6. Six

12.8K 1.6K 850
                                    

Halloooooo!


Follow Ig : @starshine1603

OH YA TRANSLATE DI KOMEN Y. KE DEPANNYA GA BANYAK-BANYAK DAH.

Enjoy!!!

Makasih dah mau baca vote komen. Lov u✊❤️‍🔥

Happy reading!!!

****

Setiap hari akan selalu ada jam latihan bela diri bagi Calista, tuntutan dari ayahnya. Gadis itu juga tak protes karena hal ini termasuk kesenangannya. Seperti pada sore hari ini, Calista menunggangi kuda seraya membawa busur panah di halaman belakang yang sudah disulap sedemikian rupa menjadi arena berkuda berbentuk cincin, di tengah-tengahnya ada papan tempat target panahan.

Semua ini memang sudah disiapkan oleh ayahnya—Mark Calzeylions.

Gadis itu dengan gagah menunggangi kuda tanpa rasa takut, tidak ada kesulitan sedikit pun padahal sambil memegang panah. Tampak lihai karena sudah bertahun-tahun dia belajar ini. Calista selalu belajar dari kesalahan, bukannya apa-apa, dulu dia pernah jatuh juga saat menunggangi kuda, dan saat mengetahui itu pasti ayahnya marah, menghukumnya dengan cara menambah jam latihan bela diri.

Calista fokus latihan, memutari arena dengan memanah sesuai target. Tanpa tahu kalau dari kejauhan ada ayahnya yang memantau sambil meminum wine. Lelaki paruh baya itu masih terlihat gagah dengan jas yang masih menempel di tubuh atletisnya. Mata elangnya itu menelisik setiap gerak-gerik Calista, dengan sedikit rasa bangga dalam hatinya melihat putrinya begitu lihai.

Dididik kerasa dari kecil, mampu menguasai beberapa bahasa bahkan ketika usianya masih belia, tumbuh menjadi gadis yang cantik serta pemberani, membuat Mark sangat-sangat mencintai putri bungsunya.

Mark meminum winenya, tapi netranya masih fokus mengawasi Calista. Ekor matanya melirik sekilas ke samping kiri, tahu ada orang yang datang karena terdengar dari suara langkah kaki.

"Damn! Kenapa dia bisa secantik itu, dari segi mana pun?" ujar orang itu, membuat Mark langsung menurunkan gelasnya. Tanpa menoleh pun tahu kalau yang datang adalah Al Cakrawala, harum maskulin itu sudah khas, sudah familiar juga karena Mark mengenalnya dengan baik.

"Karena ayahnya keren," balas Mark percaya diri lalu tersenyum smirk, kembali meminum winenya hingga tandas.

Al terkekeh kecil. Kalau Andrew mendengar ini pasti laki-laki itu akan bereaksi seperti ingin muntah.

"Salah." Al dengan santai membalas, lalu memasukkan satu tangannya ke dalam saku. "Karena Mommy Calista juga secantik itu."

Mark langsung menoleh membidik tajam Al dengan tatapannya. Berdecih sinis. "Berani-beraninya kamu memuji istri saya di depan saya langsung?"

Al terkekeh lagi melihat reaksi yang menurutnya lucu itu. Tak takut karena memang sudah akrab dengan Mark, bahkan sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

Keduanya lalu terdiam, fokus menatap Calista yang masih menunggangi kuda, dengan senyuman tipis tanda bangga.

Dahi mereka terlihat mengernyit ketika dengan tiba-tiba Calista loncat turun dari kuda secara salto lalu memanah berulang kali secara emosional ke target panahan.

Pada detik yang sama terdengar suara tembakan peluru. Ternyata dari arah lain Andrew dengan tampang otoriternya datang membawa pistol, mungkin itu yang membuat Calista turun, demi menghindar dari tembakan.

Sweet but psycho! [ Lavender 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang