3. mereka hanya terlahir dari ibu berbeda

108 16 0
                                    

Dari dulu Casaen selalu dilarang oleh ayahnya untuk mengikut campuri urusan politik. Maka dari itu, dia hanya diberikan gelar count dan menjadi kepala rumah yang diberikan oleh ayahnya. Akan tetapi Casaen tidak diberikan wilayah sama sekali oleh ayahnya.

Casaen juga langsung menerimanya, dia tidak pernah sekalipun membantah segala perintah dari ayahnya. Dan apapun yang diberikan kepadanya, Casaen tidak akan banyak bicara. Sekalipun ibunya selalu memarahinya untuk berusaha merebut gelar kekuasaan adik tirinya itu. Hanya saja, Casaen tidak pernah sekalipun berjuang. Dia menyukai kehidupannya, hidup dengan kedamaian. Dan memikirkan apa yang perlu dilakukannya. Terlibat dalam perihal politik hanya merepotkan saja, dan hal seperti itu tidak pantas untuk Casaen.

Entah kenapa ibunya sampai terobsesi dan berharap lebih untuk mendapatkan posisi resmi seorang permaisuri. Padahal dia dari awal hanyalah seorang selir. Secinta apapun raja pada ibunya, tidak akan membuatnya menggantikan posisi seorang ratu saat ini.

Lagian ibunya memang dijadikan wanita simpanan, seorang wanita yang memuaskan nafsunya saja. Yang tanpa sengaja justru membuat Casaen terlahir ke dunia ini terlebih dulu dari Aldan.

"Hari ini kau jangan bertemu dengan Aldan, melihatnya duduk bersebelahan dengan raja itu sudah memuakkan. Dan aku sering mendengar kau direndahkan olehnya. Memangnya dia itu punya kuasa apa? Dia bisa menjadi putra mahkota karena tidak ada pilihan lain. Casaen peran itu seharusnya milikmu," ucap Selvi sambil meminum anggur merah hari ini.

Casaen tidak merespon perkataan ibunya, dia tidak mau memikirkan hal seperti itu. Menjadi dirinya saja sudah sulit, dia justru dipaksa untuk menjadi putra mahkota. Memimpin rakyat itu bukan hal yang mudah, dan Casaen yakin sekali bahwa hanya Aldan yang bisa melakukannya.

Padahal sudah jelas sekali, ayahnya selalu melarangnya untuk ikut campur dalam dunia politik. Casaen juga tidak boleh terlalu mencolok, maka dari itu. Casaen tidak mengembangkan bakatnya secara berlebihan.

Dia justru berniat untuk menjadi seorang ksatria yang dikemudikan hari bisa melindungi Aldan. Meskipun dia tahu, hal seperti itu saja akan di benci oleh ibunya. Dan dia akan mendapatkan penolakan secara langsung.

"Aku hanya ingin menghabiskan waktuku dengan berkumpul dengan teman-teman ku dulu. Untuk apa aku bertemu Aldan, dia pangeran yang sibuk sekali sekarang. Mungkin karena raja semakin tua," kata Casaen tanpa memikirkan keberadaan Selvi, dan bagaimana nantinya Selvi merespon perkataannya.

Benar saja, Selvi langsung marah mendengar perkataan dari Casaen. Bisa-bisanya dia mengatakan hal semacam itu, seakan-akan raja memang akan mati.

"Bagaimanapun raja itu ayahmu!" sentaknya yang marah sekali.

"Bagaimana bisa di akui sebagai ayah. Jika aku tidak boleh memanggilnya dengan panggilan ayah itu. Bu, aku selalu dilarang memanggilnya ayah. Dan panggilan itu hanya boleh Aldan saja yang mengatakannya," ujar Casaen yang tetap memutuskan untuk pergi.

Selvi tidak bisa melakukan apapun, dia sampai membiarkan Casaen pergi untuk meninggalkannya sendirian. Padahal Casaen sebelumnya hanya akan diam, dan menuruti segala perkataannya.

Barangkali Casaen lelah, sehingga dia memang membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya. Selvi menghela napasnya dengan perlahan, tidak perlu terburu-buru. Semuanya pasti memiliki waktu dan kesempatan tersendiri.

Mau bagaimanapun yang terjadi nantinya, Casaen tetap harus menjadi seorang raja. Dia seharusnya menjadi kandidat putra mahkota. Karena Casaen adalah anak pertama, dia lima tahun lebih tua dari Aldan. Tapi anak itu justru mendapatkan gelar kehormatannya lebih dulu.

"Aku akan membuat Casaen menjadi seorang raja, dan aku akan menjadi permaisuri. Semua itu aku yang harus memiliknya, raja adalah orang yang menjadikanku wanita simpanannya. Tapi dia harus membayar semua yang dilakukannya padaku," tutur Selvi yang tersenyum miring.

Harapan Ibu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang