Chapter 11 : Musim Semi

465 92 18
                                    

.
.
.

Author Pov

Rami terbangun dan mendapati dirinya ada di sebuah taman yang dipenuhi pepohonan dan bunga-bunga indah. Rami kemudian berdiri dan mengedarkan pandangannya dengan rasa damai yang memenuhi relung hatinya. Ia tersenyum melihat kupu-kupu yang berterbangan.

Rami mengangkat tangannya dan ingin menyentuh kupu-kupu tersebut. Namun Rami merasakan ada sentuhan di bahunya. Rami berbalik badan dan mendapati seorang pria paruh baya tersenyum manis padanya.

"Papa?" Ucap Rami dengan riang, ia langsung memeluk pria tersebut dengan erat, begitu nyata hingga Rami meneteskan air matanya. Rami sangat merindukan ayahnya yang sudah meninggal 3 tahun lalu. Kerinduan yang amat dalam hingga kadang begitu menyiksa Rami.

"Papa, ini beneran papa?" Rami masih tidak percaya, ia melepaskan pelukan dan mengusap air matanya sendiri sambil tersenyum pada ayahnya.

"Iyaa, ini papa nak. Kamu sudah besar dan makin cantik" Pria itu menatap lembut Rami seraya mengusap kepala Rami dengan sayang. Rami tak kuasa menahan tangisnya yang ingin pecah. Ia rengkuh lagi tubuh pria itu lalu Rami menangis terisak.

"Pa...Rami kangen. Kenapa papa gak pernah dateng ke mimpi Rami?" Dengan susah payah Rami menyelesaikan kalimatnya. Air mata Rami membasahi bahu pria itu.

"Maafkan papa" Pria itu mengusap-usap punggung anaknya. Lagi Rami melepaskan pelukannya.

"Tapi sekarang kita dimana pa?" Tanya Rami lagi sambil menoleh memastikan kembali tempat ini sebenarnya dimana.

Pria itu hanya tersenyum, dan menggandeng Rami berjalan untuk menyusuri taman tersebut. Lalu mereka duduk di bangku yang ada disana.

"Ini seperti tempat yang papa impikan. Taman indah di musim semi" Ucap Rami sambil memperhatikan lagi sekitarnya. Pria itu mengangguk dan mengusap kepala anaknya.

"Di negara kita tidak ada musim semi. Tapi saat kita liburan ke luar negeri papa selalu menunggu musim semi. Karena musim ini musim yang sangat indah. Musim dengan banyak energi positif"

Rami tersenyum dan menatap ayahnya, dia sangat menyukai apapun yang ada pada diri ayahnya. Ayahnya lah cinta pertama Rami.

"Eumm pa, apa aku udah mati?" Rami bertanya dengan polos. Pria itu menggeleng dan menggenggam tangan Rami.

"Belum"

"Tapi Rami suka disini, Rami mau sama papa aja, Rami mau ikut papa" Rami cemberut lucu dan menggandeng tangan pria itu dan bersandar pada bahunya.

"Belum waktunya kamu ikut papa, nanti kita akan bertemu lagi sayang" Ucap pria itu.

"Tapi kenapa?" Tanya Rami sambil menatap wajah teduh ayahnya.

"Karena belum waktunya kamu meninggalkan dunia, bukannya banyak orang yang masih ingin kamu temui?" Rami terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan ayahnya.

"Kembalilah, papa akan menunggumu disini" Lalu sinar terang menyilaukan pandangan Rami dan ia kembali terbangun. Namun kini diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis menempel pada tubuhnya.

Rami membuka alat bantu napas yang menutup hidung dan mulutnya. Iya melihat sekitar dan melihat adiknya yang tertidur di sofa ruang inap vip ini.

Wajah Rami pucat pasi, keringat mulai memenuhi wajahnya. Tiba-tiba ibunya masuk dan menyadari Rami telah sadar.

"Rami~ Ya Tuhan akhirnya kamu sadar nak" Ibu Rami langsung berlari memeluk anaknya yang masih diam berusaha memahami situasi.

"Udah berapa lama Rami di rawat ma?" Tanya Rami pelan pada sang ibu. Wanita itu melepaskan pelukannya.

FATE - RAMYEON & AURORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang