Happy Reading!
Malam berganti pagi dan begitu cepatnya pula berganti menjadi siang hari. Halilintar melakukan aktivitas sekolahnya seperti biasa. Tanpa adanya sesuatu yang menarik, ia hanya melakukan kewajibannya sebagai seorang siswa.
Dirinya sangat jarang untuk sekedar berkumpul atau bercanda ria dengan teman temanya. Berbeda dengan blaze yang dikenal dengan istilah friendly, halilintar bisa terbilang sangat cuek dengan lingkungan sekitar. Ia sama sekali tidak mempermasalahkan jika di cap tidak gaul atau semacamnya.
Kini jam menunjukkan waktu untuk istirahat pertama. Para siswa dan siswi dengan riang dan berbondong bondong keluar dari kelas untuk mengisi perut mereka, tetapi tidak untuk halilintar. Ia masih setia terduduk dibangku dan mengeluarkan sebuah bekal yang ia bawa dari rumah. Hal ini selalu ia terapkan dari kelas 1 SMP guna menghemat pengeluaran mereka.
Kelas terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa siswa yang berdiam diri dikelas sama sepertinya. Halilintar tak terlalu memusingkan itu, tetapi tidak saat netra merahnya menangkap sosok seseorang yang mengintip didepan pintu kelas. Dirinya hanya bisa menghela nafas pelan.
"Masuk aja."
Tanpa menjawab, seseorang yang berada didepan pintu itu terlebih dahulu menyembulkan kepalanya dan melihat kearah kanan dan kiri. Setelah dirasa aman dirinya langsung menghampiri bangku milik halilintar.
"Emm kak lin ... Minta uang ya hehe" cicitnya pelan sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.
Netra merah halilintar menatap datar kearah netra jingga milik blaze sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah memelas.
"Buat apa?"
"Emm ... buat jajan sama temen."
Halilintar kemudian menghentikan sementara aktivitas memakan bekal miliknya. "Duduk dulu." Suruhnya pada blaze sedangkan sang empu hanya menurut walaupun sedikit bergumam dalam hati. Ia mendudukkan diri tepat dihadapan bangku halilintar.
"Udah dimakan bekalnya?"
Blaze hanya mengangguk lesu sebagai jawaban.
"Terus kamu masih laper?"
"Penasaran aja kak sama es krim kantin sebelah, semuanya pada beli masa cuma aze yang ga beli." Ucapnya dengan nada pelan. Blaze terlihat murung kebawah, netranya beralih menatap kearah jendela dimana para siswa siswi sedang menikmati masa istirahat. sepertinya tidak ada harapan pada sang kakak yang akan memberikannya uang, dilihat dari wajahnya saja blaze sudah tau.
Otak halilintar kembali memperhitungkan suatu hal, harusnya uang bulanan lumayan cukup, tapi apa salahnya menghemat pengeluaran, rasanya ia ingin untuk tidak mengizinkan blaze.
Netra merahnya kemudian teralihkan menatap blaze yang terlihat seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu, tidak tega juga kalau dilihat-lihat. Ia sangat tahu bagaimana rasanya saat menginginkan sesuatu tetapi tak dapat terpenuhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois •Halilintar & Blaze• |Hiatus|
Random(sedang menyusun cerita) Dia yang selalu berperan sebagai seorang ayah, ibu sekaligus kakak hanya untuk diriku. Cover by: me - Boboiboy milik Monsta. - cerita ini tidak ada hubungannya dengan cerita asli. - siblings relationship jadi aman untuk diba...