Chapter 13 : Perpisahan

631 97 34
                                    

.
.
.

Author Pov

Hari ini Rora ingin menemui Rami di rumah sakit, namun pikirannya dipenuhi kepingan memori yang terus berputar di kepala Rora. Kejadian itu begitu nyata hingga Rora tidak bisa mengabaikannya. Namun Rora tidak ingat kapan ia mengalami kejadian-kejadian tersebut.

Rora membereskan barang-barang dikamarnya yang sedikit berantakan karena ia belum sempat membereskannya. Namun saat tangannya tidak sengaja menyentuh cutter kembali puzzle ingatannya muncul. Seperti tersetrum Rora langsung menjauhkan tangannya dari cutter tersebut. Rora melihat pisau cutter yang sama tergeletak dengan banyak bercak darah disekitarnya, lalu tangan seseorang jatuh disamping pisau tersebut.

Rora melihat pisau itu ketakutan, ia menjauhkan pisau itu dan memegangi tangannya. Kepala Rora mulai pusing, ingatan random dan mimpi aneh yang dialami Rora membuatnya lelah.

Lalu Rora pun dikejutkan dengan dering smartphone miliknya. Ia mengambil smartphonenya dan muncul nama 'Ahyeon' disana.

"Halo Ahyeon" Rora mengangkat panggilan dari smartphonenya. Rora menyernyit saat hanya desahan dan isakan yang bisa ia dengar dari sebrang.

"Ahyeon, lu kenapa?" Lagi, tidak ada jawaban, hanya ada suara tangis yang dapat Rora dengar.

"Lu jangan bikin gue khawatir. Lu kenapa?" Rora tidak sabar, wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat khawatir sekarang.

"AHYEON" Karena tidak kunjung ada jawaban, akhirnya Rora hilang kesabaran dan tanpa sadar membentak Ahyeon. Panggilan itu pun langsung terputus.

"Halo, Ahyeon Ahyeon" Panggil Rora lagi, ia melihat layar smartphonenya dan benar Ahyeon memutus panggilan tersebut.

Rora menghela napas panjang dan ingin balik menghubungi Ahyeon namun notifikasi dari Rami menghentikannya.

From Rami 🖕

Aurora, tolong temui gue dipantai xxx. Dan jangan banyak tanya. Temui gue aja sekarang! Gue tunggu!

Setelah membaca pesan itu dengan cepat Rora menyambar cardigan dan berlari keluar kamarnya. Tanpa bertanya apa gerangan yang terjadi Rora meminta supirnya untuk mengantarkannya ke tempat yang dimaksud Rami.

Sementara dikediaman Ahyeon tampak sepi, hanya ada para pelayan yang sibuk dengan aktivitasnya. Albert, kakak laki-laki Ahyeon tanpa sadar berjalan kearah kamar adiknya. Keningnya mengerut saat mendapati pelayan adiknya mengetuk-ngetuk pintu kamar Ahyeon.

"Ada apa? Ahyeon kenapa?" Tanya Albert seraya menghampiri pelayan yang sudah mengurus Ahyeon sedari kecil.

"Ahh tuan muda. Nona Ahyeon belum makan dari pagi tuan. Saya khawatir Nona Ahyeon bisa sakit" Ucap wanita paruh baya itu sambil menunduk. Albert menghela napasnya, ia benci kenyataan jika adiknya itu sedang menyiksa dirinya sendiri.

Albert biasanya tidak memperdulikan apapun tentang Ahyeon. Namun akhir-akhir ini semuanya mengusik Albert. Ada perasaan aneh muncul saat Albert menyadari Ahyeon sering menyakiti dirinya sendiri.

"Pintunya dikunci?" Tanya Albert lagi dan wanita itu pun mengangguk.

"Ambil kunci cadangan sekarang!" Suruh Albert tegas, pelayan lain yang lebih muda langsung menunduk dan mengambil kunci cadangan.

Dengan gelisah Albert menunggu pelayan lain yang mengambil kunci. Pikirannya kalut, Albert takut Ahyeon menyakiti dirinya sendiri lebih dari yang lalu. Ya, Albert tau beberapa kali Ahyeon mencoba bunuh diri dari pelayan yang ada didepannya. Tentu dengan ancaman, karena awalnya seluruh pelayan yang mengurus Ahyeon bungkam.

FATE - RAMYEON & AURORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang