Siang harinya Sean beserta para sepupunya berkumpul di ruang keluarga. Termasuk Samudra dan Rafi yang memang menginap di mansion Asteria.
Infus Sean baru saja di lepas satu jam lalu karna kondisinya yang sudah sedikit membaik.Entah apa yang telah Samudra lakukan, dari pagi Sean selalu menempelnya. Bahkan saat ini, anak itu tengah bersandar pada Samudra sembari melakukan video call dengan Jeremy. Semua sepupu Sean yang ada menjadi kesal di buatnya.
Niat hati ingin mengajak fotbar, malah anak itu tak mau dan terus menempel pada Samudra. Padahal ini adalah momen yang tepat untuk mengajak anak itu bermain atau sekedar berfoto. Karna selama ini mereka tak bisa bertemu dan mereka juga tak selalu berkumpul seperti sekarang.
°°°°°°°°°°°°°°°°
"Bang Sam kenapa harus pulang? Kenapa enggak tinggal di sini aja kayak bang Jayyan?"tanya Sean sendu sembari memandang Samudra.
"Kan abangnya harus sekolah nak. Sebentar lagi ujian kelulusan jadi harus rajin masuk sekolah."jelas Helena memberi pengertian untuk cucu bungsunya itu.
"Kenapa gak pindah aja sih kayak bang Jayyan?"-Sean.
"Nanti setelah lulus Abang janji bakal pindah ke sini. Yang penting Lo jaga kesehatan dan jangan lakuin hal aneh lagi. Ngerti?"ucap Samudra yang di angguki pasrah oleh Sean.
"Lebai amat sih Lo cil."julid Xeina.
"Jangan manggil Cil Cil terus Xeina. Ingat kita itu seumuran."balas Sean tak terima.
"Apanya yang seumuran? Aku lebih dulu lahir ya dari pada kamu."bantah Xeina.
"Cuman beda 3 bulan gak ngaruh. Lagian tinggian aku 4 cm."ucap Sean tak terima.
"Bukannya ke balik ya? Masih tinggian aku daripada kamu."ucap Xeina yang memang merupakan fakta. Keturunan papi Sagara memang tinggi-tinggi. Riana kakak Xeina saja yang perempuan tingginya mencapai 185 cm sedangkan kakak laki-laki Xeina, Rexala tingginya mencapai 200 cm.
"Papah kenapa aku pendek? Kenapa tidak seperti yang lain, tinggi, berotot dan berkulit tan."tanya Sean sembari menatap Sakha sendu.
Sakha hanya terdiam, tak tau harus menjawab seperti apa pertanyaan Sean. Salahkan saja keponakan tengilnya yang suka menjahili putranya.
"Ayo pulang, jangan pikirkan hal itu lagi. Tidak usah menghiraukan Xeina, nanti papi hukum saat tiba di rumah."ucap Sagara langsung menggendong tubuh lemas Sean dengan mudah. Samudra telah naik ke pesawat beberapa saat lalu saat Xeina dan Sean berdebat.
"Bahkan papi bisa menggendongku dengan mudah seperti ini, seringan itu kah? Harga diriku yang malang, mana banyak orang lagi yang liat. "Ucap Sean dengan kalimat terakhir yang di lontarkan dalam hati. Menatap sekitar bandara yang sangat ramai.
"Makanya makan yang banyak biar berat."cibir Jayyan yang berjalan di samping Sagara.
"Gue udah makan banyak ya bang, tapi tetap aja kayak gini mulu."ucap Sean memandang Jayyan kesal.
"Apanya yang banyak, di kasih sepiring yang di habisin cuman setengah. Itu makan banyak?"julid Jayyan.
"Enggak yah, gue ga gitu."sangkal Sean.
"Sean, berhenti menggunakan bahasa gaulmu."Tegur Jaren.
"Tapi Dad, bang Jayyan yang ngajarin."protes Sean.
"Mana ada gue ngajarin lo."sangkal Jayyan.
"Itu."-Sean.
"Sudah, kalian berdua dan yang lain di larang menggunakan bahasa gaul. Jika Daddy dapati kalian melanggar, akan mendapat hukuman."ucap Jaren tegas tak terbantahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE S2
HorrorBaca aja dulu, kalau suka silahkan lanjut. Saranku, baca S1 nya dulu sebelum membaca cerita ini biar nyambung. Jangan lupa vote juga kalau kamu suka ceritanya.😊