Bagi Aldan sendiri Casaen hanyalah seorang benalu. Dia tidak seharusnya dilahirkan ke dunia ini. Meskipun Casaen lah yang lebih dulu lahir ke dunia ini, dari pada dirinya sendiri. Akan tetapi, Aldan benar-benar membencinya. Dan menganggap Casaen penyebab kenapa Aldan belum bisa menjadi yang terbaik untuk ayahnya.
Tidak peduli jika dia sudah menjadi seorang putra mahkota. Tapi, keahliannya masih kalah jauh dengan Casaen. Casaen yang diberikan pembelajaran tentang tata krama kerajaan, dan pembelajaran mengenai tugas-tugas seorang raja. Menyainginya tanpa sedikitpun celah. Bisa dikatakan Casaen lebih pantas menjadi seorang penerus, dari pada dirinya.
Meskipun begitu tetap saja, Aldan lah yang akan menjadi raja selanjutnya menggantikan sang ayah. Hanya saja, Aldan terus merasa takut. Takut jika Casaen lah yang akan merebut tahtanya.
Mengingat kembali betapa licik, dan berambisi nya ibu kandung Casaen. Bisa jadi Casaen sama seperti ibunya, dia pasti akan melakukan apa saja untuk merebut posisinya itu. Sekalipun dari awal, dia memang tidak mendapatkan kandidat sebagai putra mahkota.
"Apa yang kau pikirkan, Aldan? Kau melamun dari tadi. Apa kau kepikiran tentang perjodohan politik mu nanti" Violin sebagai ibu yang baik, dan perhatian kepada anaknya.
Sudah pasti seringkali mengkhawatirkan Aldan. Dia takut jika anaknya itu memendam semua rasa sakitnya sendirian, dan menutupi segala kesulitannya seorang diri. Aldan memang suka sekali berpura-pura tidak kenapa-kenapa.
Padahal dengan kenyataannya, dia jauh lebih terluka. Bagaimanapun ayahnya itu orang yang keras. Pernikahan politik yang dilakukannya nanti, mungkin akan membuat Aldan terpaksa untuk melakukannya. Apalagi jika dia harus menikah dengan seseorang yang tidak di cintanya sama sekali.
"Aku tidak memikirkan tentang perjodohan, Bu. Siapapun jodohku nanti, aku akan menerimanya," balas Aldan di iringi dengan senyumannya yang merekah.
Violin pun memeluk putranya dengan erat, dia tidak ingin Aldan menderita sepertinya. Di masa depan, dan jika sudah saatnya untuk menikah. Violin ingin agar putranya menikahi seseorang yang memang di cintainya, bukan karena sebuah keharusan.
"Terimakasih sudah memikirkan tentang kebahagiaan ku nantinya ibu. Ibulah satu-satunya seseorang yang paling memperdulikan ku," ucap Aldan yang memeluk ibunya.
Saat mengatakan hal itu, Aldan tidak sadar sama sekali. Bahwa Violin bukan satu-satunya seseorang yang memperdulikannya. Di dunia ini, Violin hanya salah satunya saja. Casaen sudah termasuk ke dalam seseorang yang memperdulikannya, lebih dari apapun.
Casaen tahu kebencian Aldan padanya. Tapi dia tidak peduli akan itu semua. Sehingga dia masih terus memperdulikannya, dan memberikan segalanya jika memang itu perlu.
Casaen tidak menyangka sama sekali jika Arin berkunjung ke rumahnya. Dia juga tidak mengirimkan surat sama sekali, padahal dia harus memberitahunya terlebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Ibu [✓]
Novela JuvenilCasaen terlahir dari seorang selir, dia tidak di anggap sebagai anak dari raja. Tidak peduli jika dia merupakan anak kandungnya sendiri, jika dia bukan putra mahkota maka dia tidak akan mendapatkan kehormatan. Dia merupakan anak haram, anak dari wan...