Bab 1

255 9 7
                                    

Di sebuah desa yang masih terlihat asri dan indah itu, Jescyka berdiri tepat di jembatan dan menghadap ke arah sungai, dia melemparkan batu besar ke sungai karena merasa kesal.

"Arghhh"

Setelah puas melampiaskan kekesalannya dia langsung menuju ke rumah dan tentu saja akan mengemasi semua barangnya, hari ini dia akan pindah sekolah ke kota dan ibu dan bapaknya ikut mengantarkannya kesana. Jescyka sedih karena harus berpisah dengan teman masa kecilnya, dia sudah nyaman di daerah ini dan sekarang tiba-tiba bapaknya malah menyuruh pindah sekolah ke kota dan tidak dapat di ganggu gugat lagi keputusannya itu.

"Pak... Jescyka nggak mau loh pindah sekolah ke kota, lagian biaya disana pasti mahal belum lagi Jescyka nggak kenal sama siapapun disana" ujarnya.

"Nak, keputusan bapak udah bulat. Cepat beresin semua barang kamu, besok pagi kita berangkat!"

"Hmm, iyaudah Jescyka mau keluar dulu" izin Jescyka dengan wajah lesunya.

"Mau kemana toh Jescyka? Sudah malam ini" teriak Rudy.

"Sudahlah, pak. Mungkin dia mau bertemu temannya dulu untuk perpisahan, jangan terlalu keras loh" ujar Nadia istri dari Rudy yang tidak lain adalah ibu kandung Jescyka.

Rudy menghembuskan nafasnya pasrah dan langsung mengemasi kembali barang-barang yang akan di bawa ke kota. Mereka tidak memberitahukan apa alasannya dia pindah sekolah kesana. Rudy memiliki sahabat seorang pengusaha di kota, dahulunya mereka mengikat perjanjian tentang sebuah pernikahan untuk anak mereka jika salah satunya sudah lebih dulu menginjak umur 17 tahun. Dan saat ini anak lelaki dari sahabatnya sudah genap 17 tahun yang sudah seharusnya mereka menepati janji tersebut, Rudy juga merasa lega jika nanti Jescyka di jaga oleh mereka di kota tanpa harus ngekos yang belum tentu akan baik untuk keselamatan Jescyka.

Pagi hari sekali mereka sudah berada di stasiun kereta api, mereka telah menunggu hampir 1 jam di tempat itu dan waktunya mereka berangkat. Dengan disiplin mereka menaiki gerbong kereta api, Jescyka hanya mampu tersenyum saja dan tidak ingin berbicara apapun. Dia harus ikhlas menjalani semuanya karena ini adalah yang terbaik untuk dirinya yang diberikan kedua orang tuanya.

Pemandangan yang indah itu membuat Jescyka sungguh takjub, manik matanya terus melihat keluar jendela bahkan perasaannya saat ini menjadi lebih baik dan dia menatap kedua orang tuanya.

"Pak... buk, Jescyka pindah ke sekolah apa?" tanyanya.

"Nanti kamu tahu juga, sayang. Intinya selama disana kamu jangan lupa ibadah dan juga jangan berbuat hal yang bisa mengecewakan ibu sama bapak" ujar Nadia tersenyum menatap putrinya.

Jescyka menganggukan kepalanya, dia terlihat sangat manis dan anggun. Dia membayangkan sekolah yang bagus dan juga teman-teman yang baik, dia berharap jika semuanya berjalan sesuai harapannya saat ini.

Sudah 4 jam lamanya mereka menempuh perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di kota yang akan di tinggali oleh Jescyka untuk beberapa tahun ke depan. Tetapi yang membuat Jescyka aneh adalah bawaan orang tuanya yang begitu banyak, padahal mereka hanya mengantarkan Jescyka saja. Dia ingin bertanya namun merasa tidak enak, jadi dia pendam saja dan berusaha tidak berfikir yang aneh-aneh.

"Loh, ini rumah siapa, buk?" tanya Jescyka bingung.

