Kalau ada salah dalam penulisan atau penggunaan kata kalian bisa tandai dengan komentar, ya.
Happy reading!
•••••
Sapaan antusias juga pekikan ringan menjadi pengiring langkah seorang Heraya Callista yang memiliki tujuan untuk bertandang ke ruang seni. Tidak luput juga sapaan mereka terbalaskan oleh si cantik, seolah membenarkan fakta yang simpang-siur mengenai sisi social butterfly-nya. Putri semata wayang dari pasangan penyanyi dan model terkenal itu pun populer berkat perangainya yang kelewat ramah. Tak ayal banyak yang patah hati karena salah mengartikan perlakuan Hera kepada mereka.
"Hai kakak cantik, mau ke mana Kak?"
Hera harus menghentikan langkahnya karena ada salah satu adik kelas yang menyapanya.
"Mau ke ruang seni, San. Mau ngumpul bentar sama anak paduan suara," jawab Hera.
Pemuda bernama Sandi itu mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Sandi ini salah satu pemuda yang secara terang-terangan menunjukkan rasa suka berlebihnya kepada Hera, tapi lagi dan lagi Hera hanya menanggapi sebagaimana dirinya, meskipun ia tahu Sandi memiliki ketertarikan terhadapnya.
"Kak Hera udah sarapan?" tanya Sandi.
"Udah kok tadi. Maaf banget ya San, gue harus ke ruang seni sekarang. Udah ditunggu soalnya," ucap Hera tak enak.
"Oh iya, nggak papa kok Kak. Silakan kalau gitu..."
Sandi akhirnya menyingkir dari hadapan Hera dan memberi jalan kepada sang pujaan hati. Persendian Sandi mendadak tidak berfungsi setelah melihat senyuman manis dan mendengar suara lembut Hera yang menggumamkan kalimat terima kasih.
Tolong jangan beritahu Sandi bagaimana caranya berhenti jatuh cinta pada sosok Hera.
Sesampainya di ruang seni Hera sudah disambut oleh beberapa teman dan adik kelas satu ekstrakurikulernya.
"Akhirnya tuan putri terhormat dateng juga. Udah selesai tebar pesona sama murid barunya?" sindir salah satu di antara mereka.
Jika saja yang berada di posisi Hera saat ini adalah Renata atau Yasmin, pasti gadis bernama Anin itu sudah habis dimakan kedua sahabatnya. Hera sendiri memilih untuk menipiskan bibir dan mendudukkan tubuhnya di kursi yang tersedia.
"Nin," tegur Joana.
Anin memutar bola matanya jengah.
"Sorry tadi gue ada urusan sama Renata," ujar Hera pelan.
"Nggak papa kok, Ra. Masih banyak yang belum dateng juga," kata Joana. Gadis itu tersenyum ke arah Hera, membuat Hera merasa sedikit tenang. "Kita bahas dikit-dikit aja deh, ya, sambil nunggu yang lain."
Mereka semua mengangguk, menyetujui usulan Joana. Yang menjadi topik pembahasan kali ini adalah perihal perlombaan yang akan diadakan bulan depan. Mereka sedang menentukan kiranya siapa saja yang akan berpartisipasi. Hera kembali terpilih dan itu mengundang raut tak terima dari wajah gadis bernama Anin.
"Emangnya nggak bisa ganti orang lain apa, Na? Tahun lalu Hera juga udah ikut lomba 'kan?"
"Gue udah berusaha adil kok, Nin, tapi buat perlombaan kali ini kita bener-bener butuh Hera," jelas Joana, mencoba untuk memberi Anin pengertian.
Anin tertawa sinis ke arah Hera. Yang ditatap tidak memberikan ekspresi apapun, memantik emosi di dalam diri Anin semakin naik ke permukaan.
"Berarti yang lain nggak penting, 'kan? Kalau gitu kenapa kita nggak pake surat kuasa papinya Hera aja? Dengan gitu nggak peduli suara kita bagus atau nggak, kita bakal tetep menang. Bener 'kan, Ra?" sindir Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPAT SERANGKAI [NoRen, MarkMin, YukHae, JiChen Story]
Teen FictionSetiap tempat pasti punya ciri khas yang identik dengan tempat itu sendiri. Sama seperti SMA Neo City, salah satu SMA swasta yang populer di Jakarta. Mungkin sekolah itu sudah populer karena alumninya banyak yang diterima di universitas favorit di d...