3. Kencan

2 2 0
                                    

Sudah pukul tujuh malam, sudah saatnya aku pulang. Mau pekerjaan masih belum selesai ataupun sudah, ku anggap semuanya sudah selesai dan akan berlanjut besok pagi lagi.

Sesuai janji tadi siang, kami akan bertemu malam ini untuk sekedar menghilangkan rasa rindu atau berbagi beban satu sama lain. Bukannya hubungan kekasih seperti itu?

Meskipun tidak berhubungan jarak jauh, aku sering merindukan dia, wangi tubuhnya, senyumannya dan sifatnya yang lembut, semuanya selalu aku rindukan. Tidak ada yang berubah dari dia, sejak dulu dia selalu bisa diandalkan dan pekerja keras.

"Terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini semua, saya pulang dulu." Setelah mengatakan itu kepada para perawat yang bertugas aku pergi meninggalkan rumah sakit.

Ku lihat handphone untuk mengecek ada pesan dari Kirana atau tidak. Tidak ada, jadi biar aku saja yang mengirim pesan kepadanya.

"Aku udah selesai, tunggu aku jemput kamu." Dia langsung membaca pesannya, menandakan dia juga sudah selesai bekerja.

"Nggak usah, aku udah dijalan. Kita ketemu ditempat saja, nanti aku kirim lokasinya."

"Okee, see you."

Tepat saat aku akan menyalakan mobil dia mengirimkan lokasinya, sebuah restoran kami akan bertemu disana.

Oh sial, lingkungan ini ternyata cukup ramai saat malam hari, mau tidak mau aku harus memarkirkan mobilku agak jauh dari tempat yang aku tuju. Tapi tak apa, berkat itu aku melihat seorang yang aku tunggu-tunggu sedang menunggu.

Dia menungguku, lucu sekali dia melambaikan tangan sambil tersenyum kearah ku yang sedang memarkir mobil. Sepertinya dia sudah tau bahwa akan sulit mencari tempat parkir jadi dia sudah standby disana menunggu.

Saat tiba dihadapannya yang aku lakukan adalah memeluk Kirana tidak ada jarak diantara kami, aku bisa mencium wangi rambutnya yang panjang terurai. Seperti yang aku lakukan, dia juga membalas pelukanku dengan hangat. Aku mendengar dia terkekeh kecil terhadap perlakuanku.

Aku Sudahi pelukan hangat kami yang sebentar itu.

"Kenapa?" Tanya Kirana.

Aku berikan senyumanku yang jarang aku perlihatkan kepada orang lain ini untuk Kirana. "Rambut kamu wangi." Dia tersenyum senang mendengar perkataan ku kemudian menggandeng tanganku untuk pergi berjalan bersama.

"Iya kah? Padahal hari ini aku banyak diluar ruangan."

"Iya, warnanya juga cocok buat kamu." Ku tunjuk bibir Kirana yang memakai lipstik dengan warna yang berbeda.

"Kok kamu tau?" Dia menanyakan kesadaranku terhadap lipstik yang dia pakai, aku hanya mengangguk. "Padahal tadinya aku kira nggak akan cocok sama aku warnanya."

"Cantik kok, percaya diri aja pake terus ya."

Setelah aku berbicara tadi wajah Kirana langsung menjadi merah dan dia tersenyum malu sendiri. Kami terus berjalan menyusuri jalanan yang ramai dengan pengunjung dan muda mudi, kata Kirana restoran yang kami tuju sedikit lebih kedalam dari jalan utama didepan sana.

"Oh iya, makanan yang aku kirim kamu makan kan?" Aku mengangguk sebagai jawaban. "Enak nggak makanannya?"

"Enak selera aku, makanan apapun yang kamu kirim aku makan."

"Kalo makanan itu aku taruh racun, kamu makan?"

Kata yang diucapkannya barusan membuatku terkejut dan berhenti berjalan sebentar sambil menatap Kirana yang ada disebelah ku.

"Kamu tega mau ngelakuin itu?" Kirana balik menatapku, dia menggeleng sambil tersenyum.

"Mana mungkin aku ngelakuin itu, aku sayang banget sama kamu."

Beautiful Goodbye Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang