Bab 20

35 3 0
                                    

Jescyka langsung terdiam dan menatap lekat wajah lelaki itu, tiba-tiba detak jantungnya kembali berdetak kencang lagi. Dia langsung memegang dadanya, dia tidak mau jika Leondra mendengar bunyi detak jantungnya itu. Bisa-bisa nanti dia salah paham lagi dengan perasaan Jescyka.

Jescyka merapikan rambut Leondra dan mengulumkan senyumannya, dia tersenyum manis dan menatap Leondra dengan tatapan yang dalam. Jam istirahat telah berlalu, rencana Jescyka yang akan mentraktir satu sekolah gagal total akibat Leondra belum juga terbangun.

"Kak, bangun!"

"Huftt, sampai kapan sih disini terus? Kalau ada yang lihat terus salah paham gimana? Ah, Kak Leondra mah!"

Jescyka tanpa sadar ikut memejamkan matanya dan tertidur, tangan Jescyka di tarik oleh Leondra dan di letakkannya di dadanya lalu ia genggam. Lelaki itu memiringkan tubuhnya dan memeluk Jescyka, lelaki itu tidak tertidur sama sekali dia hanya tidak ingin Jescyka di permalukan satu sekolah nantinya, entah kerasukan apa lelaki itu tetapi dia benar memikirkan Jescyka kali ini.

Tanpa sadar akhirnya Leondra tertidur juga, posisi seperti ini membuat Leondra merasa nyaman. Entah sesuatu apa yang di lakukan oleh Jescyka sehingga dia ingin waktu ini terus berjalan sangat lambat atau bahkan berhenti sebentar.

Di luar ada seseorang yang ingin membuka pintu dan suaranya terdengar sangat berisik sehingga membuat Jescyka terbangun dan membulatkan matanya, dia melihat Leondra yang masih tertidur dengan memeluk dirinya, langsung Jescyka goyang-goyangkan tubuhnya.

"Kak, bangun! Ada yang datang!"

Leondra langsung terbangun dan membulatkan matanya, namun dia berusaha tenang dan langsung berjalan untuk membukakan pintu. Akan tetapi, Jescyka menahannya dan menatap memohon ke arah lelaki itu.

"Kak, jangan di buka nanti bisa ada masalah baru! Kalau kita di tuduh berbuat mesum disini gimana?"

"Otak Lo yang mesum!" ketus Leondra.

Leondra mengintip keluar terlebih dahulu dan ternyata di depan adalah Ghani teman sekelas Jescyka, Leondra langsung membukakan pintunya dan menarik kerah lelaki itu dan menutup pintunya kembali.

Lelaki itu gemetar ketakutan dan menatap manik mata Leondra dengan nyali yang menciut, Jescyka hanya bingung dan takut ketahuan jika dia di tuduh hal yang tidak dia lakukan.

"Keluar Lo," perintah Leondra kepada Jescyka.

"Hah, a-apa?"

"Keluar cepetan!"

Jescyka langsung keluar dan menutup pintu itu, Ghani berusaha membuka matanya dan melihat sekeliling dia kembali menatap manik mata Leondra yang mengintimidasinya. Dia meneguk salivanya dalam-dalam dan langsung mengatupkan kedua tangannya.

"K-kak ma-maafkan g-gue! Gue nggak tahu Ka-Kakak ada disini,"

"Lo tahu kalau Lo sudah ganggu tidur gue?" tanya Leondra.

"M-maaf, Kak!"

"Apa yang Lo lihat tadi?" tanya Leondra untuk memastikan sesuatu.

"Nggak ada, Kak! Gue cuma lihat mata tajam Kakak aja," jawab Ghani dengan gemetar.

"Ngapain Lo kesini?"

"Mau letakkan peralatan olahraga yang kami pakai tadi,"

"Iya udah letak sana! Sekali lagi Lo gangguin waktu gue tidur, habis Lo!" ancam Leondra.

"B-baik, Kak!"

Leondra langsung melangkahkan kakinya keluar dan meninggalkan Ghani sendirian di ruang peralatan olahraga, lelaki itu menatap ke sekeliling ternyata jam pelajaran hampir selesai. Ghani di dalam masih gemetaran dia meletakkan bola tersebut dan langsung mengunci pintu dan segera berlari masuk ke dalam kelasnya.

"Jescyka, Lo dari mana saja hah? Lo di apain sama Kak Leondra?" tanya Syakila.

"Nggak ada kok!"

"Serius? Kenapa Lo pucat gini?"

Jescyka tidak menjawab dan dia langsung menatap Ghani yang baru saja masuk dengan tatapan yang sulit di artikan, dia berharap jika lelaki itu tidak melihatnya tadi karena dirinya langsung berlari meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan olahraga.

"Jescyka, Lo kesambet?"

"Nggak, apaan sih!" ketus Jescyka.

Bel waktu pelajaran sekolah telah selesai pun berbunyi, itu tandanya jika mereka telah di perbolehkan pulang. Jescyka langsung berjalan sendiri di lorong kelas, lalu tiba-tiba Arya berada di sampingnya dengan mengejutkan Jescyka.

"Hai, kenapa sendiri aja?" tanya Arya.

"Eh Kak Arya buat terkejut aja! Oh iya Kak bajunya besok gue kembalikan ya biar gue cuci dulu?"

"Aman, Lo bisa kapan saja balikinnya kok!"

"Oh iya, pulang sama gue mau?" tawar Arya.

"Eh nggak usah, Kak! Gue naik taksi aja,"

"Kenapa nolak mulu sih? Itung-itung Lo balas kebaikan gue karena sudah minjemin baju, gimana?"

"Hmm, iya udah deh!"

Arya langsung menggenggam tangan Jescyka dan membawanya ke parkiran, dia memakaikan helm lalu tersenyum ke arah Jescyka, membuat pipi wanita itu menjadi merah merona.

"Shit, sialan! Berani-beraninya Arya gonceng Jescyka lagi, dan anak itu lagi udah di tungguin dari tadi malah pulang sama titisan drakula, awas ya Lo!" sungut Leondra.

"Kayla, bukannya itu Arya ya? Dan cewek itu siapa?" tanya Nina.

"Cih, siapa wanita itu! Cari tahu dan besok langsung bawa dia menghadap ke gue," perintah Kayla.

"Oke, Kayla,"

"Berani sekali dia dekatin Arya, mau ngelawan gue?" ketus Kayla.

"Dia anak baru di kelas gue, namanya Jescyka! Gue sudah kasih peringatan pertama, mungkin dia emang nggak suka di kasih peringatan sukanya langsung di kasih pelajaran," timpal Alice yang baru saja datang.

"Alice, bawa dia besok ke halaman belakang!" perintah Kayla.

"Siap, Kak!" jawab Alice.

Kini Kayla dan gengnya langsung meninggalkan Alice sendirian, Alice menyeringai dan menatap lurus ke depan dia tidak sabar melihat Kayla memberikan pelajaran sama anak baru itu.

Mobil Leondra melaju begitu saja saat Kevin dan Habib baru ingin menghampirinya, mereka berdua menjerit memanggil nama Leondra dan mengejarnya namun Leondra tidak menghiraukannya.

"Leondra, ah sialan! Di tinggalnya kan, Lo sih asik makan aja, tengok tuh hah!" ketus Habib.

"Yah, kok Lo jadi salahin gue sih!" sungut Kevin.

"Yaa, kasihan jalan kaki ya?" ledek Alice.

"Diam Lo titisan genduruwo!" tungkas Habib.

"Dih, enak aja Lo!" sungut Alice tidak terima.

"Emang, lihat saja noh semua gaya hitam-hitam, gelang karet hitam, kaos kaki kayak zebra cros, tindik di lidah lagi, nggak sekalian aja tindik di tengah jidat, biar kayak artis India gitu." Habib menirukan tarian orang India.

"Habib, Lo nggak boleh kayak gitu!" ujar Kevin.

"Kenapa emangnya?"

"Karena sebenarnya dia lebih mirip dukun beranak," timpal Kevin.

"Mana ada dukun beranak kayak gitu, dukun ilmu zebra cross itu!" lanjut Habib.

"Ck, sialan! Laki-laki mulutnya kayak air pancur," ketus Alice. Wanita itu langsung pergi meninggalkan Kevin dan Habib.

Habib dan Kevin tertawa keras dan langsung meninggalkan perkarangan sekolah dan menunggu taksi pesanan mereka, karena Leondra akhirnya uang mereka terpangkas untuk membayar taksi.

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang