Para pelayan di Paviliun Anggrek Putih kebingungan melihat nyonya baru mereka, Lin Mingzhe, sibuk mengemasi barang-barangnya. Salah satu kasim bernama Xiao Xu akhirnya memberanikan diri bertanya, "Nyonya... maaf, tuan ger, anda hendak pergi kemana?"
Lin Mingzhe menoleh ke arah pintu kamar dengan malas. "Aku akan kembali ke rahim ibuku, jangan coba-coba kalian larang aku!" jawabnya setengah kesal.
Para pelayan semakin bingung mendengar jawaban itu. Ji Jia, pelayan setia Lin Mingzhe, mencoba menjelaskan, "Tuan ger mendapat izin dari Jenderal Shen untuk pergi ke rumah orang tuanya selama tiga hari."
Xiao Xu kemudian bertanya kepada Ji Jia, "Apakah tak apa pergi sendiri tanpa Tuan Muda Kedua Shen?"
Lin Mingzhe mendengus dan menjawab, "Tak apa! Dia pergi juga tanpa izin dariku. Ingat, kamar Shen Weisheng jangan dibersihkan dan biarkan saja kotor! Biar bajingan itu tidur di atas debu. Saat waktu menjelang malam, kalian para pelayan juga bersiap tidur saja, tak ada yang perlu kalian layani."
Para pelayan saling berpandangan, merasa bingung tetapi tak berani menentang perintah Lin Mingzhe. Mereka akhirnya menghela napas bersama. "Baik, tuan ger... hati-hati di jalan," jawab mereka serentak.
Lin Mingzhe mengangguk dan melanjutkan persiapannya. Dalam hati, ia merasa sedikit lega karena mendapat izin untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia berharap waktu tiga hari itu cukup untuk menenangkan pikirannya dan mencari cara menghadapi situasi yang membingungkan ini.
...
"Apakah semuanya sudah rapi, Ah-Zhe?" tanya Nyonya Shen dengan pengertian saat mengetahui Lin Mingzhe sudah siap pergi.
Lin Mingzhe mengangguk dengan senang. "Sudah rapi semuanya, Nyonya. Saya pamit. Terima kasih ya, Nyonya. Nanti saya akan coba membawakan oleh-oleh," jawabnya sambil tersenyum gembira.
Selir Tang, salah satu selir Jenderal Shen, ikut hadir dalam acara mengantar Lin Mingzhe pulang. "Ya! Bawakan kami makanan enak dari kotamu itu, menantu," balas Selir Tang bercanda. Jenderal Shen hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Hati-hati di jalan dan sampaikan salamku kepada orang tuamu."
Lin Mingzhe mengangguk dan memberi salam perpisahan. Ia naik ke dalam kereta kuda dan duduk di dalamnya. Di tengah perjalanan, penunggang kuda yang membawa kereta Lin Mingzhe tiba-tiba berhenti mendadak, membuat Lin Mingzhe terjatuh. Lin Mingzhe berteriak kesal, "Ada apa?" tanyanya sambil merapikan pakaiannya yang panjang itu.
Sang kasim penunggang kuda menjawab dengan suara takut, "Maaf, Tuan, kuda saya tidak sengaja menabrak pengemis!"
Ji Jia, yang duduk di depan bersama kasim, juga menjawab, "Sepertinya pengemisnya pingsan, Tuan. Perlukah saya turun memeriksanya?"
Lin Mingzhe mendengus dan menjawab, "Ya, lihatlah. Aku tak mau menjadi pelaku pembunuhan."
Lin Mingzhe ikut turun untuk melihat pengemis yang terkapar di jalan. Anehnya, pengemis itu memakai pakaian layaknya bangsawan, hanya saja memiliki bau yang kurang sedap. Lin Mingzhe mendekati pengemis itu, merasa ada sesuatu yang familiar. Saat wajah pengemis itu terlihat jelas, Lin Mingzhe terperanjat.
"Feng Anming?" bisiknya, mengenali teman lamanya yang kini berada di dunia ini.
Feng Anming membuka matanya perlahan, tampak kebingungan. "Lin Mingzhe? Mengapa kau memakai pakaian seperti itu! Siapa pula dua orang ini? Mengapa juga ada kuda dan sebenarnya ada apa ini!" seru Feng Anming dengan nada stres. Sudah beberapa hari ia ditendang dari rumah ke rumah, tak punya baju untuk berganti. Jangan lupakan bahwa ia masih dendam terhadap kuda!
Lin Mingzhe yang sadar bahwa teman bodohnya, Feng Anming, ini tak menyadari bahwa mereka sudah pindah dunia, pun menabok kepala Feng Anming, membuat kedua pelayannya terperanjat kaget. "Ya! Kau bodoh, Feng Anming bodoh! Kita terlempar jauh ke dunia kuno, bodoh!" seru Lin Mingzhe kesal, masih dengan menabok kepala Feng Anming. Di satu sisi, Lin Mingzhe bersyukur bahwa ada Feng Anming di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Api Yang Terasa Hangat
FantasiORIGINAL STORY! Lin Mingzhe menghadiri pesta lajang salah satu teman sekolahnya dan mabuk bersama. Cawan pertama membasahkan tekak dan bibirnya, Cawan kedua lantas meluputkan ingatannya, dan Cawan ketiga membuat jiwanya terbang ke masa kekaisaran. ...