Pusaran air yang diciptakan Zivanna bahkan tidak berpengaruh terhadap Looana. Ubur-ubur raksasa itu masih mengapung di sekitaran sana, seolah-olah mengejek kemampuan Zivanna yang masih sangat terbatas.
Namun, kedua energi Zivanna tampak habis. Entah energi sihir maupun energi non-sihir, semuanya berkurang membuat tubuh cantik itu hampir ambruk.
Pandangannya mulai berkunang-kunang, bibir yang semulanya merah muda menjadi sangat pucat. "Ah sialan! Aku belum siap ternyata." Ditengah-tengah rasa sakitnya, dia malah tersenyum lebar. Benar-benar terlihat seperti orang gila.
"ZIIIIVVVV!" panggil Ghania dari kejauhan. Duyung dengan ekor biru tua tersebut berenang cepat menuju tempat Zivanna. "Aku datang!!!"
"Aku akan membantumu."
Zivanna masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Namun, ketika gadis itu sudah sepenuhnya sadar, tangannya kembali membentuk pusaran air untuk menjauhi Ghania dari tempat ini.
"Tenanglah!" Tangan lembut Ghania kemudian menyentuh tangan dingin sahabatnya. "Aku juga telah mempelajari sihir dasar. Jadi aku pasti bisa."
Setetes air mata jatuh. Zivanna buru-buru menghapusnya karena merasa sangat malu dan gagal sebagai seseorang yang jatuh cinta. Kenapa dia harus mengorbankan temannya untuk hal ini? Tidak! Dia tidak akan pernah mengizinkan Ghania menolongnya!
"Ghania, dia bukan lawan yang mudah. Bahkan ratu dan tujuh master lautan tidak bisa melawannya."
"Jika kau tahu itu kenapa kau juga nekat!" teriak Ghania setengah terisak. "Kenapa kau nekat melawan makhluk sialan itu! Dia juga bukan lawan yang mudah untuk mu!"
Benar, dan dia jelas tahu hal itu. Namun terlepas dari apapun Zivanna sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk menyelesaikan misi ini. Entah berhasil atau tidak, hidup atau mati, dia akan menuntaskan ini semua. "Ingin menemui Ocean memang salah satu alasan. Tapi, aku menemukan alasan baru untuk menyelesaikan misi ini, Ghania. Aku ingin ancaman di lautan menghilang dan kalian bisa hidup tanpa khawatir di dalam sini, seperti 200 tahun yang lalu."
Tidak ada yang tahu masa depan, begitupun dengan Zivanna yang kini hanya bisa berusaha sebisanya. Walaupun, usahanya untuk mengeluarkan mutiara raksasa dalam tubuh Looana bukanlah hal yang mudah. Apalagi mengingat sihir dasar tidak mempan untuk mengusir makhluk itu jauh dari pemukiman.
Zivanna tidak bodoh, jelas sekali sihir dasar seperti itu tidak mempan terhadap tubuh Looana. Namun ia pikir, setidaknya bisa membuat ubur-ubur itu risih dan akhirnya pergi. Jelas, pemikiran yang konyol, dan dia menyesal telah berpikir demikian.
Tangan Ghania mulai terentang, dan perlahan bergerak sampai ke atas kepala, membentuk lingkaran dan kemudian pusaran air terlihat di depan tubuh si gadis, dalam hitungan detik, pusaran itu menyentuh tubuh transparan Looana dan kemudian berdentum keras diiringi cahaya biru tua.
Zivanna yang melihat tak mau kalah. Ia seperti mendapatkan ularan tangan dikala terjatuh ke jurang terdalam. Ghania seperti malaikat penyelamatnya.
Berkali-kali mereka berdua melakukan hal yang sama. Dentuman sihir dan cahaya biru tua serta merah muda terlihat seperti lampu diskotik. Namun, perlawanan biasa itu jelas biasa saja dan sangat-sangat tidak berpengaruh terhadap makhluk legenda yang tampak masih terdiam di tempatnya.
Siluman mempunyai tiga energi. Energi sihir, seperti namanya, energi inilah yang menghasilkan sihir dan terdapat dalam setiap tubuh para siluman, untuk mengeluarkannya tentu butuh pelatihan khusus.
Energi non-sihir, energi biasa yang digunakan untuk berjalan, berenang, berlari, melakukan aktifitas sehari-hari seperti energi pada manusia.
Sementara itu, energi terkahir adalah energi kehidupan. Energi ini tidak jauh berbeda dengan nyawa. Ketika energi ini sampai pada batas akhir, si pemilik tubuh akan mati, meninggalkan dunia dan seisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zivanna: Pearl Controller [ON GOING]
FantasyZivanna Pearl adalah duyung penghibur dari South Yunoa. Menjalani kehidupan yang gelap dan penuh cobaan, Zivanna kemudian bertemu dengan penyelamat yang ia temui saat bertugas di kediaman vampir di Red Blood Emperor. Laki-laki tampan yang dingin te...