Gaara menghampiri Saara siang itu, masuk ke dalam kamar Sang Selir dengan hati-hati. Pria itu segera memeluk Saara dari belakang saat wanita itu sibuk dengan kain sulamannya. "Aku merindukanmu"
Saara tersentak. "Kau membuatku terkejut"
Gaara terkekeh. "Maafkan aku"
Saara tersenyum, membelai rahang Gaara. "Kau tidak bersiap? Bukankah terburu-buru?"
Gaara menggeleng. "Aku merindukanmu"
Saara mengerjapkan mata saat Gaara sudah mulai menyingkap gaunnya, membelai kakinya dari atas menuju paha dalamnya, tangannya bergereliya dengan lincah disana.
...
Gaara melumat bibir Saara begitu dalam, begitu sensual. Pria itu meremas payudara Saara dari balik gaunnya bergantian. Saara menikmatinya, mendesah seiring dengan tempo remasan itu.
"Ahhh....ahhh"
"Hemmhhhh"
Ciuman itu turun di leher Saara, mengecupnya beberapa kali tanpa meninggalkan bekas. Tangan Gaara segera membelai paha Saara lagi, menggelitik area sensitif milik wanita itu, menggodanya agar cepat basah. Saara mendesah lagi, dia semakin bergairah sekarang, semakin menginginkan lebih.
"Ahh..ahh..nghhhh"
"Shhhh"
Gaara menurunkan dalaman milik Saara, menyingkap gaun kekasihnya itu semkin tinggi. Pria itu tidak melucutinya karena sedang terburu-buru.
Gaara segera mencari posisi yang pas, menggesekkan miliknya beberapa kali, lalu segera memasuki Saara. Tidak ada darah disana karena mereka sudah pernah melakukan itu beberapa kali. Ya, Gaara lah yang mengambil kegadisan Saara.
"Aahhhh"
"Emmhhhh"
Gaara menghentak kuat, bertenaga, begitu cepat. Pria itu meremas payudara Saara sesuai tempo hentakannya, membuat Saara semakin frustasi. Nikmat, menggairahkan.
"Ahhh..ahh.ahh"
"Ahh...shhh..ahhh"
Gaara segera mempercepat hentakannya, mengejar pelepasan itu, hingga pada hentakkan terakhir, begitu dalam bersamaan dengan cairan hangat menyembur menghangati rahim Saara.
Gaara segera menyudahi, merapikan pakaiannya dan pakaian Saara, membersihkan sesuatu yang tidak sengaja tercecer itu. "Tetaplah menungguku"
Gaara mencium Saara, lalu meninggalkan kamar sang selir.
...
Naruto mengadakan rapat bersama Sasuke dan Shikamaru di bilik sebelah selatan ruang pribadi Naruto. Naruto menjelaskan semuanya, perkataan dari Sang Ratu yang menurutnya begitu ambigu. "Apa kalian mempercayai itu? manusia dari masa depan, yang benar saja?"
Sasuke tampak berpikir. "Aku kurang begitu yakin"
"Dari perkataan Ratu kita memiliki beberapa kata kunci. Tidak mengetahui apapun, masih seorang gadis, manusia masa depan. Kau memahami konsep reinkarnasi?" Shikamaru mencoba menyingkronkan semua kejadian itu.
Naruto menatap Shikamaru. "kau berusaha mengatakan jika Hinata sekarang adalah jelmaan Ratuku?"
"Aku setuju dengan pendapat Shikamaru" Sasuke memberi pendapat. "Seorang wanita hamil akan mati saat perutnya ditusuk beberapa kali, bahkan kau melihatnya sendiri saat katana itu menembus punggung"
Naruto menggebrak meja. Tidak terima dengan semua pendapat itu. ratunya belum mati, dia telah kembali, itu yang dia percaya. Namun dia juga tidak menyangkal jika pendapat itu ada benarnya. Dia benar-benar bingung sekarang, harus percaya pada siapa.
"Tenanglah, Yang Mulia. Cobalah mencari tau, mungkin Ratu Hinata dulu memiliki tanda lahir atau apapun yang bisa dijadikan bukti?" Shikamaru berusaha mencari jalan tengah.
Ya, naruto baru ingat. Ratunya dulu memiliki tanda lahir di area punggung. Nanti, dia akan memastikannya.
Laki-laki yang sedang patah hati memang sangat mengerikan!
"Aku sempat melihat Ratu memberikan arahan kepada pekerja tentang cara membuat sabun dan teh. Bagiku itu sangat tidak biasa" Sasuke menambahi.
Ya, Naruto juga sedikit menyadarinya. Bahkan Hinata mengajari para warga tentang menanam dengan cara yang katanya modern atau entah apa itu. mencangkok, stek, merunduk, menempel. Tuhan, ini sungguh membingungkan.
...
Malam itu Naruto menghampiri Hinata, membuktikan semua keputusan diskusinya bersama rekannya tadi siang. Dia melihat Hinata termenung, matanya sembab, bahkan pipinya sedikit memerah.
Hati Naruto begitu ngilu melihat Ratunya tidak lagi menampakkan senyum, melihat ratunya begitu bersedih, melihat Hinatanya begitu tersiksa. Dia tidak rela jika Hinata mengeluarkan air mata, dia tidak terima jika Hinatanya tidak bahagia.
Melihat ratunya yang begitu kacau, Naruto mengutuk dirinya sendiri, marah pada dirinya sendiri, dia telah membuat Hinata tersiksa lagi. Pria itu bahkan melupakan tujuannya kemari.
Siapapun Hinata sekarang dia tidak peduli!
"Ratuku" Naruto memeluk Hinata dari belakang.
Hinata menoleh, menatap Naruto dengan sendu. "Baginda Raja"
"Jangan menagis" Naruto mengeratkan pelukannya.
"Aku ingin pulang, aku ingin berada di tempatku" Hinata sesenggukan di pelukan Naruto.
...
Naruto terus membelai surai Hinata, berkali-kali menciumi kepala Ratunya itu. "Ini adalah tempatmu, bukan yang lain"
"Aku merindukan ibuku, merindukan ayahku. Naruto, aku bukan Ratumu" ucap Hinata dengan suara seraknya.
Naruto menggeleng. "Kau Ratuku, kau permaisuriku"
Hinata melepaskan diri dari pelukan Naruto. "Aku Hinata yang lain, bukan Ratumu"
Naruto memeluk Hinata lagi, semakin erat. "Aku tidak peduli, aku mencintaimu"
Hinata masih sesenggukan. "Kau mencintai orang yang salah, Naruto"
Naruto menggeleng. "Tidak. Jangan tinggalkan aku lagi"
Ya. yang dibutuhkan Naruto adalah Hinata, entah Hinata Ratunya atau Hinata yang ada di depannya itu. Persetan dengan orang lain. Pria itu mencintai Hinata yang ada di pelukannya sekarang ini.
...
![](https://img.wattpad.com/cover/373430282-288-k880750.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Majesty✅
Fanfic[Cerita Ketiga] 👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku." 🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kep...