Episode 09: Permainan Ratu Nanaya

4 0 0
                                    

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Zivanna saat ini. Rumahnya yang biasa sepi kini di warnai oleh jutaan duyung yang hadir di halaman, menunggu sang pahlawan muncul dari balik pintu bercat biru tua tersebut.

Di balik jendela, gadis itu menggigit kukunya panik. Apa yang sebenarnya terjadi? batin Zivanna berkecamuk tak henti. Ia tak paham, bagaimana duyung-duyung itu mengepung rumahnya, membawa spanduk bertuliskan kata-kata semangat, serta banyak foto dirinya yang terlihat di dalam kerumunan.

"Kurasa kau mendadak terkenal," ujar Ghania kelewatan santai. Ia memasukan makanan ringan ke dalam mulutnya tanpa peduli sang sahabat yang kini menatap dirinya kesal.

"Bukannya aku sudah terkenal sedari dulu? Namun, kali ini berbeda, Ghania!" Zivanna kembali menatap kerumunan duyung di halaman rumahnya lewat kaca jendela. "Mereka menaruh harapan sebesar itu kepada ku?"

"Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanya Vivian yang kemudian ikut bergabung. Laki-laki itu baru saja dari dapur, mengambil beberapa makanan yang Zivanna bawa pulang dari daratan saat misi Minggu lalu.

"Ya tentu saja aku harus...."

Aku harus apa? batin Zivanna panik. Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Jika seluruh warga South Yunoa menaruh harapan kepadanya tanpa terkecuali, ia pikir ini benar-benar musibah. Tunggu ... terlepas berhasil atau tidaknya misi itu nanti, ia hanya takut mengacau dan membuat mereka kecewa.

"Aku bahkan belum memulai apapun. Hanya sekedar mencari tahu tentang kutukan dan menemui master, tetapi kabarnya beredar secepat ini? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Ghania menghela napas. Tangan halus itu kemudian mengelus rambut putih mutiara milik Zivanna dengan lembut, penuh penghayatan. "Zivanna sayang, kau tampaknya tak tahu kalau Ratu telah mengumumkan misi ini semalam kepada seluruh lautan. Ingat, tidak hanya di South Yunoa, tetapi di seluruh lautan."

Mata Zivanna terbelalak. Iris biru muda miliknya jadi semakin terlihat, sementara kalung mutiara itu berkedip-kedip sesuai pergantian detik, menandakan Zivanna sedang sangat ... sangat ... sangat gelisah!

"Maksudmu apa? Kenapa aku tidak tahu sama sekali tentang ini?"

Ghania kemudian duduk di salah satu sofa, ekornya mulai keram jadi ia sedikit menuangkan minyak zaitun dari darat dan mengolesnya perlahan. "Semalam kau tertidur pulas, jadi aku tidak tega membangunkan. Ratu membuat pengumuman dengan mengirim seluruh pengawal berkeliling kota, serta mengutus beberapa dari mereka ke negeri bawah laut lainnya, untuk apa? Ya, untuk memperkenalkan sang pahlawan yang telah tiba. Zivanna Pearl."

Gadis berekor merah muda itu mendekat. Kalung mutiara yang bertengger di lehernya masih berkedip-kedip sesuai dengan ritme jantungnya. Seusai duduk di atas sofa tepat di samping Ghania, Zivanna memegang pundak sahabatnya. "Kau ... tidak bohong 'kan?"

"Apa aku terlihat seperti berbohong?"

"TAPI!" Zivanna setengah berteriak, ia kemudian menatap ke arah kerumunan, berharap tak ada yang sadar dengan suara kerasnya barusan. "Bagaimana mungkin Ratu melakukan hal itu? Persiapan ku bahkan masih bisa dihitung jari."

"Itu artinya, Ratu mempermainkan mu," lanjut Vivian yang masih berada di sekitar jendela, memantau kerumunan yang bukannya berkurang malah semakin banyak itu. "Dia berniat mempermalukan mu jika semuanya gagal."

Zivanna tertawa sumbang. Sialan, sudah ia duga.

Mereka sama-sama terdiam, larut dalam pemikiran masing-masing. Zivanna menggigit bibir bawahnya gelisah, Ratu sungguh kurang ajar. Namun, ia tidak bisa melayangkan protes berbentuk apapun karena bisa saja ia mati dalam hitungan detik jika ia berani.

"Ziv, jangan khawatir. Kami mendukungmu. Juga ... seperti perkataan Glori kemarin, tidak ada yang salah dengan pilihanmu. Mau gagal atau berhasil, kamu akan mendapatkan hal yang setimpal."

Walau kata-kata Glori kemarin kembali diucapkan oleh Vivian, rasanya sangat berbeda. Tunggu ... Zivanna tahu Ratu sedang mempermainkannya. Jika ia larut dalam permainan, bukan berarti dia kalah? Gadis itu tersenyum lebar, tidak semudah itu sialan!

"Apa yang terjadi dengan senyummu?" Ghania yang melihat hal itu tentu saja bergidik ngeri. Ia tidak pernah melihat Zivanna tersenyum iblis seperti yang dilakukan sekarang. Apa jatuh cinta kepada Ocean membuat duyung itu mendadak gila?

Zivanna mendadak bangkit dari duduk, membuat Ghania lagi-lagi terkejut. "Kau kenapa sih?"

"Aku akan keluar."

"Hah?" heran duyung berekor biru tua itu sembari menatap Zivanna dari atas sampai bawah. "Untuk apa? Menyapa penggemar-penggemar mu?"

Bukannya menjawab, Zivanna masih memasang senyum iblisnya. Gadis itu kemudian berenang menuju pintu, membukanya perlahan sampai kemudian ia disambut dengan sorakan penuh semangat dari kerumunan itu.

"Zivanna Pearl!"

"Zivanna Pearl!"

"Zivanna Pearl!"

Teriakan demi teriakan menyebut namanya. Bahu Zivanna menjadi sedikit naik, percaya diri dengan sambutan yang sangat membuat jantung berdebar.

"Aku tahu ini bukan dirimu," bisik Ghania. Sementara Vivian hanya tersenyum kecil melihat mereka berdua dari belakang.

"Jika Ratu mempermainkan ku, aku juga akan mempermainkannya."

***

"Sesuai perintah, berita tentang Zivanna telah disebarkan di seluruh lautan, Ratu."

Nanaya mengangguk kecil dengan senyum kemenangan. Mengangkat tangannya dan kemudian sang pengawal kembali keluar setelah melapor. Ekor merah muda itu kemudian meliuk-liuk di sekitaran ruangan agung, menuju jendela kaca yang menampilkan suasana South Yunoa saat ini. Dengan kekuatan sihir dari tongkatnya, Nanaya berhasil membuat jendela itu menyoroti halaman rumah Zivanna yang telah ramai.

"Ratu, apa yang akan anda lakukan?"

"Menontonnya."

Sang penasehat--Humia, laki-laki tua berjenggot putih dengan ekor berwarna hijau itu menunduk. "Misi ini tampaknya membuat Ratu kembali bersemangat."

Nanaya tertawa lantang. "Sudah sangat lama aku tidak merasakan hal seperti ini, Humi. Bagaimana? Apa aku tampak awet muda."

"Ratu selalu muda di mata kami."

Nanaya hanya tersenyum menanggapi. Kembali menatap jendela kaca itu dengan mata berbinar.

"Namun Ratu, bagaimana jika misi itu benar-benar berhasil diselesaikan?"

"Berhasil atau tidak aku tetap akan mempermalukan gadis sialan itu. Sampai dia tahu, siapa sebenarnya Dewi dari South Yunoa."

Zivanna: Pearl Controller [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang