Leondra langsung menyentil kepala Jescyka, "Otak Lo itu yang mesum, pikiran Lo kesana mulu!"
"Enak aja!"
"Habib sama Kevin-"
"Siapa mereka?" tanya Jescyka memotong pembicaraan Leondra.
"Dengarin gue dulu makanya, yang tadi itu namanya Kevin dan Habib, mereka emang sering main kesini tanpa beritahu gue dulu tiba-tiba udah sampai sini aja kayak tadi, jadi gue mikir kita harus pindah aja!"
"Gue aja yang pindah, Kakak nggak perlu. Nanti juga Bapak sama Ibu mau pindah ke kota,"
"Mana bisa gitu, Lo itu istri gue! Jadi kemana gue pergi Lo harus ikut!" ketus Leondra.
"Tapi, pernikahan kita cuma di atas kertas doang! Buktinya kita sudah kayak apa? Kayak kucing sama tikuskan,"
"Terserah Lo, intinya Lo harus ikut gue!"
"Kak, kapan sih Lo mau ceraiin gue?" tanya Jescyka.
"Maksud Lo?"
"Iya, kapan Kakak ajukan gugatan cerainya? Kita sama-sama nggak menginginkan pernikahan inikan?"
"Gila ya Lo!" ketus Leondra. Dia langsung beranjak dari tempat itu dan masuk ke dalam kamar.
"Emang gue gila, itu juga karena Lo, Kak!"
***
Seperti biasanya Leondra menurunkan Jescyka jauh dari gerbang, dengan kesal Jescyka turun dan berjalan meninggalkan Leondra. Namun, saat Leondra menunggu Jescyka sampai di gerbang, dia melihat Arya menawarkan dirinya kembali untuk membonceng istrinya itu.
"Apa yang jadi milik gue nggak bisa Lo miliki, Arya!"
"Gue nggak akan ngelepasin Jescyka untuk Lo!" ujar Leondra menyeringai.
Dia membiarkan Jescyka di bonceng oleh Arya dan mengikutinya dari belakang. Setelah sampai di parkiran dia melirik ke arah Arya dengan tersenyum licik, dan melewati mereka begitu saja.
"Kak Arya, gue mau bilang sama Lo! Gue minta jangan pernah minta gue lagi ya untuk naik ke atas motor Kakak kalau pas pergi sekolah, dan untuk pendaftaran OSIS kemarin, Jescyka sebenarnya nggak minat sama sekali jadi hapus nama Jescyka saja ya dan gantikan sama yang lebih menginginkannya!" pinta Jescyka.
"Nggak bisa, kalau gitu gue masuk ke kelas dulu ya!" Arya langsung meninggalkan Jescyka sendirian.
Jescyka menghela nafasnya dan melangkahkan kakinya menuju ke kelas, dia tidak melihat jika Leondra bersembunyi di balik sebuah batu pancuran, saat Leondra keluar dan mengejutkan Jescyka, wanita itu langsung mengelus dadanya yang hampir meloncat keluar.
"Kak Leondra, usil banget sih!" ketus Jescyka.
"Ngapain Lo sama Arya lagi?"
"Kenapa? Cemburu ya, lagian Kak Arya itu ya tipe Jescyka banget jadinya nggak bisa nolak deh," ujar Jescyka mengejek.
Leondra langsung menyentil jidat Jescyka, "Gue aduin ke Mama ya kalau Lo selingkuh!"
"Dih, cemburu buta ya? Hayo ngaku loh Kak Leondra, Lo cemburu ya?"
"Ya enggaklah, ngapain gue cemburu sama lalat!"
"Jescyka," panggil Syakila.
"Kalian ngapain berdua disini? Ini benarkan Kak Leondra? Kalian saling kenal?" tanya Syakila terkejut.
"Syakila, Lo ngapain disini?" tanya Jescyka gugup.
"Kok jadi Lo yang tanya gue! Kalian udah saling kenal ya?" tanya Syakila.
"Hmm," dehem Leondra.
Lelaki itu langsung memasang wajah datar kembali dan pergi meninggalkan mereka berdua, kini hanya ada Jescyka dan Syakila saja. Jescyka berusaha memasang wajah sedatar mungkin agar tidak kelihatan jika dia sedang gugup.
"Lo salah lihat, tadi Kak Leondra cuma tanya gue anak baru itu ya, gitu!"
"Untuk apa dia nanya gitu?"
"Ya mana gue tahu, tanya aja sendiri sama Kak Leondra! Udah ah gue mau ke kelas dulu," ujar Jescyka.
"Jescyka, tungguin gue! Oh iya kita hari ini di suruh ngumpul di ruang OSIS!"
"Hah? Untuk apa? Gue nggak mau ah!"
"Jescyka, nama Lo itu udah tertera disana jadi Lo harus datang!" ketus Syakila.
"Itukan ide Lo, guenya nggak mau!"
"Tapi, tetap aja Lo harus ke ruang OSIS ikut gue, atau Kak Arya sendiri yang jemput Lo nanti!"
Jescyka kesal sekali, dia emang tidak pernah niat gabung di organisasi. Baginya terlalu ribet, dan juga tidak menyenangkan baginya. Dari sekolah sebelumnya dia juga di tunjuk sebagai wakil ketua OSIS namun dia langsung menolak, entah kenapa Jescyka benar-benar tidak meminatinya.
"Kenapa sih semua orang rebutan untuk jadi bagian dari OSIS?" tanya Jescyka.
"Biar mereka punya kuasa dan juga di kenal satu sekolah!"
"Cuma itu aja?" tanya Jescyka.
"Mungkin, gue sendiri nggak begitu tertarik namun karena ketosnya Kak Arya jadi gue tertarik banget! Apalagi jika Kak Leondra juga menjadi bagian OSIS, pasti bisa-bisa satu sekolah daftar jadi anggota OSIS," jelas Syakila dengan tertawa.
"Aneh banget," gerutu Jescyka.
***
"Kami telah melakukan vote untuk pemilihan wakil ketua OSIS, dan kandidat yang terpilih ada tiga orang yang pertama ada Jescyka dan yang kedua Edo, ketiga Devan!" jelas Arya.
"Jadi, di kotak ini adalah penentu siapa pemenangnya dari ketiga kandidat tersebut!"
"Ah, apa gue bilang Lo pasti ke pilih jadi kandidatnya! Gue tersingkir, tapi nggak apa-apa karena ada Lo," ujar Syakila tersenyum lebar.
Jescyka hanya memutar bola matanya malas. Dia benar-benar tidak minat dengan semua ini, bahkan dia berdoa agar dia tidak memenangkan pemilihan ini. Penghitungan telah di mulai, nilai ketiganya bersaing cukup ketat. Karena selisihnya hanya satu dan dua saja.
Setelah lima menit kemudian, nilai Edo dan juga Jescyka imbang sedangkan Devan telah ketinggalan jauh sekali. Akan tetapi kini, kertas pemungutan suara telah habis dan dinyatakan Jescyka dan Edo imbang.
"Karena kertasnya telah habis, jadi saat ini poin keduanya imbang!" ujar Arya.
"Gue belum ngasih suara," ujar Leondra dari balik pintu.
Dia langsung berjalan memasuki ruangan dan memberikan kertas itu kepada Arya dengan tatapan yang datar, "Kenapa baru Lo kasih? Bukankah dari tadi semuanya sudah mengumpulkan kertas ini?"
"Yang Lo butuhin satu suara lagikan untuk menentukan pemenangnya? Jadi gue kasih pilihan suara gue!"
"Oke." Arya menerima kertas tersebut dan langsung membukanya, kini tiba-tiba saja raut wajah Arya menjadi kesal karena yang di pilih Leondra adalah Edo jadi otomatis Jescyka tersingkir.
"Alhamdulillah, aaa suami gue pahlawan gue!" gumam Jescyka bersorak gembira di dalam hatinya.
"Edo," teriak Arya.
"Yess!" Edo langsung bangkit dan menuju ke depan.
"Selamat ya sudah menemukan wakil ketua lagi," ujar Leondra menyeringai dan langsung meninggalkan tempat itu.
Jescyka juga ikut berlari dan mengejar Leondra, dia langsung menarik tangan lelaki itu dan tersenyum lebar membuat Leondra menaikkan satu alisnya dan menepis tangan Jescyka.
"Ngapa Lo senyum-senyum gitu?" tanya Leondra.
"Makasih ya sudah loloskan gue dari anggota OSIS, gue seneng banget!"
"Argh, sialan. Kenapa Lo senang? Seharusnyakan Lo marah sama gue!" protes Leondra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan
Teen FictionJescyka wanita cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya. Ternyata tujuannya pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Leondra, lelaki asing yang tidak pernah dia kenal sama sekali. Mereka melakuka...