Kota Q ini selalu penuh dengan kehidupan, langit malam yang gelap dihiasi dengan bintang-bintang yang berkilauan. Sementara lampu jalan dan lampu neon toko-toko menerangi jalan-jalan yang ramai.
Di sepanjang trotoar, berderet-deret penjual kaki lima dengan berbagai dagangan. Ada yang menjual makanan dan minuman segar seperti Baozi, Tanghulu, dan Xiao Long Bao¹. Aroma harum makanan yang sedang dimasak menguar di udara, mengundang siapa saja yang lewat untuk berhenti sejenak dan mencicipi. Suara riuh rendah percakapan orang-orang, tawa anak-anak, dan deru kendaraan berlalu lalang berpadu menjadi satu, menciptakan suasana yang meriah dan hangat.
¹Baozi: Roti kukus yang berisi berbagai macam isian, seperti daging babi, daging sapi, sayuran, atau pasta kacang manis. Tanghulu: Buah-buahan seperti anggur atau strawberry yang dilapisi dengan gula karamel, disusun dalam tusuk sate. Xiao Long Bao: Pangsit kukus yang berisi daging dan kuah, biasanya dimakan dengan cuka dan jahe.
Orang-orang dari berbagai kalangan tampak menikmati malam mereka. Serta Pedagang yang sibuk melayani pembeli dengan senyum ramah, dan suara tawar-menawar terdengar di sana-sini.
Lin Mingzhe, seorang pemuda berusia 25 tahun, berdiri canggung dengan raut wajah yang jelas menunjukkan ketidaknyamanan. Di tengah keramaian dan gemerlap lampu malam itu, dia merasa seperti ikan yang terlempar ke daratan². Suara tawa keras yang memekakkan telinga, dan percakapan riuh rendah mengelilinginya, membuat kepalanya berdenyut. Serta suara klakson kendaraan menciptakan latar belakang yang kontras dengan kesendirian yang Lin Mingzhe rasakan.
²Menggambarkan seseorang yang merasa tidak nyaman atau tidak cocok dengan lingkungan atau situasi tertentu.
Pakaian rapi yang dikenakannya tidak bisa menyembunyikan rasa canggung dan ketidaknyamanan yang ia rasakan. Lin Mingzhe tampak sesekali memeriksa ponselnya, berharap menerima pesan dari temannya yang dijadwalkan menjemputnya. Raut wajahnya menampakkan sedikit kegelisahan, dengan alis yang sesekali mengernyit. Dia melirik ke kanan dan kiri, mencari tanda-tanda kedatangan temannya di antara kerumunan orang yang terus bergerak.
Dia berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya, mengamati orang-orang yang tampak sangat menikmati malam itu. Setiap kali seseorang lewat dekatnya, Lin Mingzhe sedikit bergerak, memberikan mereka ruang, sambil mencoba untuk tidak tampak terlalu gelisah.
Lampu kendaraan yang berlalu lalang memantulkan cahaya di matanya yang penuh harap. Dia berusaha untuk tidak terlalu sering melihat ponselnya, tetapi rasa canggung membuatnya terus mengulanginya, seolah-olah ada yang bisa berubah dalam hitungan detik. Sudah 20 menit berlalu dari waktu yang dijanjikan, dan ketidaksabaran di wajahnya semakin tampak. Wajahnya tegang, dengan alis yang mengernyit tajam dan bibir yang terkatup rapat, menunjukkan kemarahannya yang perlahan-lahan mendidih.
Akhirnya, di tengah kerumunan orang yang berlalu lalang, dia melihat sosok Feng Anming yang bergegas mendekat. Feng Anming tampak terengah-engah, dengan wajah yang sedikit cemas mengetahui dia telah membuat temannya menunggu. Namun, sebelum dia sempat mengucapkan permintaan maaf, Lin Mingzhe sudah melangkah maju dengan cepat.
"Mingzhe, maaf-"
"20 menit, Anming! Kau terlambat 20 menit, kau pikir kegiatan ku hanya berdiri di sini menikmati pemandangan kota yang riuh ini?" seru Lin Mingzhe dengan suara yang cukup keras sehingga beberapa orang di sekitar mereka melirik. Matanya menatap tajam pada Feng Anming, yang tampak semakin bersalah.
"Aku terjebak macet, aku benar-benar minta maaf," jawab Feng Anming dengan nada memohon, mencoba menjelaskan.
"Fuck, Tidak peduli! Kau tahu betapa pentingnya malam ini. Kita harus menghadiri pesta lajang Wei Cheng, dan ini bukan pertama kalinya kau membuat kita terlambat." Lin Mingzhe menghela napas berat, mengibaskan tangan dengan frustrasi, seolah mencoba mengusir rasa marah yang membara di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Api Yang Terasa Hangat
FantasiORIGINAL STORY! Lin Mingzhe menghadiri pesta lajang salah satu teman sekolahnya dan mabuk bersama. Cawan pertama membasahkan tekak dan bibirnya, Cawan kedua lantas meluputkan ingatannya, dan Cawan ketiga membuat jiwanya terbang ke masa kekaisaran. ...