Delapan.

1.3K 141 56
                                    

Sebenarnya banyak sekali harapan yang Aksa pupuk hari ini, berharap bahwa harapan-harapan itu akan tumbuh seperti apa yang ia mau.

Tak munafik, Aksa menaruh rasa cinta terlalu besar pada seorang yang lebih muda darinya itu, pada seorang Airlangga Areksa yang baik, penuh perhatian, juga kasih sayang.

Itu dulu, sebab kini semua yang Air beri bukanlah untuknya, rumah yang Air tuju sudah berbeda.. tak apa, mungkin rumahnya yang lama tidak sehangat rumahnya yang baru, Aksa tak masalah sebab jika mempertahankan akan membuat lebih banyak lagi luka baru Aksa rela lepaskan Air nya.

Pagi ini Sangkara Aksa sudah siap, di cermin seukuran tubuh miliknya itu Aksa menatap dirinya lurus, katakan pada jiwa nya untuk kuat jalani hari bersama Air hari ini. Aksa mau buat perpisahannya sedikit menyenangkan dengan cara habiskan waktu di puncak seperti di awal tahun kedua hubungan mereka berjalan.

Napas di tarik dalam-dalam, lalu dibuang kan secara perlahan, ia lalu ketikan pesan pada Air bahwa dirinya sudah siap.

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Sepanjang perjalanan Aksa peluk tubuh Air, jujur Aksa begitu merindukan pemuda ini, pemuda yang sayangnya terus-terusan menyakitinya.

"Nanti sampe di puncak mau makan apa, by?"

"Pengen mie, sama yang manis-manis." Jawabnya, pelukan semakin Aksa eratkan, kepalanya bahkan sudah menyandar pada punggung lebar Air.

[END] Mati-matian | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang