Bab 3

115 4 6
                                    

"Ck, siap-siap saja lo bakal tahu siapa gue sebenarnya! Berani-beraninya nolak gue" ujar Leondra ketus, dan langsung meninggalkan Jescyka sendirian.

"Aku belum siap bicara sama kamu Leondra" teriak Jescyka.

Leondra menaiki tangga dan memutar bola matanya malas, tetapi dia sangat senang karena berhasil menang melawan wanita itu. Leondra yang selalu menjadi incaran para wanita bahkan semua siap memberikan hidup mereka untuk bisa menjadi pacar dirinya, tetapi sedetik saja harga dirinya dibuat hancur oleh wanita itu.

Jescyka juga ikut menaiki tangga dan ingin meluruskan semuanya, dia belum siap menikah di usianya yang masih sangatlah muda terlebih lagi dia masih menempuh pendidikan dan baru kelas XI SMA.

"Leondra, tungguin!"

Jescyka menarik lengan Leondra dan berdiri tepat di hadapannya, lelaki itu hanya menatap kesal ke arah Jescyka dan menaikkan 1 alisnya.

"Apaan?"

"Please! Tarik ucapan kamu tadi" pinta Jescyka.

"Setelah gue menang dari lo baru kita cerai, gue juga nggak mau nikah sama lo"

"Pernikahan itu bukan permainan, kamu nggak bisa berfikir bodoh seperti itu"

"Shuttt" Leondra meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Jescyka agar wanita itu tidak berisik lagi.

"Lo masih kelas 2 SMA, bukan? Kenalin gue Leondra kelas 3 SMA" Leondra mengulurkan tangannya.

Jescyka menepisnya dan langsung turun ke bawah karena merasa usahanya sia-sia, dia bingung sekali harus melakukan apalagi. Jika dia kabur, pasti tetap saja akan bisa di temui oleh bapaknya. Jescyka mendengus kesal, dia berusaha menetralisir perasaannya dan berusaha menerima pernikahan ini.

"Kalau teman-teman gue tahu, pasti mereka mengira gue hamil di luar nikah makanya di nikahkan secepat ini" gerutunya.

"Kenapa sih orang tua itu melakukan perjanjian nggak masuk akal ini"

Jescyka mengambil ponselnya, perasaannya benar-benar kacau saat ini. Menikah di usia yang masih muda dan juga masih sekolah, Jescyka mungkin tidak akan menolak jika dia sudah lulus sekolah tetapi kenyataannya orang tua itu maunya lebih cepat.

***

Malam yang indah, kegelapan itu terlihat tidak menakutkan karena para penghuni langit itu sedang memperlihatkan cahayanya yang indah. Tidak ada terdengar suara jangkrik disini, seperti saat Jescyka masih di desa. Bahkan, Jescyka tidak ada melihat tetangganya datang menyapa, disini seolah semua acuh dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Jescyka menatap langit, dan hatinya terus berdoa untuk kebaikan dan kelancaran hidupnya setelah ini.

"Tuhan, biarkan takdir ini jangan diberikan padaku, ini terlalu sulit aku terima" ujarnya.

Jescyka tanpa sadar meneteskan air matanya, dia menatap jemarinya yang masih polos dan belum ada cincin yang tersematkan.

"Sebentar lagi kamu di isi sama cincin dari lelaki yang sangat asing bagiku" ujarnya dengan suara yang getir.

"Bahkan sifatnya saja aku tidak tahu, andaikan ini film Disney minta saja bantuan pangeran biar bisa kabur kalau nggak minta bantuan nenek sihir" gerutunya.

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang