11

17 9 0
                                    

Selamat membaca chapter 11🌷

Veronica terbangun pukul enam pagi, merasakan kehangatan tubuh Julian yang masih memeluknya erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Veronica terbangun pukul enam pagi, merasakan kehangatan tubuh Julian yang masih memeluknya erat. Dia menggerakkan sedikit tubuhnya, lalu memutar kepala untuk melihat wajah Julian yang masih tertidur pulas di sampingnya. Wajahnya terlihat begitu tenang, berbeda dengan hari-hari biasa yang penuh dengan ketegangan dan rahasia. Veronica tersenyum kecil, merasakan sentuhan lembut di hatinya.

Perlahan, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Julian, memberikan kecupan ringan di bibirnya. Satu kecupan yang penuh dengan kehangatan dan perasaan yang mulai tumbuh di hatinya. Julian terbangun dari tidurnya, matanya perlahan membuka dan menemukan Veronica yang berada begitu dekat dengannya.

Julian tertawa pelan, "Pagi," sapanya dengan suara serak karena baru bangun tidur.

Veronica tersipu malu, wajahnya memerah saat Julian membuka matanya. "Maaf, aku tidak bermaksud membangunkanmu," ucapnya sambil menundukkan wajah.

Julian mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Veronica agar dia bisa melihat matanya. "Tidak apa-apa. Itu cara yang indah untuk memulai hari," jawabnya dengan senyum hangat. Dia lalu mendekatkan wajahnya dan memberikan kecupan lembut di bibir Veronica, kali ini lebih dalam dan lebih lama.

Veronica merasa hatinya berdebar kencang. "Julian...," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.

"Apa?" tanya Julian, suaranya rendah dan penuh kelembutan.

"Tidak, aku hanya... Aku senang kau di sini," jawab Veronica, suaranya bergetar sedikit.

"Aku juga," kata Julian sambil membelai rambut Veronica. Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati keintiman yang terasa begitu alami. Julian memeluk Veronica lebih erat, merasakan detak jantungnya yang seirama dengan detak jantungnya sendiri.

Setelah beberapa menit berlalu dalam kehangatan dan keheningan, Julian menyadari bahwa dia harus bersiap-siap untuk ke kantor. Dia menarik diri dengan enggan, mengusap rambut Veronica dengan lembut. "Aku harus pergi sekarang," katanya dengan suara yang penuh penyesalan.

Veronica menatapnya, matanya masih setengah mengantuk tapi penuh dengan perasaan. "Kita belum saling mengenal, bahkan aku tidak tahu detail pekerjaanmu," katanya, berusaha terdengar santai.

Julian tersenyum kecil, mengetahui bahwa Veronica sedang memancingnya. "Nanti akan ada waktunya aku menceritakan semuanya," jawabnya sambil mencium pelan kening Veronica. "Sabar ya."

Veronica tersenyum, merasakan kehangatan dari kecupan Julian. "Baiklah. Aku tunggu saat itu."

Julian berdiri dari tempat tidur dan mulai berpakaian. Dia merapikan dasinya di depan cermin, sesekali melirik ke arah Veronica yang masih berbaring di tempat tidur, memandangnya dengan mata yang penuh perasaan. Hati Julian berdebar, merasa semakin tidak yakin dengan misi yang dijalaninya. Setiap hari yang dia habiskan dengan Veronica membuatnya semakin sulit untuk memisahkan perasaannya dari pekerjaannya.

ManeaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang