Barangkali karena Casaen merupakan anak dari seorang selir. Dia tidak memiliki banyak orang-orang yang mau menghormatinya dengan layak. Sebenarnya ini aneh, karena mereka hanya menghormati ibunya saja. Padahal kan ibunya itu wanita simpanan raja, yang dengan sengaja di pamerkan karena telah memuaskannya.
Tapi, kenapa Casaen justru mendapatkan perlakuan berbeda. Orang-orang juga banyak yang menjauhinya, dan tidak mau memiliki beberapa urusan dengannya. Bahkan ayahnya sendiri juga, melarangnya untuk terlibat dalam hal-hal politik.
Itu sebabnya kenapa Casaen tidak memiliki wilayah di ibu kota. Padahal dia seharusnya mendapatkan hal seperti itu. Carel tidak memberikannya dengan mudah, wilayah yang seharusnya diberikan padanya justru langsung di berikan pada Aldan. Saat anak itu di nobatkan sebagai putra mahkota.
"Kau katanya terjatuh dari kuda karena kudamu mengamuk. Lengan kananmu patah kan? Kenapa kau malah ada di ruangan kerja ini. Kau gila ya? Atau kau memang bodoh," ucap Dankel yang menggebrak meja Casaen.
Anak itu justru tertawa mendengarnya, dia tidak menyangka jika Dankel yang sibuk dengan urusan keluarganya. Tiba-tiba datang, dan mengkhawatirkannya.
Padahal kejadian itu sudah seminggu yang lalu, dan tentang lengan Casaen yang patah tidak separah itu. Dia juga dalam tahap pemulihan, maka dari itu. Kegiatan seperti sekarang tidak akan membuatnya kesulitan.
Lagian jika bukan Casaen maka siapa lagi. Selvi tidak pernah mau mengatur keuangan, dia menyerahkan semuanya pada Casaen. Dan sisanya dia berikan pada kepala pelayan, yang memang di pekerjaan langsung dari raja.
"Apa yang kau kerjakan sekarang?"
"Mendata pengeluaran uang bulan ini, aku tidak menyangka jika ibuku boros belakangan ini. Mungkin karena ibuku sering melakukan pesta teh, jadinya dia menggunakan banyak uang," jawab Casaen yang terlihat sangat santai sekali.
Padahal seharusnya dia terlihat kesal, jika bisa pun dia berhak untuk marah. Mengurus tentang administrasi keuangan sudah seharusnya pekerjaan ibunya. Tapi justru Casaen yang mengerjakannya.
Selama ini Dankel juga tidak pernah bertanya apa yang dikerjakan oleh ibunya Casaen. Hanya saja, untuk kali ini dia benar-benar penasaran.
"Ibumu itu terlihat seperti orang sibuk, tapi aku sampai tidak tahu apa yang dia kerjakan."
"Hahaha jangan berkata seperti itu, kami punya banyak uang juga karena kecerdasan ibuku. Ibuku lah yang melakukan semuanya dengan baik," kata Casaen yang sengaja untuk tidak mengatakan kebenarannya.
Uang yang didapatkan olehnya ibu pemberian dari raja. Walaupun ayahnya tidak peduli padanya, dia tetap saja memberikan uang pada ibunya. Yang membuat mereka pun bisa membeli kebutuhan yang diperlukan.
Namun, akhir-akhir ini ibunya menjadi sangat boros. Jika dia meminta pada ayahnya lagi, pria baya itu pasti akan mempermasalahkannya.
Saat Casaen sedang berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan uang, tanpa meminta pada ayahnya. Tiba-tiba saja pintu ruangannya terbuka. Sang oknum yang membuka pintu tersebut adalah—Aldan.
"Ternyata adikku, kenapa kau datang ke sini?"
"Aku dengar kau sakit. Tapi kenapa aku justru mendengar rumor kau ingin menjadi kandidat putra mahkota. Apa kau sudah gila Casaen?" tiba-tiba saja Aldan mengatakan hal yang tidak diketahui oleh Casaen.
Jujur saja dia tidak mengetahui rumor yang dikatakan oleh Aldan itu. Beberapa minggu ini dia selalu di rumah, dia bahkan tidak melakukan apapun. Apalagi mengatakan keinginan yang tidak di inginkannya sama sekali.
"Kenapa kau diam saja? Kau dan ibumu memang sama saja. Kalian ingin mengambil semuanya yang dari awal sudah menjadi milikku, dan milik ibuku," katanya yang menarik kerah baju Casaen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Ibu [✓]
Novela JuvenilCasaen terlahir dari seorang selir, dia tidak di anggap sebagai anak dari raja. Tidak peduli jika dia merupakan anak kandungnya sendiri, jika dia bukan putra mahkota maka dia tidak akan mendapatkan kehormatan. Dia merupakan anak haram, anak dari wan...