Love in Bali - 4

409 44 14
                                    

🔞🔞🔞
Tolong kebijakannya ya!
Untuk remaja di bawah umur, silakan skip, balik lagi nanti kalo udah cukup umur. Oke?!☺️
***

Sayup-sayup Fey mendengar suara kicauan burung dan riak air yang tenang entah dari kolam renang atau danau. Ia mengerjap, mencoba membiasakan pandangannya dari cahaya yang menembus gorden tipis di kamar itu.

Matanya memicing, bergerak kesana kemari, lalu menemukan tubuh telanjang yang tertidur membelakanginya. Ia tidak perlu mengecek apa pun pada dirinya sendiri untuk tahu bahwa ia pun tak mengenakan sehelai kain di tubuhnya selain selimut yang menutupi mereka.

Bibirnya berkedut menahan senyum. Meski melakukan itu dalam keadaan setengah mabuk, ia masih bisa mengingat bagaimana semuanya berlangsung sangat intim tadi malam. Berawal dari gerakan lembut hingga berubah menggebu-gebu. Semuanya. Ia mengingat semuanya. Dan hatinya membumbung tinggi oleh rasa yang belum ia ketahui apa. Saat ini yang ia inginkan adalah mendekap erat tubuh itu dan tak ingin melepaskannya barang sedetik.

Ia ingin terus memeluk tubuh hangat itu.

Seperti sekarang ini, saat ia melingkarkan lengannya dan menarik tubuh itu untuk semakin merapat padanya. Diciuminya bahu seputih salju dan selembut awan itu. Diresapinya dalam-dalam aroma menenangkan yang menguar dari sana. Oh, Neptune! Ia sungguh menyukainya.

Lagi, tangannya menarik semakin dekat hingga pemilik tubuh itu terbangun dan bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dan ia masih terus menciumi bahu hingga lengan atasnya, menghirup terus aroma mawar Bulgaria dan aroma tubuh gadis itu yang menjadi satu. Hidungnya benar-benar dimanjakan pagi ini.

"Hai..."

Suara serak itu terdengar begitu merdu di telinganya, namun tentu saja ia lebih menyukai lenguhan nikmat yang keluar dari bibir itu. Seperti semalam.

"Kamu udah bangun?"

Ia hanya menjawab dengan gumaman tak jelas dan terus melanjutkan kegiatannya. Ia benar-benar kecanduan.

"Mau aku buatin sarapan?"

Tangan itu kini terangkat untuk menyentuh sebelah pipinya. Ia mengambil tangan itu dan kini beralih menciumin telapaknya yang tidak kalah lembut dengan kulit tubuhnya yang lain.

Bibir itu tertawa singkat mendapati telapak hingga pergelangannya kini sedang dicumbui. "Kamu mau sarapan apa?"

Aroma tubuh yang manis itu merangsek masuk ke penciumannya dengan lembut dan memabukkan, membuat pikirannya kini mengawang pada apa yang sudah mereka lakukan semalam. Gelenyar di dalam dirinya muncul dan membentuk sebuah golakan bernama hasrat. Sekujur tubuhnya merinding mengamati wajah polos-bangun-tidur itu, tubuh atas yang tak tertutupi selimut, perut rata serta sebuah piercing yang mengait di pusarnya. Sungguh indah untuk dipandang.

Namun ia sedang tidak ingin memandangi—tepatnya tidak ingin hanya memandangi saja. Jika ia bisa melakukan lebih, untuk apa hanya dipandangi saja, bukan?

Ditariknya dengan lembut tubuh itu untuk bergeser menghadapnya. Dipandanginya wajah cantik yang menatapnya bingung itu, dibelainya pipi mulus yang tiba-tiba bersemu merah itu, dan dikecupnya bibir merah muda yang hendak bicara itu.

Bibir itu tertawa kecil di dalam mulutnya sambil membalas ciumannya, lalu mendorongnya pelan dan melepaskan tautan bibir mereka.

Ia menatap Fey dengan binaran indah yang membuat Fey ingin segera menenggelamkan dirinya di sana. "Aku tanya," katanya dengan suara serak-bangun-tidur yang seksi itu. "Kamu mau sarapan apa?"

Fey mengamati wajah polos itu, mengagumi setiap lekukan yang diciptakan dengan sempurna. Ia tidak mengerti, bagaimana caranya seseorang bisa terlihat begitu rupawan saat ia baru saja bangun dari tidur yang lelap? Selama ini setiap kali ia habis bercinta dengan perempuan mana pun, sosok mereka selalu sama saja di matanya. Tapi kali ini—

ANTOLOGI - Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang