Chapter 3

74 19 6
                                    

***

[Present]

"Jaehyun-ssi, sedang apa kau di sini? Ini adalah tempat parkir khusus orang-orang yang tinggal di apartemen ini. Dan kau tidak tinggal di sini." tegas Jiyeon, kedua tangannya terlipat di depan dadanya.

Jaehyun melangkah mendekati Jiyeon dan perempuan itu menyuruhnya untuk tetap berdiri di tempatnya.

"Kau bisa bicara dari sana, jangan dekat-dekat, aku alergi pada playboy sepertimu." ucap Jiyeon ketus.

"Kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Apa aku membuat kesalahan padamu?"

Jiyeon tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Mulutnya ternganga lebar, dan pupil matanya membesar. Bajingan ini, bisa-bisanya dia bertanya seperti itu? Tidak mau lagi berbicara dengan Jaehyun lebih lama lagi, Jiyeon memutuskan untuk beranjak dari sana. Namun tangannya dicegah oleh Jaehyun, dan secepat itu pula Jiyeon menepis lengan Jaehyun.

"Do not touch me!" serunya penuh penekanan.

"Kau mau kemana? Biar aku antar."

"Fuck off, Jaehyun-ssi. Kita tidak sedekat itu sampai kau bisa mengantarku."

Tidak mau menunggu jawaban dari pria itu, Jiyeon bergegas pergi menuju mobilnya yang tidak jauh dari tempat masuk. Jiyeon menekan tombol kunci mobilnya, menatap Jaehyun dengan penuh kebencian dan segera masuk ke dalam mobilnya. Setelah mobilnya menyala, Jiyeon langsung menghilang pergi, meninggalkan Jaehyun berdiri di sana.

Pria itu menghela napas pelan, kemudian tersenyum miring. Apa yang bisa Jaehyun lakukan? Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengejar Jiyeon meskipun dirinya ingin mengejar perempuan itu. Saat ini ada urusan yang lebih penting dari Jiyeon.

Jaehyun masuk ke dalam lift, menekan tombol lantai tujuannya dan pintu lift itu tertutup. Jaehyun menghirup udara sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya, aroma parfum Jiyeon begitu kuat hingga membuat Jaehyun hampir kehilangan kendalinya. 

Perempuan itu, Jiyeon, sejak dulu memang menyusahkan. Membuatnya gila hanya dengan kehadirannya saja. Namun Jaehyun masih tidak tahu apa penyebabnya sampai membuat Jiyeon begitu membencinya. Setiap kali Jaehyun mencoba mengajaknya berbicara, Jiyeon selalu menghindar sambil menatap Jaehyun dengan penuh kebencian, belum lagi perkataannya yang cukup pedas.

Jiyeon perlu didisiplinkan sepertinya. Membayangkannya saja membuat Jaehyun tertawa, mungkin ini sudah waktunya. 

Pintu lift terbuka di lantai tujuannya, karena ini adalah lift khusus untuk para penghuni, orang lain yang ingin berkunjung harus mempunyai kartu akses lift atau izin dari penghuni yang dituju. Namun Jaehyun tidak membutuhkannya, karena Jaehyun mendapatkannya dengan caranya sendiri.

Jaehyun melangkah masuk dengan percaya diri, langkahnya penuh hati-hati dan dipastikan tidak terdengar suara langkah kakinya. Tempat tinggal itu terlihat sepi, rapih seolah tidak ada yang menempatinya dalam waktu yang lama. 

Dapurnya bersih, kering, hanya ada satu gelas kaca bening terisi air putih yang hampir habis. Tempat sampahnya tidak penuh, hanya terisi sampah kering. Kulkasnya juga masih terisi penuh. Kemana si pemilik tempat ini? 

Jaehyun pergi ke area tv, benar-benar bersih dan rapih. Tidak ada yang mencurigakan di sana, dan dia pergi ke kamar utama. Tidak ada siapa-siapa. Namun, orang yang menghilang tanpa jejak akan selalu meninggalkan jejak tanpa disadari. Walk-in-closet adalah tempat yang sempurna untuk menyembunyikan sesuatu meskipun tidak terlihat mencurigakan, asalkan jika kita lebih teliti lagi, jejak itu akan terlihat. 

Satu tetes darah yang begitu kecil dan tidak akan terlihat oleh mata secara langsung ditemukan oleh Jaehyun. Pria itu memotretnya dan memandangi pakaian yang tergantung rapih di depannya, tangannya menyingkirkan pakaian-pakaian itu ke dua sisi dan menemukan lagi jejak darah lengkap dengan bekas telapak tangan yang berada di sudut lemari itu. Jaehyun menggeser lemari itu, seperti jejak telapak tangan itu. Dan dia melihat orang yang dia cari di dalam sana dengan keadaan tak bernyawa.

[M] Perfectly Imperfect || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang