Chapter 10 : Ketulusan

511 100 21
                                    

.
.
.

Author Pov

Hari ini Ahyeon datang kesekolah seperti biasa. Rami cukup kaget setelah melihat Ahyeon duduk tenang di kursinya. Ditambah Rora yang juga diam sambil memandang Ahyeon datar.

"Oh iya Minji, katanya orang yang bunuh diri tuh bakal mutusin takdir dia sama orang-orang yang dia cintai. Emang bener ya?" Tanya Kyujin yang duduk dibelakang Rami. Rami mendengarkan dalam diam sambil melirik Minji tanpa menoleh. Begitupun Rora dan Ahyeon yang juga ikut mendengarkan percakapan Kyujin dan Minji.

"Katanya sih bener. Mau berapa kali pun dia reinkarnasi dia gak bakal ketemu atau intinya gak bakal bersatu lagi sama orang-orang yang dia cintai. Termasuk orangtua dan anak mereka" Jelas Minji dengan lembut.

"Kejam ya" Komentar Kyujin dengan nada iba.

"Ya mungkin itu hukuman" Tambah Minji.

Brakk

Seisi kelas terkejut dengan suara keras yang berasal dari meja yang dipukul Rora. Minji duduk tepat dibelakang Rora.

"Jangan sok tau deh, lagian reinkarnasi tuh cuma mitos. Dan gak ada yang tau kenapa orang-orang tuh lebih milih mati dari pada hidup" Wajah Rora terlihat sangat kesal. Rora bahkan hampir berbalik badan agar bisa melihat Minji.

"Anjirr nih anak. Biasa aja dong, kalo gue kena serangan jantung gimana?" Minji mengusap dadanya, jantungnya berdebar kencang karena ulah Rora si penguasa kelas.

"Makanya gak usah bahas hal-hal sensitif. Mending kalian belajar" Sungut Rora lagi, Kyujin menelan ludahnya sendiri saat matanya bertemu dengan milik Rora. Rami menoleh melihat wajah Rora yang memang terlihat marah.

Sreeettt

Bunyi kursi yang bergeser, Rami mendongak melihat punggung Ahyeon yang kini sudah berdiri. Lalu Ahyeon dengan cepat keluar dari kelas.

"Loh Ahyeon mau kemana?" Rora bertanya namun Ahyeon tidak menggubrisnya.

"Awas lu berdua, gue kasih cicak goreng di mie ayam lu pada" Ucap Rora sambil melotot dan melakukan gesture tangan 'You die' kearah Minji dan Kyujin lalu berdiri dan mengejar Ahyeon.

Rami yang masih mencerna apa yang terjadi hanya terdiam. Rami yakin Rora mengetahui sesuatu yang tidak ia ketahui. Rami mengetuk-ngetuk meja sembari berpikir, Ahyeon bisa saja melakukan hal yang paling buruk.

Sedangkan diluar kelas Rora mengejar Ahyeon yang berjalan cepat. Lorong-lorong sekolah mereka lumayan ramai karena ini merupakan jam belajar mandiri.

"Yeon tunggu, Ahyeon!" Panggil Rora setengah berteriak namun Ahyeon tidak merespon dan malah mempercepat langkahnya.

"Aishh" Rora akhirnya berlari mengejar Ahyeon yang masih keras kepala tidak mau mendengarkan.

"Ahyeon, gua bilang tunggu!" Akhirnya Rora berhasil menggapai tangan Ahyeon.  Rora langsung membalik tubuh Ahyeon, namun setelahnya Rora terkejut karena mendapati air mata mengalir di pipi Ahyeon.

"Eh, kenapa lu nangis? Lu gak papa?" Rora menatap Ahyeon yang juga menatapnya. Ahyeon tetap diam dengan wajah sendu. Rora yang tidak ingin sahabatnya jadi bahan tontonan orang pun langsung menarik Ahyeon ke UKS. Rora melihat luka ditangan Ahyeon dan ingin mengobatinya.

Sesampainya di UKS Rora melihat seisi UKS yang sunyi. Hanya ada perawat yang memang menjaga UKS tersebut. Rora dengan tidak sabar mendudukan Ahyeon didekat perawat dan menyuruhnya mengobati Ahyeon.

Rora menutup pintu UKS tersebut dan menguncinya. Perawat itu menatap Rora yang nampak memohon. Saat perawat itu melihat luka Ahyeon ia pun mengangguk.

Dengan pengertian perawat itu merawat luka Ahyeon tanpa bertanya. Luka ditelapak tangan Ahyeon yang kemarin di obati Rami tampak basah kembali. Bahkan dipergelangan tangan Ahyeon ada bekas luka garis-garis panjang yang menyerupai barcode. Bekas lukanya tertutup lengan jas jadi yang lain tidak menyadarinya. Namun itu bukan Rora yang peka dan pintar.

FATE - RAMYEON & AURORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang