PROLOG

93 15 0
                                    

Waktu yang terus berjalan, selalu beriringan dengan perjalanan hidup seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu yang terus berjalan, selalu beriringan dengan perjalanan hidup seseorang. Karena ya ... kehidupan memang seperti itu.

•••

Ponsel Kansya berbunyi tepat ketika dirinya hendak pergi ke IGD. Ada pesan masuk yang menyuruhnya untuk segera datang, mengabari jika baru saja ada korban kecelakaan tiba.

Kansya berlari, dan ketika sampai di IGD dia disambut oleh seorang perawat. "Ada dua pasien kecelakaan, Dok. Pasien perempuan mengalami luka sobek di dahinya, sedangkan pasien laki-laki mengeluh jika lengan kirinya terasa sakit dan tidak bisa digerakkan. Kemungkinan terjadi fraktur lengan." Eka, perawat yang bertugas di IGD malam ini itu menjelaskan secara singkat.

"Dokter Cakra mana?" tanya Kansya menanyakan rekan dokternya yang malam ini juga berjaga bersamanya.

"Sedang memeriksa keadaan pasien perempuan, Dok. Jadi Dokter hanya perlu memeriksa pasien laki-lakinya saja."

Kansya mengangguk dan berjalan di sisi Eka menuju tempat di mana pasien korban kecelakaan itu terbaring.

Dan ketika Eka membuka tirai yang membatasi antar hospital bed, Kansya dibuat tertegun ketika melihat siapa yang tengah terbaring di sana.

Jadi korban kecelakaannya itu ... dia?

Pasien laki-laki yang berhasil menarik perhatian Kansya itu seketika membuka mata sehingga kini mereka bertemu tatap. "Apa ada keluhan lain selain merasa sakit di bagian lengan?" tanya Kansya pada Eka. "Tidak ada luka luar yang perlu saya periksa?"

"Tidak ada, Dok."

Kansya mengangguk paham. Lalu setelah menggunakan handscoon, dengan meletakkan stetoskopnya di kedua telinga Kansya mulai mendengar detak jantung dan paru si pasien. Ia mengerutkan kening dan melirik Eka. "Sudah kamu tensi kan, Eka?"

Eka mengangguk. "Tensinya normal, Dok. 110/70."

Kansya mengangguk lagi dan kini tangannya mulai memeriksa kedua pupil pasien dengan pen light. Normal juga, tidak ada yang aneh.

"Tolong beri infus dan hubungi Dokter Hana ya. Supaya bisa segera dilakukan pemeriksaan MRI," kata Kansya lagi kepada Eka.

Karena Kansya di sini hanya sebagai dokter umum, maka dirinya harus menghubungi dokter yang memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan di bagian lengan yang mengalami fraktur.

Eka mengangguk sebagai jawaban. "Baik, Dok." Dan berlalu dari sana. Meninggalkan Kansya untuk pergi ke nurse station.

"Bagaimana kondisi anda? Sungguh tidak ada keluhan lain?" Kansya bertanya lagi ketika Eka sudah tidak terlihat lagi.

Pasien itu hanya mengerjap.

"Seperti yang saya katakan, akan dilakukan pemeriksaan MRI sebentar lagi. Jadi tunggu sebentar. Dokter yang berwenang akan segera datang."

Maybe, If You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang