Di tengah gemerlap kota metropolitan, Veronica Hayes, seorang wanita cantik dan memikat, dikenal sebagai "Maneater" di kalangan sosialita karena kemampuannya dalam merayu dan menghancurkan hati pria-pria kaya dan berpengaruh. Di balik topeng kecanti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Julian Carter duduk di meja kerjanya, menatap berkas kasus yang baru saja diterimanya. Foto-foto Veronica Hayes, wanita yang menjadi pusat dari serangkaian insiden misterius, berserakan di depannya. Dia tidak mengenal wanita ini, tetapi dari laporan yang ada, sudah jelas bahwa Veronica bukanlah wanita biasa. Dia adalah seorang manipulatif yang licin, dan Julian harus waspada.
Sementara itu, di sudut kota yang berbeda, Veronica melangkah keluar dari kamar mewah tempat dia meninggalkan Richard yang tertidur lelap. Senyum puas terlukis di wajahnya saat dia menekan tombol lift. Dengan satu tugas selesai, dia sudah merencanakan langkah berikutnya. Di dalam saku mantel bulunya, ponsel Richard bergetar, menandakan pesan masuk. Veronica melihat layar, senyumnya semakin lebar saat dia membaca pesan dari salah satu kontak penting Richard.
Veronica keluar dari hotel dan berjalan menuju bar di seberang jalan, tempat dia akan bertemu dengan koneksinya yang lain. Malam yang dingin membuat napasnya terlihat seperti kabut di udara, namun dia tidak merasa dingin. Ketenangan batinnya berasal dari kepastian bahwa dia selalu selangkah lebih maju dari orang lain.
Di markas kepolisian, Julian memutuskan untuk mengunjungi tempat kejadian terbaru yang melibatkan Veronica. Dia mengenakan jas hitamnya, mengunci pintu kantor, dan melangkah keluar menuju mobilnya. Di perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh spekulasi tentang wanita ini. Siapa dia sebenarnya? Apa yang dia inginkan? Dan yang paling penting, apa yang mendorongnya?
Julian tiba di kamar tempat Richard Donovan ditemukan pingsan. Dia menunjukkan lencananya kepada resepsionis dan meminta informasi tentang tamu yang mungkin berinteraksi dengan Richard malam itu.
"Apakah ada yang mencurigakan?" tanya Julian kepada resepsionis, seorang wanita muda dengan rambut cokelat panjang.
Wanita itu menggeleng. "Tidak ada yang mencurigakan, hanya seorang wanita cantik yang bersamanya. Mereka tampak sangat dekat."
Julian mengangguk. "Apakah Anda tahu siapa wanita itu?"
Resepsionis merenung sejenak sebelum menjawab. "Maaf, saya tidak tahu namanya, tetapi dia sangat menonjol. Mungkin tamu lain mengenalinya."
Julian berterima kasih dan menuju ke bar di seberang jalan, tempat yang populer di kalangan elit kota. Saat dia masuk, dia merasakan suasana yang penuh kemewahan dan eksklusif. Lampu redup, musik jazz yang lembut, dan aroma parfum mahal memenuhi udara. Dia memesan minuman dan duduk di sudut, mengamati sekitar.
Di sisi lain ruangan, Veronica duduk bersama James, koneksi bisnis gelapnya. "Ini yang kau minta. Informasi lengkap tentang transaksi Richard," kata James, menyerahkan amplop tebal kepada Veronica. "Kau berencana untuk apa?"
Veronica menerima amplop itu dengan anggun. "Kau tahu aku tidak suka berbagi rencanaku, James. Tapi tenang saja, ini akan menguntungkan kita berdua."
Veronica merasa sesuatu aneh. Dia melihat sekeliling, dan pandangannya bertemu dengan mata Julian di seberang ruangan. Sejenak, waktu terasa berhenti. Ada sesuatu yang aneh dalam tatapan pria itu, sesuatu yang membuat Veronica merasakan dorongan untuk waspada.