2. Work

2 2 0
                                    

Setelah melakukan liputan dari pagi tadi dan sekarang baru selesai, kini tim kami sedang berada disalah satu rumah makan untuk makan siang. Tidak banyak tim kami hanya beranggotakan lima orang, tiga laki-laki dan dua perempuan.

Karena tadi Davin sempat bilang dia malas untuk mencari makan, aku menyempatkan diri untuk mengirimkannya makan ke tempat dia bekerja, rumah sakit.

"Wah Kirana perhatian banget ya sama pacarnya, sampai makan siang aja dia yang belikan." Salah satu senior berbicara setelah tanpa sengaja melihat handphone ku membuka aplikasi pesan antar.

Aku tidak membalas apapun hanya tersenyum kepadanya.

"Iya itu namanya hubungan, saling memberikan perhatian, ada memberi ada menerima semuanya harus seimbang." Kami menyebutnya pak Haru, dia yang tertua ditim ini. Beliau sudah seperti ayah bagi kami, karena bijaknya beliau setiap kali memberikan nasehat. "Mungkin juga pacar Kirana lagi sibuk jadi nggak sempat beli makan, pacar kamu itu pekerjaannya apa Kirana? saya lupa."

"Dokter pak, pacar dia dokter."

"Betul pak yang dibilang senior, dia dokter."

"Nah itu apalagi dokter jam terbangnya lebih tinggi dari kita yang masih bisa kumpul santai begini."

"Sudah sudah makanan kita udah sampai, mari kita makan." Ayra memecahkan suasana, lagi-lagi dia menyelamatkan ku dari cecaran pertanyaan tentang hubunganku dengan Davin.

"Tolong kamu sana ambilkan saya minum."

"Eh nasinya masih kurang satu lagi, ibu nasinya kurang satu lagi."

"Hahaha bisa aja kamu."

Begitulah keributan yang terjadi selama kami makan.

Sangat bersyukur aku berada di tim ini yang dimana selalu dipandang rendah oleh tim lain. Walaupun begitu tim kami masih manusiawi daripada tim lain, kami tidak terlalu mengejar kasus besar yang masih terjadi di dunia hiburan ataupun pemerintah pusat. Kami hanya mengincar kasus-kasus biasa yang jarang orang mau tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Ayra makasih banyak."

"Makasih buat?"

"Makasih karena selalu memotong pembicaraan tentang hubunganku."

"Oh itu, santai aja."

"Kamu mau es krim nggak? Aku traktir."

"Boleh."

"Oke sebentar, aku beli dulu."

Sambil menunggu makanan yang kami makan dicerna, aku dan Ayra duduk santai di depan sebuah toko sambil memakan es krim yang aku beli.

"Kamu tau tim yang di ruangan paling depan?" Tanya Ayra, aku mengangguk tau, tim yang dikenal dengan kerja kerasnya mendapatkan kasus untuk siaran ekslusif.

"Katanya mereka lagi menyelidiki kasus selebriti yang rumornya terseret dalam perdagangan obat obatan terlarang." Mendengar itu aku langsung kaget ternyata setelah hampir dua tahun lalu sekarang ada lagi yang berhubungan dengan kasus yang sama.

"Serius? Pasti mereka naik lagi kali ini."

"Iya makanya mereka lagi sering mengikuti beberapa artis yang masuk dalam daftar."

"Kenapa kita nggak ambil juga kasus itu?" Tanyaku, sampai sekarang aku masih penasaran kenapa tim ini selalu mengambil kasus kejahatan kriminal yang informasi dari polisi.

"Nggak usah, kita nongkrong di kantor polisi aja, disana kasusnya lebih menarik buat jadi berita."

"Tapi akhir-akhir ini disana nggak ada yang menarik tau."

Beautiful Goodbye Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang