"PERGI!"
"JANGAN GANGGU GUE."
"LO UDAH MATI."
"GUE GA SALAH, BUKAN GUE."
"TOLONG!"
Di penjara dengan pencahayaan minim terlihat seorang pemuda yang terus berteriak ketakutan, sembari terus berusaha mencari tempat persembunyian.
Rambut panjangnya yang acak-acakan, bajunya yang lusuh serta wajahnya yang terlihat kusam tak terawat. Serta banyaknya luka di sekujur tubuhnya memperlihatkan betapa tersiksanya ia selama berada di sana.
Tidak ada yang peduli dengan kondisinya, setelah lukanya di rawat, ia akan di tinggalkan begitu saja di sana. Bahkan para penjaga dengan santai lewat tanpa peduli dengan pemuda itu yang terus berteriak dan meracau tak jelas.
°°°°°°°°°°°°°°
"Sean."Panggil Jayyan setelah melihat Sean. terbangun dari pingsannya.
"Hm, bang Jayyan."ucap Sean dengan suara lemah.
"Ini minum dulu."ucap Jayyan sembari membantu Sean untuk duduk bersandar.
"Terimakasih."-Sean.
Sementara Sean minum, Jayyan terus menatap wajah Sean yang terlihat pucat. Badan Sean juga terlihat lebih kurus dari sebelumnya dan gesturnya yang terlihat lemah.
"Udah bang."ucap Sean, lalu menyerahkan gelas kosong ke arah Jayyan.
"Lo kalo mau ke taman, ajak gue atau yang lain Sen. Lagian Lo ngapain sih selalu ke taman di pagi hari? Gimana kalo yang nemuin Lo pingsan orang jahat?"tutur Jayyan yang telah duduk di samping Sean.
"Gue juga gak tau kenapa gue bisa ada di sana bang."lirih Sean sembari menunduk.
Sean benar-benar tak tau kenapa ia berada di taman dan berakhir pingsan. Seingat Sean, saat terbangun di pagi hari, ia selalu melihat sosok perempuan di depan pintu kamarnya. Setelahnya, Sean tak tau apa yang terjadi yang membuatnya terbangun dalam ke adaan lemas.
Jayyan menatap Sean miris. Setelah menjalani pengobatan ke psikiater, ke adaan Sean memang menjadi lebih baik, namun fisiknya menjadi lebih lemah dan mudah sakit. Bahkan perilaku Sean menjadi sangat aneh, di pagi hari Sean akan berjalan menuju taman dan berdiam diri di sana. Jika tidak di bawa pulang, Sean akan terus berada di sana. Pernah seharian mereka membiarkan Sean berada di taman, karna berfikir mungkin Sean suka ke taman untuk menikmati suasana pagi hari. Namun yang terjadi malah Sean terus duduk di sana hingga malam hari.
"Papah mana?"tanya Sean sembari menatap ke segala penjuru kamar.
"Papah lagi ke kantor dan pulangnya mungkin agak malam karna ada masalah di kantor."jawab Jayyan.
Sean hanya terdiam mendengar jawaban Jayyan. Ia lalu memandang ke arah balkon yang terbuka menampilkan pemandangan luar. Namun bukannya pemandangan indah yang ia lihat, malah penampakan seorang perempuan yang ia dapati di sana. Sean lagi-lagi tak dapat mengalihkan pandangannya saat matanya bertemu dengan mata perempuan itu.
"Sean, Lo liatin apa sih di luar sana. Gak capek apa tuh leher madep sana mulu. Gue yang liat lo aja pegel loh ini."ucap Jayyan yang langsung membuat Sean tersadar dan segera mengalihkan pandangannya.
"Yang lain kemana?"Tanya Sean, pasalnya sedari tadi baik Opa, Oma dan lainnya tak terlihat. Biasanya jika ia sadar, mereka semua telah berada di kamar Sean.
"Lo lupa? Kan besok acara pernikahan kak Riana sama bang Rafael. Jadi mereka semua lagi sibuk persiapan."jawab Jayyan.
"Terus kenapa Lo di sini? Kenapa gak ikut bantu-bantu juga?"tanya Sean lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE S2
HorrorBaca aja dulu, kalau suka silahkan lanjut. Saranku, baca S1 nya dulu sebelum membaca cerita ini biar nyambung. Jangan lupa vote juga kalau kamu suka ceritanya.😊