Don't forget to play the song whenever you want :){}
Malam sudah semakin larut. Hentakan musik pun tak berhenti mengguncang telinga. Semakin malam semua orang semakin tenggelam dalam lautan pesta. Gelas-gelas telah kosong, botol-botol minuman kini sudah beralih ke tangan para manusia, seakan minum di gelas saja tak cukup.
Seperti yang dilakukan Asya. Perkiraan Eve benar, bahwa gadis itu tidak hanya minum bir seperti yang ia janjikan di awal. Lihat. Kini botol wiski sudah ikut menari-nari bersamanya dalam genggaman. Eve menoleh sebentar pada temannya itu, setidaknya Asya terlihat senang dan belum ada tanda-tanda gadis itu akan dibopong lagi.
Kepalanya sudah terasa berat dan tangannya hampir kebas. Entah sudah berapa gelas wiski yang ditenggaknya, ditambah dua gelas tequila yang salah satunya sudah ia teguk hingga tandas. Sisa satu gelas lagi, maka tubuhnya akan benar-benar kebas dan pikirannya melayang ke angkasa.
Di depannya, Fey tersenyum miring menatap intens pada kedua matanya. Dibalasnya tatapan itu dengan tak kalah intens-nya sambil bibirnya menyunggingkan senyum menggoda. Jika super model itu hendak bermain-main dengannya, maka ia akan menunjukkan bagaimana caranya bermain dengan benar.
Sambil tidak melepaskan tatapannya pada perempuan itu, Eve menggigit bibir bawahnya. Tentunya bukan karena ia gelisah, melainkan karena ia tahu bahwa setiap kali ia melakukannya, Fey akan semakin melebarkan senyumnya dengan sorot mata layaknya harimau yang hendak menerkam mangsanya tanpa ampun.
Dan benar saja. Senyumnya semakin terlihat menggoda mendapati reaksi sang model sesuai dugaannya.
Kini tangannya terjulur ke depan, pada gelas tequila yang masih terisi. Eve menyapukan jari telunjuknya pada bibir gelas, bergerak lambat memutari bentuk gelas kristal itu. Lalu tiba-tiba ia mencelupkan telunjuknya pada cairan memabukkan itu, sebelum kemudian mengeluarkannya lagi dan menempelkan telunjuknya pada bibir.
Di tempatnya, Fey mengamati semua itu dengan kobaran hasrat yang membakar belakang tubuhnya. Ia mengamati bagaimana perempuan di depannya itu menggodanya tanpa malu, tanpa ragu. Seolah kepercayaan dirinya meningkat tinggi dalam satu malam. Namun tentu saja ia menyukainya. Ia menyukai bagaimana tangan Evelyn mendarat di bibirnya, lalu bergerak turun perlahan menyusuri dagu hingga lehernya, dan berakhir di tulang selangkanya. Semuanya dilakukan dengan gerakan lambat seolah perempuan itu sengaja ingin membuatnya gemas.
Fey jadi semakin tak sabar ingin merobek kemeja oversize putih yang dikenakan perempuan itu. Hal yang sebetulnya sudah ingin ia lakukan sejak tadi—bukan, tepatnya sejak siang tadi.
Namun mendadak saja, Eve menenggak habis tequila keduanya, lalu berdiri dari sofa panjang itu dan berjalan menghampirinya. Guru yoga itu berhenti sesaat di dekatnya, kemudian membelai lembut sebelah pipinya. Ia mendongak untuk menemukan mata perempuan itu.
Sambil masih mempertahankan senyum sensualnya, Eve mengedikkan kepalanya ke arah toilet. Memberikan kode pada Fey untuk segera menemuinya di sana.
***
Fey mengunci pintu di belakangnya. Matanya menangkap kecantikan tak manusiawi yang dimiliki Evelyn Shaera. Pada parasnya yang kemerahan akibat pengaruh alkohol serta pada dua manik mata yang berbinar menggodanya. Saat ini ia sungguh bisa membayangkan kemolekan tubuhnya di balik kemeja kebesaran dan celana pendek denim itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI - Short Stories
Rastgele"Secara umum, pengertian antologi ialah buku yang berisi kumpulan karya sastra yang sejenis, bisa berupa karya sastra esai, puisi ataupun cerpen." - Sumber, Gramedia.com Cerita-cerita pendek dengan konflik yang ringan, setiap cerita menghasilkan kur...