Chapter 10

67 14 4
                                    

***

Jiyeon tahu hidupnya sekarang mulai berantakan setelah aksi pembunuhannya terungkap oleh Jaehyun. Dan mungkin sebentar lagi polisi akan memanggilnya, atau mungkin polisi akan langsung menangkapnya. Namun pria itu bilang bahwa dirinya tidak perlu khawatir karena Jaehyun akan mengurusnya dengan menjadikan Hongju sebagai kambing hitam. Sejujurnya, Jiyeon tidak tahu bagaimana Jaehyun bisa tahu kalau dirinya memang sangat membenci ibu tirinya itu. Well, tidak terlalu mengejutkan karena mereka semua termasuk Jiyeon tidak menyembunyikan kebencian mereka satu sama lain. Mungkin karena hal itu juga Jaehyun memberikan saran yang sangat ... berbahaya.

Selain itu, Jiyeon sangat penasaran dengan orang yang memerintahkan perempuan itu untuk membuntuti dirinya. Ada satu orang yang terlintas di pikirannya, dan Jiyeon pernah bertemu sekali dengannya secara langsung, yaitu ketika dirinya bertabrakan dengan seorang wanita di lorong UGD. Mungkinkah wanita itu orangnya? Setelah dipikir-pikir, wanita itu bukan orang asing. Wanita itu bernama Hong Haein, istri dari pebisnis Baek Hyunwoo dan salah satu pesaing bisnis keluarganya. Jika benar, kenapa dan ada urusan apa sampai Haein berani melakukan hal senekat itu? Padahal dia bisa menghancurkan reputasi bisnis keluarga dan suaminya.

Mungkinkah ... semuanya ini ada kaitannya dengan soal warisan? Apakah keluarganya sendiri begitu ingin Jiyeon mati agar dirinya tidak mendapatkan warisan? Sampai keluarganya menyuruh orang lain untuk membuntutinya dan ... membunuhnya? 

"Melamun tidak akan mengubah pekerjaanmu menjadi makanan," ucap Aeri.

Jiyeon tersadar dari pikirannya dan mendengus saat mendengar ucapan Aeri. Saat ini mereka berada di sebuah acara pop-up store sebuah kosmetik yang dimiliki oleh salah satu artis terkenal di Korea. Berbagai influencer yang terkenal di negeri itu diundang ke acara itu, termasuk Jiyeon dan Aeri diajak oleh Jiyeon ebagai plus-one-nya karena Jiyeon tidak punya manajer. 

Benar. Hidup harus tetap berjalan meskipun bom dalam dirinya akan meledak kapan saja. Selama dirinya tidak dipanggil oleh polisi, Jiyeon akan menjalani hidupnya seperti biasa, seperti yang disarankan oleh Jaehyun.

"It's boring." Jiyeon membuang napasnya. "Lihat mereka semua, mereka berkumpul sesuai dengan circle mereka masing-masing dan sisanya mencoba untuk tidak menangis karena diabaikan dan dikucilkan."

Aeri memperhatikan pemandangan yang ada di hadapannya. Memang benar mereka berkumpul sesuai dengan kelompok mereka masing-masing dan tidak peduli dengan orang lain yang diabaikan. Tidak di sekolah, tidak di kuliah, dimana-mana sama saja. 

"Well, look at us. Kita juga disisihkan oleh circle lain. You should be sad too." komentar Aeri kemudian.

Jiyeon menggelengkan kepalanya. "No, I'm not sad at all. Malah aku cukup senang karena aku tidak perlu membuang energiku untuk berpura-pura di depan mereka. Aku hanya merasa kasihan dengan mereka yang tidak punya teman dan kesulitan untuk berteman."

"Then talk to them. Make a conversation, make a friend." komentar Aeri lagi.

"I don't have time for that." balas Jiyeon penuh alasan. "Aku merasa tidak nyaman dengan orang baru. Aku harus memulai perkenalan dari awal dan itu sangat membuang waktuku." 

"Tapi itu caranya berkomunikasi dan membuat pertemanan yang baru." balas Aeri bingung. "What's wrong with you? Kau terlihat agak aneh."

Jiyeon membuang napasnya dengan panjang. Tangannya meraih gelas yang berisi champagne yang masih penuh, kemudian dia meminumnya sampai setelah. Tidak disengaja, matanya menangkap sosok perempuan yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Baek Haerin, anak pertama dari pasangan Baek Hyunwoo dan Hong Haein. Kebetulan yang sangat luar biasa. Jiyeon mencurigai ibunya, dan sekarang anaknya muncul di hadapannya. 

[M] Perfectly Imperfect || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang