👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku."
🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kepergianmu lagi."
...
"Apa kau pernah mengkuti kursus memasak?" Naruto menelan nasinya.
Hinata menggeleng. "Tidak pak, saya memang suka memasak sejak kecil"
"Kau belajar sendiri?" Naruto mengambil telur mata sapi itu.
Hinata kembali menggeleng. "Ibu saya yang mengajari"
Naruto mangut-mangut. "Enak"
Hinata mengamati Naruto yang tampak lahap memakan masakannya. "Terimakasih"
"Kau tidak ikut makan?" Naruto menatap Hinata.
Gadis itu menggeleng. "Saya memiliki jadwal makan sendiri pak"
"Kau tidak gemuk sama sekali" Naruto masih melahap makanannya.
Hinata nyegir. "Itu aturan dari agensi, saya harus memiliki berat badan yang sudah ditentukan"
Naruto menatap Hinata lagi, lalu mengangguk. "Ah benar, kau kan artis"
Shit! Hinata kira pimpinannya itu akan berbaik hati membebaskannya, ternyata tidak akan terjadi, mimpi saja kau Hinata.
...
Hinata menemani Naruto yang sudah menghabiskan 3 kaleng bir, duduk di ruang tengah lantai dua, bersila di depan TV. Gadis itu mengamati Naruto, pria itu tampak kelelahan, atau sedang putus cinta? Entahlah.
"Bapak baik-baik saja?" Hinata menatap Naruto yang sudah meneguk habis kaleng bir ke 8 nya.
Naruto mengeleng. "Temani saja aku"
"Bapak ingin saya ambilkan air putih?" Hinata akan bangkit namun Naruto mencegahnya.
"Jangan tinggalkan aku, Hinata, tetaplah disini" suara Naruto serak.
Hinata mengernyitkan dahinya. "Bapak sudah mabuk sekarang, saya hanya mengambilkan air putih saja"
Naruto menggeleng, mendekat kearah Hinata dan segera menyambar tubuh gadis itu, memeluknya erat. "Jangan tinggalkan aku lagi, Hinata"
Hinata diam, dadanya berdebar, tidak mengerti dengan ucapan Naruto. gadis itu merasa tidak nyaman, wajah Naruto menempel di dadanya, menekannya. Dia tidak bisa bergerak, pelukan Naruto begitu erat, tangannya melingkar sangat kuat.
...
Naruto meracau di pelukan Hinata. "Dulu ada seorang raja yang kehilangan ratunya, dia menangis sepanjang hari, memohon agar dia bisa segera menyusul sang ratu yang sudah mati. Dan setelah empat tahun kemudian sang raja meninggal karena menghisap asap beracun"
"Lalu ratu dan raja itu hidup lagi di masa depan, tapi ratu tidak mengenal sang raja, raja begitu sedih sepanjang hari, hanya bisa mengamati ratu dari jauh"
"Akhirnya sanga raja berusaha mengingatkan sang ratu dengan membawanya pergi ke masa lalu, tepat satu tahun kematian ratu dulu"
"Raja berusaha mengubah takdirnya dulu menjadi lebih baik. Namun Tuhan tidak mengizinkan, sang Ratu yang baru juga meninggal setelah mengandung putra mereka, sama seperti dulu"
"Dan akhirnya takdir sang raja tetap sama, menjalani hidup dengan penuh penyesalan, dan mati dangan sangat mengenaskan"
"Bagaimanapun, Tuhan tidak mengizinkan mereka bersatu walau sang ratu didatangkan lagi, tidak mengizinkan sang raja hidup bahagia"
Hinata masih mendengarkan Naruto yang bercerita, rasanya tidak asing, pikir gadis itu. Tangannya masih setia membelai surai Naruto, menyisirnya perlahan.
"Tapi sekarang, di kehidupan baru, mereka dipertemukan lagi. Dan raja berjanji akan menjaga ratu dengan sebaik mungkin, akan membahagiakan ratu, akan senantiasa memeperhatikan ratu"
"Raja ingin memperbaiki takdir, setidaknya merubahnya sedikit, membuat akhir kehidupannya bersama Ratu berakhir bahagia dan lebih baik dari yang dulu"
Naruto mendongak, menatap Hinata. "Apa kau percaya ceritaku ini, Hinata?"
Hinata tampak berpikir, lalu mengangguk, entahlah gadis itu hanya mengikuti kata hatinya. "Aku percaya"
Naruto menduselkan wajahnya di dada Hinata lagi. "Maka kau tidak boleh meninggalkanku, agar aku bisa memperbaiki semuanya"
...
Hinata merasa tidak asing dengan cerita itu, seperti dia pernah memimpikannya. Tidak tidak, seperti dia pernah mengalaminya. Datang ke masa lalu, zaman kerajaan, satu tahun setelah meninggalnya ratu, dan semua orang memanggilnya 'Yang Mulia', lalu dia mati dengan keadaan mengandung putra mahkota, meninggalkan raja sendiri. Ya, Hinata seperti pernah mengalaminya.
Tapi benarkah? Kapan?
Gadis itu segera mengalihkan pikirannya, dia tidak ingin terlalu pusing dengan cerita yang entah nyata atau tidak itu.
Dia masih berada di mansion Naruto, membelai surai pria itu denagn lembut. Sedangkan Naruto tidur dipangkuan Hinata, diatas karpet halus depan TV ruang tengah miliknya.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.