Dia memandangi rumah mewah di depannya, apakah mereka salah alamat atau mereka salah diturunkan oleh taksi tadi? Pikiran Jescyka tidak tenang saat ini.

"Ini rumah sahabat bapak, ayo kita masuk" ajak Rudy.

Dia membunyikan bel rumah dan di sambut baik oleh pelayan yang ada di rumah tersebut, mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu. Jescyka merasa tidak nyaman dan manik matanya terus menyapu seluruh ruangan itu dan mengamatinya, ada sebuah foto keluarga tertempel di dinding. Dia mengamati foto itu dan memperhatikan anak lelaki yang ada disitu, tanpa disadarinya senyumannya mengembang.

"Ganteng banget, apa dia juga sekolah di sekolah baruku nanti ya?" batin Jescyka.

"Eh, Rudy. Apa kabarnya?" teriak lelaki paruh baya dan langsung menjabat tangan Rudy dan juga Nadia.

Jescyka tersenyum manis sambil ikut menjabat tangan lelaki itu, lalu keluarlah seorang wanita yang Jescyka yakini adalah istri dari om yang ada didepannya. Wanita itu sangatlah cantik untuk seusianya, masih terlihat muda dan memeluk ibunya. Memandangi Jescyka dengan senyum manisnya, Jescyka ikut mencium tangan wanita itu.

"Ini Jescyka? Masya Allah cantik sekali" puji wanita itu.

"Iya, tante! Terima kasih"

"Bentar ya biar tante panggilkan anak tante dulu" Elsa langsung pergi ke atas untuk memanggil Leondra.

"Leo... Leondra" panggil Elsa.

Tidak ada jawaban membuatnya langsung masuk saja, saat melihat Leondra masih nyenyak tertidur di atas ranjangnya membuat amarah Elsa meluap. Dia langsung menarik selimut dan membuka jendela.

"Mama, apaan sih. Inikan hari minggu Leo masih ngantuk"

"Bangun, ada yang mau mama kenalin sama kamu"

"Argh, Leo males kenalan sama siapapun!"

"Bangun, atau semua kartu kredit dan aset kamu mama sita" ancam Elsa.
"Argh, mama nggak asik mainnya selalu ngancem mulu! Iya-iya ini Leo bangun, mandi dulu" dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul dia berjalan menuju kamar mandi.

Brugh, Leo menabrak pintu akibat berjalan sambil tertidur. Membuat Elsa menggelengkan kepalanya, Leo langsung membuka matanya dan mengusap kepalanya yang sakit dan berjalan kembali memasuki kamar mandi.

"Cepatan! Mama tunggu di bawah" teriak Elsa.

30 menit lamanya sudah Jescyka berada di rumah ini, namun lelaki itu belum juga muncul. Elsa kembali gelisah dan izin untuk memanggil Leondra, namun belum sempat dia menaiki tangga sudah terlihat anak kesayangannya itu berdiri di atas dan menatap mereka semua dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

Manik mata Jescyka terpesona melihat ketampanan Leondra, dia tidak menyangka jika anak dari sahabat bapaknya sungguh tampan sekali. Seperti biasanya wanita pada umumnya, jika melihat lelaki tampan maka pandangan sangat sulit di alihkan dan itu terjadi pada Jescyka saat ini.

Leondra menuruni tangga dengan tangannya yang dia letak di saku celana, setelah dia turun dan mendekati Elsa dia pun berbisik.

"Ma, mereka siapa?"

"Mereka calon keluarga kamu"

"Maksud mama?" tanya Leondra sambil mengerutkan keningnya.

"Sudah salaman dulu sana" Elsa mendorong tubuh Leondra hingga dia tepat berdiri di hadapan Rudy.

Leondra tersenyum kaku dan langsung mencium tangan Rudy dan juga Nadia, namun saat manik matanya melihat ke Jescyka dia langsung berdiri dan memasang wajah dingin kembali. Jescyka langsung menaikkan 1 alisnya melihat perilaku lelaki itu, respect nya langsung berkurang karena melihatnya seperti itu.

"Leo, ini anaknya tante Nadia namanya Jescyka, kenalan dong!" ujar Elsa.

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang