•••
Seminggu, Gail sama sekali tidak berminat berbicara dengan ketiga Kakaknya. Gail yang merengek demi sebuah perhatian mereka itu tidak akan pernah lagi ada. Maria tidak peduli dengan tanggapan mereka soal perubahan sikap Gail, yang terpenting adalah Gail tetap dekat dengannya.
Gail malah dekat dengan Ellea dan Xion, kadang kala kedekatan itu membuat Jinan dan Kenzo iri. Entah mengapa ada rasa kehilangan ketika Gail tak lagi merengek pada mereka. Mereka berdua yang awalnya memperhatikan Luna terus kini mengabaikan gadis itu.
Jinan dan Kenzo ingin dekat namun gengsinya terlalu tinggi. Kadang mereka juga berpikir, Gail tidak melakukan kesalahan mengapa menghukumnya dengan cara seperti itu? Memiliki anak perempuan itu adalah keinginan Bella bukan mereka. Bella selalu menanamkan kebencian seolah Bella adalah yang paling tersakiti. Dan mereka tahu, Maria membawa Gail jauh karena perilaku mereka.
Di dapur, Jinan melihat Gail disana membuat teh panas. Gail hanya meliriknya sekilas kemudian melanjutkan aktivitasnya sendiri. Jinan melirik Gail dan merasakan keanehan, setahunya Gail akan meminta art hanya untuk membuatkannya teh ketimbang menyusahkan dirinya sendiri.
“ Ternyata anak manja sepertimu masih bisa membuat teh untuk dirinya sendiri. Aku pikir kamu akan merengek pada Nenek.” Ucap Jinan, hati dan pikirannya tidak sejalan.
“ Diam, semua yang aku lakukan tidak ada hubungannya denganmu. Aku merengek pada Nenek asal tidak padamu.” Jawaban Gail membuat Jinan terdiam.
“ Jangan berharap lebih, perubahanmu ini tidak akan membuat semuanya berubah. Berhenti berpura-pura tidak peduli, menyebalkan.” Balas Jinan.
Gail meneguk teh panasnya hingga habis, meletakkan cangkirnya dengan kasar sehingga menimbulkan suara dentingan. “ Aku tidak peduli apapun tanggapanmu, Aku berubah bukan untukmu.”
Jinan membulatkan matanya ketika Gail meneguk teh panasnya, apa lidahnya tidak melepuh? Tapi jawaban dingin Gail telak mengenai hatinya, “ Aku juga tidak berharap itu. Sebaiknya kamu pergi jauh dengan Nenek daripada disini mengganggu pemandangan mata.” Ucapnya.
Gail berdecak pelan. “ Siapa kamu menyuruhku pergi? Jika kamu terganggu, jadi orang buta saja!” Sentak Gail pelan.
“ Tidak punya sopan santun pada yang lebih tua. Nenek pasti terus memanjakan anak tidak berguna sepertimu.” Cibir Jinan.
“ Haruskah aku sopan pada seseorang yang ikut-ikutan Mamanya membenci anak yang tak berharap lahir dikeluarga ini? Kasihan, kamu pasti tidak pernah dimanjakan oleh Nenek dan Kakek.” Ucap Gail dengan nada mengejek.
“ Itu semua karena kamu.” Balas Jinan dengan kesal.
“ Itu karena dirimu yang bodoh.” Gail tersenyum sinis, ia menjentikkan jarinya dan betapa terkejutnya Jinan saat lampu dapur tiba-tiba mati dengan sendirinya.
Sementara Gail membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah pergi. Ia melirik Nona Annie yang berdiri dekat dengan saklar lampu. Gail tersenyum karena Nona Annie mau bekerja sama dengannya untuk menjahili Jinan yang penakut.
•••
Gail tidak tahu kemana Luna akan membawanya. Gadis itu datang dan tiba-tiba menyeret Gail yang akan memasuki kamarnya. Gail tahu jika gadis itu tidak menyukainya karena pulang kerumah ini, gadis itu takut Gail akan merebut miliknya.
Dan Gail gelisah saat Luna membawanya di dekat kolam renang belakang rumah. Ini adalah reaksi alami Gail karena pengalaman buruk Gail dengan kolam renang. Semenjak peristiwa Gail yang tenggelam karena dirundung kakak kelasnya, Gail takut pada kolam.

KAMU SEDANG MEMBACA
On My Way; Soul Mission
DiversosGaindra, pemuda pendiam dan penurut tiba-tiba harus menjalankan misi sebagai orang lain. Bertransmigrasi dan memerankan peran di raga barunya itu tentu tidak mudah. Sifat childish, manja dan kadang disebut pick me boy membuatnya dibenci kakak dan ib...