Chapter 6

9 3 0
                                    

Setelah Lyra dan Caelum melakukan perdamaian, maksudnya perdamaian dari pihak Caelum tentu saja. Karena Lyra kan tidak ada masalah apapun dengan Caelum.

Caelum memutuskan untuk membuat kontrak tertulis untuk menjaga batasan antara mereka. Ada dua aturan utama:

1. Lyra tidak boleh mengoceh sendiri jika Caelum tidak mengajak ngobrol.

2. Lyra tidak boleh mengikuti Caelum ke tempat-tempat pribadi seperti toilet, ruang ganti, dan sejenisnya.

Cukup sederhana menurut Lyra. Bagaimanapun, dia hanya fangirling saja, tidak pernah ingin mencampuri urusan pribadi Caelum. Namun, yang pertama agak sulit. Mulut Lyra rasanya gatal jika tidak mengutarakan pendapatnya. Tapi demi kenyamanan Caelum, Lyra berjanji akan melakukannya.

Kini, mereka memutuskan untuk pergi belanja ke supermarket bersama. Caelum menutupi dirinya dari kepala hingga kaki, benar-benar seperti pencuri.

"Ambil saus itu, itu cocok sekali untuk menumis udang," perintah Lyra kepada Caelum. Sejujurnya, dari tadi Caelum hanya mengambil barang sesuai permintaan Lyra. Dari pilihan daging, ikan, sayuran, hingga snack, semuanya mengikuti permintaan Lyra. Bagaimanapun juga, Lyra yang akan menjadi kokinya mulai sekarang, jadi sebaiknya mengikuti permohonannya.

"Caelum, kamu harus mencoba sampel sosis itu. Katakan kepadaku apakah itu enak," perintah Lyra. Dengan lesu, Caelum mengambil sampel sosis dari wanita paruh baya dan mencobanya dengan menurunkan maskernya sesedikit mungkin.

"Kurang enak, tidak terlalu berasa dagingnya," bisik Caelum, berharap hanya Lyra yang mendengarnya. Tidak lucu kan kalau Caelum dianggap orang gila berbicara sendiri?

Lyra memberengut dan berpikir, "Pantas saja harganya didiskon besar-besaran. Yasudah, ambil sosis yang biasa saja, beli 2 pack ya," serunya kepada Caelum, yang diikuti dengan benar oleh Caelum.

"Caelum, jangan lupa ambil susu. Susu basi kemarin kan sudah kamu buang semua karena basi..."

"Caelum, jangan lupa ambil oregano."

"Caelum, besok kamu mau makan daging sapi atau ikan salmon?"

"Caelum, apa kamu tidak mau mengambil selai roti?"

Keadaan seperti itu terus berlangsung hingga Lyra merasa puas dan akhirnya mengajak Caelum membayar belanjaan mereka yang menggunung.

"Kenapa kamu sangat bersemangat sekali sih?" tanya Caelum heran, yang sejak tadi seperti cacing kepanasan, tidak bisa duduk diam di mobil.

"Apa kamu pernah membayangkan akan pergi berbelanja bersama idola kesukaanmu? Aku tidak pernah. Wah... jika aku bisa meninggal dua kali, sepertinya aku rela mati lagi saat ini," jawab Lyra dengan senang.

"Coba saja aku masih menjadi manusia, mungkin aku akan mengajakmu berfoto, meminta tanda tangan di albummu, mempostingnya di sosial media..." lanjut Lyra membayangkan, sedangkan Caelum hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mampu berkata-kata atas keantikan Lyra.

Sesampainya mereka di rumah, dengan sigap Lyra membereskan belanjaan mereka dan bersiap untuk membuat makan malam, sementara Caelum hanya duduk di bangku pantry sambil memperhatikan Lyra yang mondar-mandir.

"Kamu tidak bisa mengingat masa lalumu, tapi kamu ingat bagaimana cara memasak?" tanya Caelum, merasa lucu.

Lyra hanya mengedikkan bahu sambil memotong wortel. "Entahlah, aku juga bingung. Itu terjadi secara natural. Apa mungkin dulu aku bekerja sebagai koki?" tanyanya pada diri sendiri.

Caelum menggeleng keras. "Tidak, tidak mungkin. Kamu tidak terlihat seperti koki. Lagipula, rasa masakanmu lebih seperti masakan rumahan daripada masakan restoran," balas Caelum, sambil mengemil cokelat pemberian fansnya.

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang