Waktu menunjukan pukul 8.00 malam, gadis berambut pink itu baru memulai pekerjaan rumah. Bukan, bukan pekerjaan rumah seperti memasak atau bebersih namun, sebagai seorang mahasiswa.
Kerja paruh waktunya sebagai pemagang di media berita memang menyita waktu. Tapi itu tak membuat semangatnya luntur meskipun rasa lelah menyerang. Mau bagaimana lagi, demi portofolio.
"Hah.... aku bingung mengambil kasus yang mana. Setiap kasus pidana terlalu unik, sampai aku pusing memilih." Gerutu Sakura. Keluhannya seperti tak berarti apa-apa, karena jarinya tidak berhenti untuk menggulirkan kursor.
"Kalau mengangkat berita yang kemarin, ujungnya saja belum tahu. Bisa-bisa aku digoreng sama manusia silver nanti." Sialnya ini adalah mata kuliah yang tidak ia sukai. Sakura menghabiskan malamnya dengan berpikir keras menghadapi hari esok.
*****
Konoha University pagi ini tampak lebih padat dibanding hari-hari biasanya. Menjelang pertengahan semester mengakibatkan padatnya aktivitas mahasiswa di kampus. Termasuk dengan kelompok belajar Sakura yang saling berdiskusi tentang materi presentasi individu mereka.
Bekas ruangan arsip percetakan selalu menjadi markas diskusi mereka. Kelompok ini beranggotakan Sakura, Shikamaru, Neji, Ino, Temari dan Shino. Semua anggota yang ada kelompok ini adalah pentolan alias mahasiswa terbaik di kelas. Bisa dibayangkan betapa ambisius kelompok ini.
Suara bel terdengar nyaring begitu kencang di penghujung gedung Hukum. Namun, tidak ada satupun dosen yang masuk untuk mengajar. Termasuk kelas Sakura yang harap-harap cemas akan kedatangan dosen perak itu.
"Kepada semua mahasiswa, seluruh agenda pembelajaran hari ini ditiadakan. Harap segera meninggalkan kelas masing-masing." Suara kepala program studi Hukum menggema membuat seisi kelas tercengang.
Pasti bukan tanpa alasan agenda kelas ini diberhentikan. Mereka bukan siswa sekolah yang diliburkan ketika para guru sedang ada rapat. Pasti ada hal yang lebih urgen dari ini.
"Minna... dengar, ternyata profesor Akiyoshi meninggal." Tanaka baru masuk kelas dengan napas tersenggal-senggal membuat seisi kelas menatap keheranan. Tapi, bukan itu saja karena ia membawa sebuah berita.
Profesor Akiyoshi yang baru saja mendapat gelar kehormatan sebagai Guru Besar di Fakultas Hukum Universitas Konoha. Berita meninggalnya menjadi kejutan terbesar seantero kampus. Pantas saja kelas ini diberhentikan.
"Tapi, beliau ditemukan meninggal karena racun. Dan sekarang, Profesor Hatake adalah tersangka utama." Tanaka melanjutkan ucapannya yang semakin membuat semua mahasiswa di kelas menganga tak percaya. Mereka tahu kalau guru itu memang galak, tapi mereka yakin kalau gurunya tak sekeji itu.
Berita pembunuhan ini menyebar dengan cepat. Termasuk ke telinga Jaksa muda yang langsung mengunjungi kampus almamaternya. Ia datang bukan sebagai Jaksa melainkan sebagai alumni yang berkunjung.
Uchiha Sasuke nyaris tak percaya dengan kasus yang menimpa gurunya akhir-akhir ini. Dalam dua minggu terakhir terjadi dua masalah beruntun menimpa fakultas ini. Entah kutukan apa yang mengenai Fakultas Hukum ini.
Sebelum sampai ke ruangan dosen, Sasuke bertemu dengan gadis berambut permen karet. Dari raut wajahnya seperti merenungkan sesuatu.
"Aku yakin kau pasti akan datang. Kau pasti tak percaya akan kasus ini, kan?"
Sasuke hanya mengangguk tanpa menjawab. Namun sebuah tangan menggenggam pergelangan tangannya. Rupanya tangan dari gadis itu.
"Bisa kita bicara sebentar?" Ucap gadis bersurai musim semi yang kini berhasil menarik perhatiannya.
*****
Tiramisu latte dan americano saling beradu di atas meja kafe. Begitupun dengan sang empu yang memiliki kepribadian kontras antara satu dan yang lain. Di sinilah, Sakura dan Sasuke mendiskusikan permasalahan yang amat pelik.
"Beliau tidak ingin ditemui siapapun. Bahkan mengancam kami tidak akan lulus di kelasnya." Setelah keheningan yang panjang, akhirnya Sakura angkat bicara.
Sasuke memahami gurunya tidak ingin siapapun ikut campur. Dan ia yakin banyak hal yang disembunyikan dari peliknya kasus ini.
"Besar kemungkinan kasus ini lebih besar dari apa yang terlihat. Kita tidak tahu dampak lain dari kasus ini. Sementara ini, berdiam diri dan menyusun strategi adalah hal yang terbaik." Sasuke menimpali dengan yakin.
Profesor Akiyoshi memiliki jabatan penting di kampus. Kematiannya yang mendadak menjadi tanda tanya yang besar. Terlebih ini diindikasikan karena pembunuhan. "Ini tidak akan berakhir dengan cepat. Sementara itu, cobalah untuk menjaga jarak dengan kasus ini." Lanjut Sasuke.
Pernyataan Sasuke kedengaran menarik bagi Sakura. Tentunya, sebagai seorang jurnalis magang ini adalah bahan yang berita yang bagus.
"Di setiap waktu Reporter investigasi selalu bertaruh dengan nyawa. Jika ingin selamat jangan coba mendekati kasus ini. Kau tidak tahu siapa yang ada di balik permasalahan ini." Sasuke bisa membaca mental bisnis dari kepala reporter muda itu.
Menurutnya semua wartawan sama saja hanya menjual gimmick lewat judul yang heboh. Tidak peduli dengan aktualitas dan bobot tulisan dalam berita itu. Bagi aparat hukum media bisa jadi momok pisau bermata dua.
"Enak saja. Ini bukan masalah rating berita. Ini masalah integritas jurnalis dan kode etik hukum. Kasus ini harus tuntas dengan fakta yang sebenar-benarnya." Yang benar saja, Jaksa muda itu menuduhnya yang tidak-tidak. Jangan hanya karena oknum reporter gosip jadi menyamaratakan jurnalis yang berintegritas.
Sasuke akui idealitas Sakura sebagai seorang jurnalis muda. Sewaktu seusia Sakura, sasuke juga memiliki pemikiran yang sama. Memang mahasiswa yang masih muda bagaikan kertas putih yang belum ternodai.
Saat ini, mereka bisa saja berpikir seperti itu, tidak tahu apa saja yang akan menghadang hingga menggugurkan tujuan utamanya. Lihat sejauh mana mereka bisa bertaruh dengan idealisme yang mereka bangun.
"Baiklah, kau cukup keras kepala juga. Begini saja, sebaiknya kau diskusikan dengan seniormu. Atau jika butuh perlindungan kau bisa hubungi aku." Sasuke menyerahkan kartu identitasnya bukan tanpa alasan. Kasus ini pasti akan melebar dan melibatkan petinggi kampus. Untuk berjaga-jaga Sasuke mencoba melindungi gadis itu jika mengalami kesulitan.
"Ah. Arigatou, Uchiha-san. Aku pasti bisa, mohon dukungannya, ya." Sakura tersenyum senang. Rupanya orang sombong dan galak ini justru berbalik arah dan mendukungnya dari belakang.
Sakura mulai menghubungi seniornya di Konoha Media. Perlahan, ia mulai menuliskan catatan kecil mengenai Tempat Kejadian Perkara. Ini adalah kasus investigasi pertama yang akan ditangani. Ia tak sabar menantikan itu.
Diam-diam Sasuke menarik sudut bibirnya. Memang kenapa? ada yang menarik kah?
*
*
*
*
Hallo... semuanya, akhirnya bisa update chapter ini juga. Sebenernya bingung banget cerita ini mau dibawa ke mana. Tapi, karena melihat antusias pembaca yang masukin ke reading list memotivasi aku buat update. Biarpun makin ga jelas, tapi mohon doanya biar bisa konsisten update 😭.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Law
FanfictionSakura Haruno tidak pernah membayangkan betapa sulitnya menempuh pendidikan di Jurusan Hukum. Tekadnya untuk menjadi Jurnalis berintegritas membawanya masuk di lingkup pengadilan dunia. Nyaris terjerat kasus pencemaran nama baik, Haruno Sakura diban...