6%

39 25 4
                                    

DISCLAIMER :
• Ini hanya cerita fiksi, jangan di bawa serius.
• Maaf jika ada kesamaan nama, tempat, atau semacamnya. Ini murni dari pemikiran ku sendiri.
• DILARANG MENJIPLAK CERITA INI, APAPUN ALASANNYA.


Happy Reading

***

"Thania!"

Nathan melihat seorang pemuda berkulit tan dengan rambut hitam kecoklatan, memakai baju hitam pendek dan celana hitam panjang, dan jangan lupa sendal hitam yang ada di genggaman tangannya.

Nathan melihat seorang pemuda berkulit tan dengan rambut hitam kecoklatan, memakai baju hitam pendek dan celana hitam panjang, dan jangan lupa sendal hitam yang ada di genggaman tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kira kira gini)

Pemuda itu mendekat kearah mereka berdua dan tanpa aba aba pemuda itu langsung meninju wajah Nathan beberapa kali sampai Nathan tersungkur kebelakang. Yang awalnya wajah Nathan putih mulus, kini berganti menjadi merah keunguan.

Bugh

Bugh

Nathan yang syok, belum siap menerima pukulan pun hanya bisa terdiam dan bertanya dalam hati salah gua apa coba?

Setelah puas, pemuda itu langsung mendekat kearah anak kecil itu dan memberikan pertanyaan beruntun.

"Dek, kamu teu kunanaon?, jelema ieu apain kamu? Dek nyulik kamu kan? Ayeuna kamu aman, dia teu bisa nyulik kamu,"

"Apasi ari kamu A, kak Athan ini nggak nyulik aku, malahan kita lagi ngobrol tapi tiba-tiba Aa dateng," jelas Thania agak cadel. Sambil berjalan mendekat kearah Nathan berniat membantunya untuk berdiri.

Pemuda di depannya hanya diam, mencerna apa yang barusan adiknya jelaskan.

"Jadi maneh lain penculik?" tanya pemuda itu sambil menunjuk kearah Nathan.

Nathan yang mendengar ucapan pemuda itu lantas mengerutkan keningnya karena dia tidak terlalu paham bahasa sunda, tapi dia sedikit mengerti apa yang pemuda di depannya ini katakan. Lantas Nathan menjawab "Ya bukanlah, lu kira tampang gua kaya penculik gitu?"

"Ya aing teu apal atuh, kan jaman ayeuna mah ker usum culik," jawab pemuda itu enteng, tanpa rasa bersalah setelah meninju anak orang.

"Sekarang Aa minta maaf sama kak Athan," ucap Thania menengahi pertengkaran orang dewasa di depannya ini.

"Naha kudu minta maaf? Kan Aa teu salah," jawabnya.

"Aa kan tadi udah nonjok muka kak Athan, liat tuh mukanya sampe luka gitu," ucap Thania. Sambil menunjuk ke wajah Nathan.

"Lahh etamah lain salah Aa ari kamu," jawabnya tak ingin disalahkan.

Rute 7 JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang