- Eh itu freya, kan? Itu ceweknya atau mantannya yg katanya toxic?
- Kenapa muka si baju putih ga keliatan sih???!!
- Mereka kyk lagi berantem gasih?
- Pacar baru kaliii
- ih pengen liat muka si cwk baju putih itu
- Wah, new scandal!
- Ini yg ngambil fotonya gimana si? cewek baju putih mukanya ga keliatan
- Jadi fey gue beneran suka cwk? Yes, ada harapan.Eve menurunkan ponselnya. Sudah cukup membaca berita baru tentang dirinya dan Fey.
Sepuluh menit yang lalu Asya meneleponnya dan menyuruhnya untuk membuka sebuah akun gosip di sosial media. Ia langsung melakukan perkataan perempuan itu karena Asya terus memaksanya dengan suara lantang.
Akun gosip itu memuat fotonya dan Fey di pinggir trotoar saat mereka terlibat pertengkaran di malam itu. Namun beruntungnya wajahnya tidak terekspos karena posisinya yang membelakangi. Tapi, ia sadar bahwa kini ia harus lebih berhati-hati. Sebab akan selalu ada orang-orang kurang kerjaan yang gemar mengambil foto-foto orang lain tanpa izin, apalagi itu adalah foto skandal seorang selebriti.
Eve memijat keningnya, lalu memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Tangannya dilipat di depan dada sambil pandangannya menatap ke luar jendela, mengamati gedung-gedung pencakar langit di depan sana.
Kakek sudah diperbolehkan pulang hari ini setelah menghabiskan infusnya. Eve dapat menghela napas lega begitu mendengar kabar dari dokter yang menangani Kakek bahwa pria tua itu hanya kelelahan karena terlalu sering bergadang. Tidak ada penyakit serius lainnya.
Pandangannya kini beralih pada sang kakek yang sudah tertidur lelap. Bibirnya mengulas senyum kelegeaan. Syukurlah, ia tidak perlu kehilangan siapa pun lagi.
"Eve... Sayang." Nenek mendekat dan memeluk pundaknya. "Maaf sudah bikin kamu khawatir sampai harus buru-buru ke sini pagi-pagi buta. Kalau tau kakekmu cuma kecapekan karena kebanyakan begadang, Nenek nggak akan panik sampe nyuruh kamu pulang. Pasti pekerjaan kamu di sana jadi kacau gara-gara si tua bangka itu."
Eve mengusap lengan sang nenek diiringi gelengan kepala. "Nenek dan Kakek harus tetep ngabarin Eve apa pun yang terjadi. Sekali pun itu cuma karena kecapekan bergadang, Eve akan tetep pulang."
Nenek mengangguk, lalu melepaskan pelukannya. Wanita renta itu menatap cucu semata wayangnya sambil tersenyum. "Ya udah, karena kakekmu udah boleh pulang. Kamu balik lagi aja ke Bali, biar Nenek yang urus sisanya."
Eve menggeleng tidak setuju. "Eve bisa balik besok, atau mungkin lusa. Hari ini Eve mau ikut pulang."
Nenek mengangguk sambil membelai rambut panjang sang cucu. Cucu satu-satunya yang harus kehilangan kedua orangtuanya di usia belia. Sejak saat itu, hanya kebahagiaan Eve lah yang paling penting untuknya. Maka, pada saat Eve meminta izin untuk pindah ke Bali, ia dan sang suami langsung mengizinkannya tanpa pikir panjang.
Apa pun demi kebahagiaan sang cucu semata wayang.
***
Dara menatap sepupunya dengan panik di luar pintu ruangan VIP itu. Berkat sebuah foto yang diambil sembarangan di dekat klub milik Max dua malam kemarin, beberapa orang mulai bicara tentang mereka yang melihat sosok Fey di klub malam itu dan juga malam ini. Alhasil, para pemburu berita sudah berkumpul di depan klub Max sejak dua jam lalu, menunggu kemunculan sang model untuk sebuah klarifikasi.
Fey duduk di tengah sofa panjang dengan kepala tertunduk. Sebotol vodka sudah tandas, ditambah lima botol bir lainnya. Dara bahkan hanya minum tiga gelas vodka, selebihnya Fey yang menghabiskannya. Termasuk bir-bir itu.
Terakhir kali Dara melihat sepupunya sefrustasi ini adalah tiga tahun lalu. Saat cinta mempermainkannya. Barangkali cinta lagi-lagi mempermainkannya, meski dengan cara yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI - Short Stories
Overig"Secara umum, pengertian antologi ialah buku yang berisi kumpulan karya sastra yang sejenis, bisa berupa karya sastra esai, puisi ataupun cerpen." - Sumber, Gramedia.com Cerita-cerita pendek dengan konflik yang ringan, setiap cerita menghasilkan kur...