Benar kata Ilyas, kalau ditanya kenapa Loka sebegitu tidak sukanya dengan Mara, karena dia itu sok sombong. Loka sangat tidak menyukai orang seperti itu. Ditambah Mara itu cuek dan judes sekali, tidak bisa diajak bekerjasama.
Kalau ditanya awal mula mereka bisa menjadi musuh, sepertinya sudah sejak tahun pertama mereka mengemban ilmu disini.
Kurang lebih sekitar 2 tahun yang lalu jika dihitung dari sekarang.
—
Waktu itu sekitar beberapa waktu sudah berlalu sejak dia-Loka mulai menimba ilmu dibangku perkuliahan, dengan jurusan desain sebagai pilihannya. Dia tidak sendirian bersama dengan satu orang yang sudah dia kenal sejak bangku SMA-siapa lagi kalau bukan Ilyas.
Tapi mari kesampingkan Ilyas terlebih dulu. Dia tidak pent—tidak dibahas disini.
Tidak ada yang spesial, semuanya berjalan begitu saja tapi bukan berarti dia tidak berminat, hanya saja yasudah selain belajar, bersosialisasi, dan mencari relasi, lalu apa lagi?
Sampai dirinya-tidak tahu secara pasti, seseorang kalau tidak salah namanya Mara mulai menarik perhatiannya-jangan salah, bukan menarik yang seperti kalian pikirkan.
Awalnya Loka tidak ingin ambil pusing, toh hidupnya sudah pusing malah memikirkan orang lain, tambah pusing. Tapi kali ini entah mengapa benar-benar menganggu dirinya lama-lama.
Mara tidak salah apa-apa sebenarnya, hanya saja dia itu sangat menjengkelkan di matanya.
Mulanya dia biasa saja tidak mau berurusan, tapi dia sangat kesal setelah sering mendengar Mara mengatakan hal yang menurutnya sangat tidak masuk akal, jika dia lihat secara langsung.Kebetulan waktu itu dia bersama Ilyas, mengambil kelas yang sama dengan Mara dan beberapa temannya dan posisi duduknya pun berdekatan. Mara dan temannya, entah Loka tidak tahu siapa namanya berada didepan bangkunya dan Ilyas.
Loka sih tidak berniat menguping, tapi kalau kedengaran mau bagaimana lagi? Loka tidak langsung ikut campur hanya membatin saja.
Hanya saja hal yang dia tidak sengaja dengar membuatnya kesal, bagaimana tidak, Mara-orang didepannya ini selalu mengatakan tidak bisa ini itu.
Semisal mereka sedang mengerjakan tugas pasti ada satu waktu dia mengobrol dengan temannya dan selalu mengatakan kata-kata itu.
"Tolong dong aku gabisa"
"Eh ini gimana caranya aku gatau"
"Aku gak yakin deh sama hasilnya"
Sepele sih, hanya saja setiap kali Mara mengatakan hal seperti itu, dia malah selalu menjadi orang pertama yang berhasil menyelesaikan tugas, ditambah mendapat nilai yang rata-rata nyaris sempurna.
Dan, satu hal lagi. Loka paling tidak suka dengan orang seperti itu. Sekali lagi, sok sombong.
Sekali atau dua kali boleh lah, tapi tiga dikali empat sama dengan dua—
Tapi kalau berkali-kali kan orang jadi kesal?
Loka ini penganut hidup itu ngalir aja, ketemu manusia modelan Mara? Jelas.
Jelas kesalnya. Gak masuk sama motto hidupnya yang ngalir aja.
Kesal saja, bisa tidak sih hidup dibawa santai aja? Dia saja bisa meraih nilai sebagus itu, masih bilang tidak bisa?
Dia dapat setengah dari seratus saja sudah syukur.
Tapi, ini baru salah satu alasan, hanya alasan kecil kenapa dirinya bisa menjadi musuh dengan Mara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AT FIRST DIE! [ON HOLD]
RomansaAsmara dan Loka, dua manusia yang tidak pernah ada kata akur dalam hidupnya, bertitel sebagai rival satu sama lain membuat mereka menjadi musuh alami sehari-hari, bahkan teman-teman mereka sudah menyerah dan angkat tangan atas mereka berdua. Suatu h...