sudah delapan tahun"
Minji tidak menduga Hanni akan menyinggung tentang masa lalu mereka, ia kira Hanni sudah mengubur semuanya atau sudah melupakan semua hal yan pernah terjadi di masa lalu sehingga mau duduk berhadapan dengannya saat beberapa waktu lalu tidak sengaja bahu keduanya bertabrakan.
Lidah Minji terasa berat untuk kembali melanjutkan percakapan. Berpikir dengan keras untuk memilih kalimat apa yang yang harus ia ucapkan tanpa membuat keadaan semakin canggung.
Delapan tahun tidak cukup lama untuk membuat Hanni melupakan tentang Minji, termasuk kebiasaan wanita itu saat mulai merasa gugup. Wanita itu akan memainkan jarinya saat gugup mulai ia rasakan. Minji mungkin tersenyum, namun Hanni mengingat dengan baik kebiasaan itu.