14

3.8K 457 119
                                    

"Kamu mau ikut?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu mau ikut?"

Jay cepat-cepat menggeleng. Sekarang saja dia sudah lemas menunggu hasil tes, apalagi kalau dia ikut.

Dua minggu dengan cepat berlalu. Heeseung dan Jay bertingkah seolah tak terjadi apa-apa di depan Jungwon, berlagak semuanya baik-baik saja di hadapan si kecil.

Pagi ini rasanya Jay cuma mau berbaring di kasur dan melamun. Sejak semalam dia gelisah total mengingat hari ini Chaeri akan memeriksakan kandungannya.

Heeseung juga sama gugupnya. Entah ke mana rasa percaya dirinya sebulan lalu yang berkata bahwa anak Chaeri bukanlah anaknya.

Heeseung memutar-mutar kunci mobil di jarinya. Jam terus berdetik, mengingatkan bahwa janji temu dengan dokter sudah ditetapkan.

"Sini" Heeseung membawa Jay ke dalam pelukan. Si manis cuma diam, tak membalas tapi juga tak menolak dekapan tersebut.

"Percaya sama aku, bisa kan?"

Jay mendongak dengan tatapan kosong. Dia berusaha keras mendapatkan lagi rasa percayanya pada sang suami.

"Apapun hasilnya, tolong langsung kasih tau aku" bisik Jay pelan, "Biar kalau itu positif anak kamu, aku bisa langsung pergi"

"Jongseong!" Heeseung tersentak. Alisnya mengerut kesal dengan perkataan pasangan hidupnya, "Kamu gak akan pergi"

Jay mendengus dan menjauhkan diri dari pelukan Heeseung. Pria itu mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tengah, merasa lelah dengan beban tambahan di perut yang makin membesar.

"Jungwon mimpi aku pergi—- lagi. Udah lima kali dalam dua minggu ini Wonie nangis dan bilang kalau aku ninggalin kalian" Jay menundukkan kepala.

"Menurut kamu itu pertanda apa? Aku udah siap kalau memang itu anak kamu, aku udah siap buat pergi dari sini"

Pagi ini, si kecil Jungwon kembali tersandung-sandung berlari ke kamar Miminya. Dia memeluk Jay erat dan menangis berkata bahwa Mimi pergi meninggalkannya.

Bunga tidur Jungwon yang entah bagaimana terus terulang selama dua minggu terakhir turut menghantui pikiran Jay. Semua kemungkinan buruk terbersit di otaknya dengan cepat.

"Jongseong" Heeseung duduk bersimpuh di karpet, membawa jemari Jay ke dalam sebuah genggaman erat, "Percaya sama aku, please?"

•••

Jay duduk melamun di atas sofa. Suara televisi yang tampilkan berita terkini sama sekali tak berhasul mendapat atensinya.

Tangannya saling bertaut, meremat gelisah. Baru sepuluh menit yang lalu Heeseung mengecup keningnya dan berlalu pergi.

Jay tau persis ke mana suaminya. Menjemput Chaeri lalu melakukan tes dna pada bayi mereka... oh, yang itu belum diketahui kebenaranya.

Lelaki itu mendengus pelan. Melamun sendirian di rumah seperti ini membuat pikirannya semakin negatif.

Strange || HeejayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang