01. KENAPA DIA DI SINI?

71 11 0
                                    

2013

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2013

“Sya, emang bener ya lo lagi deket sama si cowok AI itu?” Gita mengawali pembicaraan ketika mereka baru saja duduk di balkon kamar gadis itu.

Kansya dan Gita baru saja selesai mengerjakan PR bersama. Dan untuk bersantai sambil menunggu hujan reda, Gita menyuruh Kansya memutuskan untuk tetap tinggal sejenak sambil menikmati cokelat panas yang ibunda Gita buatkan untuk keduanya.“Kok lo nggak pernah cerita sih?”

Kansya tahu yang dimaksud oleh Gita si manusia AI itu adalah dia. Januar Shankara Bramansa, si anak pemilik yayasan SMA Harapan Bangsa. Sekolah mereka. Seperti julukannya, Januar memang seperti AI. Wajahnya tidak usah ditanya, tampan—lebih dari tampan. Bola matanya hitam sedikit cokelat, hidungnya bangir terpahat sempurna, alisnya tidak terlalu tebal tetapi mampu membingkai kedua matanya yang selalu tajam, bulu matanya lentik, bibirnya tipis dan merah alami. 

Banyak anak-anak SMA Harapan Bangsa yang mengidolakan seorang Januar Shankara, terutama para perempuan. Apalagi alasannya kalau bukan karena tampan. Selain itu, juga karena Januar tipe orang yang friendly. Mudah bergaul, social butterfly. Di seluruh penjuru sekolah, akan aneh jika tidak ada yang mengenal seorang Januar Shankara.

Termasuk Kansya. Si anak beasiswa yang bahkan tidak akan terlihat, meskipun namanya selalu ada di majalah dinding tiap semester karena akan terpajang di nomor satu.

Namun tunggu ...

Kansya dekat dengan Januar Shankara? Itu mana mungkin? Gosip dari mana itu?

Bahkan Kansya lebih sering melihat Januar dari kejauhan daripada berpapasan dengan lelaki itu.

Ah kecuali tiga hari lalu. Saat Januar tak sengaja menjatuhkan buku-buku yang dia bawa dari ruang guru. Mereka bertabrakan di koridor, karena Januar yang tak memperhatikan jalan.

Lho? Masa karena itu mereka dianggap dekat? Masa karena Januar yang membantunya membereskan buku-buku itu dan membantunya membawakan ke kelas, itu dianggap jika mereka berhubungan dekat?

“Ya karena gue emang nggak deket sama dia, Git.” Kansya menyeruput cokelat panas di mug besar yang dia genggam. Cokelat panas buatan Tante Lila—ibunda Gita memang tiada duanya. Apalagi jika dinikmati ketika suasana hujan seperti ini. Beeuh. Nikmat. “Lagian siapa deh yang bilang gue sama Januar deket? Gak mungkin banget lagi. Tiba-tiba banget deh."

Gita mengerutkan kening. “Kenapa juga ga mungkin? Karena lo anak beasiswa?”

Kansya berdeham dan itu berhasil membuat Gita memutar bola matanya.

Lagu lama. Lagian apa salahnya coba dengan anak beasiswa?

“Ya elah, Sya. Nggak abis-abis deh lo. Emang kenapa coba kalau lo anak beasiswa? Lo dapet beasiswa juga karena pinter kali. Lo berprestasi makanya lo dapet beasiswa.” Gita menggerutu. Anak itu memang tidak suka jika Kansya selalu memandang dirinya rendah, hanya karena dia adalah seorang anak beasiswa. 

Maybe, If You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang