Kalau ada salah dalam penulisan atau penggunaan kata kalian bisa tandai dengan komentar, ya.
Happy reading!
•••••
Langit pagi ini terlihat begitu cerah, sama seperti suasana hati gadis Gemini yang sejak tadi tidak melunturkan senyumannya. Alasannya karena semalam ayahnya baru saja membelikan album idola yang ia gemari. Pagi ini juga ayahnya langsung yang mengantarnya ke sekolah.
"Udah ya, Papi berangkat sekarang?"
Hera menganggukkan kepalanya dan mencium pipi sang ayah.
"Hera sekolah dulu ya, Pi."
"Semangat belajarnya ya, sayang," ujar John.
Hera kembali menganggukkan kepalanya sebelum keluar dari dalam mobil. Gadis itu melambaikan tangannya sembari mengamati mobil sang ayah yang mulai keluar dari area sekolah.
Lambaian tangannya melemah saat netranya teralihkan oleh dua objek yang sangat ia kenali.
"Yasmin sama Mahen?"
Hera masih tidak beranjak dan memilih untuk mengamati keduanya. Hera melihat semuanya, bagaimana Mahen membantu Yasmin untuk turun dari motor, dan melepaskan helm dari kepala Yasmin. Semua perlakuan yang Yasmin terima pernah ada di dalam angan-angan Hera, bahkan sampai saat ini pun masih tersemat kehadirannya. Ia menundukkan kepalanya, menyunggingkan senyuman miris untuk dirinya sendiri.
Selama ini, dirinya tidak pernah tertangkap radar kepekaan Mahen. Kalah akan eksistensi sahabatnya yang jauh lebih menarik dibanding dirinya.
Hera mengatur napasnya kembali, memasang tabir di bawah matanya untuk menahan butiran dari bentuk rasa sakitnya. Ia akan berpura-pura seolah tidak menyadari keberadaan Yasmin dan Mahen. Dengan langkah pasti, Hera berjalan melewati keduanya menuju kelasnya sendiri. Seperti biasa, Hera membalas semua sapaan murid yang menyapanya. Tersenyum sebaik mungkin, sampai tidak ada yang menyadari jika itu hanyalah senyuman dari topeng yang menempel di wajah cantiknya.
Sesampainya di kelas, Hera langsung bertukar tatap dengan Renata yang kini mengangkat alisnya bingung karena melihat Hera hanya diam di ambang pintu. Tatapan Renata membuat pertahan Hera yang sejak tadi dibangun runtuh begitu saja. Hera berjalan ke arah Renata dengan bibir mencebik lucu.
"Kenapa, Ra?" tanya Renata.
Bukannya menjawab, Hera malah memeluk tubuh Renata dan menumpahkan tangisannya.
"Eh? Lo kenapa?"
Renata melirik ke arah Noah yang duduk di sampingnya.
"Minggir."
"Apa?"
"Minggir Noah, bangun dulu," perintah Renata.
Noah menurut meskipun decakan tetap keluar dari mulutnya. Renata segera berpindah duduk ke kursi milik Noah, dan membiarkan Hera menduduki kursi miliknya.
"Lo kenapa, Ra? Ada yang jahatin lo?" tanya Renata lagi.
"Hera liat Mahen berangkat bareng Yasmin," sahut Lukas yang baru saja masuk ke dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPAT SERANGKAI [NoRen, MarkMin, YukHae, JiChen Story]
Novela JuvenilSetiap tempat pasti punya ciri khas yang identik dengan tempat itu sendiri. Sama seperti SMA Neo City, salah satu SMA swasta yang populer di Jakarta. Mungkin sekolah itu sudah populer karena alumninya banyak yang diterima di universitas favorit di d...