"kenapa kamu tega melakukan itu semua kepadaku?"
"Aku salah apa sama kamu?"
"Hidupku hancur karna mu."
"Kamu udah ambil semuanya termasuk hidupku."
"Kenapa ada manusia sejahat kamu?"
"Hidupku menderita gara-gara kamu."
"Kamu manusia kan?"
"Terbuat dari apa hatimu?"
"Atau kau memang tak punya hati?"
"Aku tak akan biarin kamu hidup tenang."
"Orang sepertimu tidak pantas bahagia."
"Lebih baik kamu mati."
"LEBIH BAIK KAMU MATI."
°
°
°Olivia terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu kemudian mengambil segelas air yang tersedia di atas nakas lalu meminumnya hingga habis.
"Mimpi itu lagi."ucap Olivia marah.
"Dimanapun aku tidur kenapa mimpi itu terus datang? Sialan."kesal Olivia sembari mengacak rambutnya kasar.
Saat Olivia hendak minum kembali, ternyata air yang tersedia telah habis. Mungkin para maid lupa mengisinya sebelum tidur tadi.
"Aish, pake habis segala. Merepotkan."dengan terpaksa Olivia berjalan keluar kamar untuk mengambil air ke dapur.
Setelah menutup pintu kamarnya, suasana mansion yang gelap langsung menyambut Olivia. Hanya sinar rembulan yang masuk lewat jendela kaca menerangi beberapa sudut mansion.
Sejenak Olivia merinding saat suhu sekitar tiba-tiba jadi dingin. Olivia dengan segenap keberaniannya tetap melangkah untuk menuju dapur karna tenggorokannya benar-benar kering.
Saat hendak menuruni tangga, Olivia melihat Sean sedang berjalan juga di pertengahan tangga sendirian. Olivia yang tadinya agak takut menjadi semangat bahkan rasa kantuknya hilang. Dengan hati yang tenang Olivia menuruni tangga berusaha menggapai Sean, namun entah bagaimana atau langkah Sean yang terlalu cepat, Olivia tak dapat menggapai Sean.
Saat sampai di bawah, Olivia tak mendapati Sean atau siapapun di sana. Yang ada hanya seluruh ruangan yang gelap gulita dan sepi.
"Sean."panggil Olivia mencoba berpikir positif siapa tau Sean telah masuk ke salah satu ruangan.
"Sean."panggil Olivia untuk kedua kalinya namun tak ada sahutan.
"Sean."panggil Olivia lagi, kali ini perasaan Olivia menjadi tak enak. Namun mencoba mengabaikan perasaannya, sebuah siluet seseorang tiba-tiba melintas di hadapan Olivia memasuki ruang keluarga.
Olivia yang mengira itu adalah Sean mengikuti siluet itu hingga masuk ke dalam ruang keluarga. Ruangan itu tidak terlalu gelap karna cahaya bulan yang masuk lewat jendela kaca hingga Olivia dapat melihat setiap sudut ruangan.
"Sean?"panggil Olivia lagi tapi tetap tak mendapat sahutan.
Olivia yang mulai takut akhirnya berniat keluar dari ruang keluarga. Saat hendak keluar dari pintu masuk, tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkah Olivia.
"Cari siapa?"
"Cari Sean ya?"
Suara itu tersebut terdengar sangat jelas dan menggema di dalam ruangan. Olivia kemudian berbalik dengan perlahan untuk memastikan asal suara tersebut, karna tadi setelah meneliti setiap sudut ruangan tak ada siapapun di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE S2
HorrorBaca aja dulu, kalau suka silahkan lanjut. Saranku, baca S1 nya dulu sebelum membaca cerita ini biar nyambung. Jangan lupa vote juga kalau kamu suka ceritanya.😊