03. DATANG NGGAK DIUNDANG, BIKIN EMOSI

38 10 0
                                    

2013

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2013

“Kansya?”

Saat itu, Kansya baru pulang dari pasar ketika Janu tiba-tiba menyapa dan berjalan di sebelahnya.

"Loh?" Kansya berhenti berjalan, membuat Janu turut berhenti. Kehadiran Janu yang tiba-tiba ini membuat kedua mata Kansya membulat karena … untuk apa laki-laki kaya raya seperti Janu, malah ada di lingkungan rumahnya yang bisa dibilang kumuh—dan tidak cocok untuk keberadaan seseorang seperti Janu Shankara?

“Lo mau ke mana?” Lalu lirikan Janu terarah pada plastik belanjaan yang Kansya bawa. “Habis belanja?"

Kansya tak segera menjawab. Dia justru malah hanya memandangi Janu yang terlihat santai sekali hari ini. Seolah kehadirannya di sini itu adalah sesuatu yang wajar dan bukan hal aneh.

“Kenapa nggak jawab? Kenapa lo cuma lihatin gue begitu?”

Kansya berdeham. “Harusnya gue yang nanya. Lo kenapa bisa ada di lingkungan rumah gue?”

“Loh ini daerah rumah lo?”

Kansya tidak tahu jika kegemaran Janu adalah berpura-pura. Sejak kemarin, entah kenapa laki-laki ini selalu saja menjawab hal yang sudah pasti Kansya tahu jawabannya. Dan itu cukup menggelikan—atau menyebalkan lebih tepatnya.

“Bisa to the point nggak? Gue nggak sebodoh itu buat tau kalau lo lagi akting sekarang.”

Janu sontak tertawa. “Yaah .. ketahuan deh.”

Kansya melipat tangannya di depan dada dan menatap lurus ke arah Janu. “Ada apa? Mau ngapain?”

“Gue cuma mau ketemu lo aja sih.”

Kening Kansya mengernyit. 

“Kalau di sekolah, lo nggak mau gue deketin karena takut jadi gosip kan?”

Kansya tak menjawab. Namun dia ingat, itulah yang dia katakan pada Janu beberapa hari lalu.

“Jadi yang bakalan gue lakuin adalah, menghindari hal itu terjadi.”

Kansya masih tidak mengerti apa maksud lelaki ini.

“Gue akan deketin lo di luar sekolah, dengan memastikan tidak ada orang yang tahu kalau gue lagi deketin lo.”

Kansya sontak terbatuk. Tidak, itu bukan pura-pura. Kansya memang terbatuk karena terkejut dengan apa yang Janu katakan.

“Apa lo bilang?” tanya Kansya setelah beberapa saat. “Lo mau—apa?”

“Gue mau deketin lo, tapi bakalan gue lakuin di luar sekolah supaya gak ada yang gosipin lo. Jadi lo nggak perlu khawatir tentang apapun lagi sekarang."

Astaga …

Untuk sesaat, Kansya kehilangan kata.

“Lo gila ya? Buat apa sih? Gue gak mau lo deketin," ujar Kansya kesal tak lama kemudian.

Maybe, If You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang