📖 12. Antagonis

254 26 1
                                    

Rea memijat pelipisnya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rea memijat pelipisnya pelan. Ia pusing mendengar ocehan Bianca yang sedari tadi tidak berhenti.

Rea menggeleng-geleng tak mengerti, Bianca ini terkenal dengan sifat pendiam, diam-diam menghanyutkan. Dia tipe orang yang cuek abis, tidak mau bicara jika tidak penting. Tapi kenapa bersama dia terkesan cerewet?

Yah, walaupun begitu Bianca sangat disegani oleh seluruh siswi SMA Mandala.

"Lo harus jauh-jauh dari Fathur!"

"Emang kenapa?"

"Dia dan temannya itu bahaya, jadi jangan dekat-dekat sama mereka. Paham?"

Kalau udah tau bahaya kenapa Bianca masih dekati Zaiden? pikir Rea dalam hati. Dia tidak berani bertanya itu takut Bianca semakin panjang lebar menjelaskan.

Rea mengangguk mengiyakan. Tidak ada untungnya juga berdekatan dengan Fathur ataupun temannya itu. Sebenarnya berdekatan dengan Bianca juga tidak menguntungkan, tapi apalah daya keadaan yang mengharuskan dia berdekatan dengannya.

Mobil berjenis sedan yang mereka tumpangi akhirnya sampai di rumah milik keluarga Bianca. Pintu gerbang terbuka otomatis, membuat Rea sedikit syok melihatnya.

Ketika sampai diparkiran khusus mobil, para pelayan menyambut mereka dengan senyuman hangat. Bianca dan Rea melangkah masuk ke dalam rumah, diikuti oleh para pelayan yang setia mengekori mereka.

"Nah, ini kamar lo, dan sebelah ini kamar gue," tutur Bianca menjelaskan letak kamar yang akan dipakai oleh Rea nantinya.

•°•TITN•°•

Di bawah cahaya rembulan, Rea menatap dalam wajah seorang pria yang berada di sampingnya. Beberapa waktu lalu, Rea memungut pria yang sedang tidak ada tujuan hidup di pinggir jembatan.

Berawal dari ingin mencari makanan kini berakhir dengan seorang pria tampan yang sayangnya lagi galau karena cinta.

"Mau gue colok mata, lo?"

Bukannya menjauh, Rea semakin mendekatkan wajahnya ke pria itu. Kini wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. Rea tidak gugup ataupun canggung karena ia sudah masuk mode malam. Sifat dia yang introvert seketika menjadi extrovert jika pada malam hari.

"Gue heran ...."

"Why?" tanya pria sambil menarik sebelah alis ke atas.

"Cowok seganteng lo, kok bisa nangis." Jawabnya dengan wajah polosnya.

"Gue nggak nangis," elaknya sambil menatap layar kaca di handphonenya guna memastikan jika ucapan Rea tidak benar adanya.

Rea menyipitkan matanya, "Gue udah lihat, nggak usah ngelak lo, Wir."

"Tama! not Wira. I'm Wiratama Adiwijaya and call me Tama. You understand?"

Trapped In The NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang