Rumah Kota

9.6K 240 0
                                    

Makin hari hubungan Ataya dan Tito semakin mesra, hot, binal, dan nakal dan hal itu juga di ketahui oleh penghuni rumah Pak Darmo yang anggotanya semua adalah teman Tito jadi walau hubungan mereka privat but not secret. Hari ini rencananya Tito akan mengajak Ataya pergi ke kota karena katanya ada sesuatu penting yang harus di urus. Sekarang Ataya sedang menyiapkan perengkapan untuk pergi ke kota, persiapannya agak banyak karena mereka akan di sana selama seminggu. Untuk Bude Ani sekarang orang tua itu no coment, karena beliau menganggap Ataya memang bekerja menjadi asisten Bos nya, dan untuk rumor di desanya masih menjadi sih tetapi sekarang teredam dengan klarifikasi dari Bude Ani. Awokawokawok kayak seleb pake klarifikasi segala.

Tito menunggu kerempongan Ataya dengan sabar dan penuh grepe-grepe, walau keadaan menunggu tangannya tetap sambil meremas bokong berisi Ataya.

"Mas tanganmu loh,kok gak mau diam. Kalau begini terus gimana mau selesai, lepas dulu lah tangannya itu, nanti aja kalau memang mau"

"Beneran ya nanti"

"Iya beneran"

Tito duduk di ranjang kamar Ataya sambil bermain hp, masih sama kondisinya yaitu bobol wifi tetangga. Ya mau nyalur sendiri kan agak gak kepake pan si Ataya seringan di rumah Pak Darmo ngamar sama Tito.

"Ngapain si bawa banyak barang yang, kan bisa beli nanti di sana. Aku juga gak miskin miskin amat"

"Jangan lah aku juga masih punya rasa sungkan mas, kamu kenal aku itu masih bisa di itung jari. Nanti kalau aku jahat kamu yang sakit hati, jangan lah beri beri dulu takut nanti ada apa-apa di belakang"

"Kamu kok gitu yang?"

"Sedia payung sebelum hujan mas"

Tito hanya diam,  tidak membenarkan tapi tidak menolak. Menurutnya itu adalah prinsip Ataya dan harus di hargai tapi kalau di pikir pikir benar juga.

"Yang, kalau kamu nanti di sana gak ada temen gimana? "

"Yaudah Mas udah resiko"

"Nanti kalau kamu gak ada temen minta aja temenin si Bin"

"Aduh mas kalau kak Bin nya mau yah ayok. Orang sampe sekarang aja dia sinis sama aku, emang kak Syam sama kak Bin ikut ke kota Mas"

"Nggak si heheh"

"Ealah ngapain nyuruh kalau mereka gak kesana? "

"Sini tiduran"

Ataya mengerti kode ini, dia ke ranjang dan menidurkan badannya miring menghadap Tito. Sudah di pastikan kegiatsn apa yang terjadi. Apa lagi kalau gak nyusu.

Tito melahap santapannya dengan semangat seperti seorang bayi yang kelaparan. Ini bayi bagong.

"Aduh hati hati Mas ini punya kamu kok"

Mendengar kata punya kamu ya makin di sedot lah itu nenen.

Ataya yang melihat hanya mengelus kepala bayi bagongnya.

"Mas di kota ada apa aja?"

Melepaskan kenyotannya Tito mengerutkan dahinya aneh, pertanyaan yang di lontarkan Ataya aneh banget menurutnya.

"Ya gak ada apa apa lah, kamu kok aneh tanya di kota ada apa"

"Nggak aku penasaran aja, selama ini aku kan cuma lihat di layar kaca. Aku miskin mas gak pernah ke kota"

"Hus jangan ngomong miskin lah"

"Ya kalau gak miskin apa lagi wong makan aja harus mikir, waktu ketemu kamu aja aku hedon"

"Hedon gimana wong kamu gak pernah beli beli"

"Ya kan kamu yang beliin mas"

"Kamu mau di beliin mobil pun aku iyain"

"Alah kamu ini bisa aja, udah terusin ini nenennya biar aku gak mompa"

"Siap kapten"

Tito mesum itu meneruskan kegiatannta mengenyot nenen Ataya sampai asinya terasa habis di tete agak montok Ataya.

'Tringgg'

Suara handphone berbunyi menandakan telepon masuk dan yang menelpon ternyata Syam.

"Halo ada apa? "

"Mobilnya udah dateng nih cepetan kesini"

"Oke tunggu"

'Tut'

Telepon di matikan oleh Tito, setelah mendapst telepon itu dia berpamitan kepada Ataya untuk mengambil mobilnya supaya nanti Ataya tidak usah kerepotan membawa barang bawaan Ataya ke rumah pak Darmo.

*****

"Owalah ini toh yang dinamain kota mas bagus yah rumahnya pada rapi-rapi terus rumahnya juga gak ada yang warna hijau miskin hehehe. Pasti penghuninya pada kaya kaya"

"Iya pada bagus, tapi masih tentram hidup di desa bahkan aku cita citanya kalau udah tua mau tinggal di desa"

"Walah mas kenapa to? Bukannya enakan tinggal di sini"

" Disini udaranya gak enak, tetangganya juga jarang ketemu, pokok gak enak lah"

" Namanya manusia mas, yang gak di punya pasti di pengen yang di punya pasti mau di ganti, padahal di luar sana banyak yang mau dapet hal yang mau di buang itu "

"Iya sih"

Mobil yang di kendarai mereka berdua berhenti di rumah satu lantai yang besar dan berhalaman cukup luas.

"Kok berhenti mas? "

"Ya kan udah sampai"

"Walah ini rumahmu mas? "

"Ya iyalah sayang, masa rumah orang. Tolong bukain gerbang dong Yang"

Tito menyerahkan kunci gerbang rumahnya kepada Ataya, dan dengan senang hati ataya membukakan pintu gerbang untuk memasukkan mobil Tito.

Mereka masuk ke dalam rumah sambil membawa barang barang yang ataya bawa. Sebenarnya bawaannya tak banyak, hanya satu koeper dan satu tas tapi paket paket tito yang berada di luar rumah yang buat barang mereka banyak.

"Ini apa toh mas? Kok banyak banget paketmu"

"Itu barangmu, nanti janga  lups di pakek ya"

Ataya membuka semua paketnya dan isinya semuanya daster kalau nggak baju sexy, Ataya hanya mampu menelan ludahnya. Pasti ini nanti sering di pakai.

"Mas kok isinya gini"

"Udah barangmu yang kamu bawa itu gak usah di bongkar ambil yang penting aja, kamu di sini pake barang barang itu aja"

"Emmm sia sia dong aku bawa banyak"

"Ya kan tadi udah ku bilang bawa dikit aja, kamu ngeyel sih. Aku ke kamar dulu ya mau mandi, nanti kamarmu bareng sama aku loh"

"Iya mas, terus ini barangnya di taruh mana?"

"Taruh aja di lemari yang ada di kamarku, udah ku siapin lemari baru buat kamu kok"

"Oke deh"

Ataya membereskan semua barang barang yang berserakan dan mrletakannya pada lemari jati baru tang ada di kamar Tito. Barangnya banyak banget sampe lemarinya berisi hampir penuh, kegiatan berberes itu membuat Ataya capek dan dia pun ketiduran di ranjang kamar Tito.

MAS TITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang