Sepuluh.

2K 154 55
                                    

Btw.. kalau mulmed nya gak ke putar kalian denger sendiri saja lagunya ya.. Tawa - Nadin Amizah ♥️

.

"Pi, aku gak gila kan?" Pertanyaan ini Aksa tanyakan ketika dirinya berjalan bersama Papi menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan Om Tara.

Tawa Papi terdengar setelahnya, "Gak lah, Om Tara itu Dokter Psikolog, bukan Psikiater."

Aksa tak berikan reaksi berlebih atas jawaban tersebut, yang ia pikirkan adalah apa bedanya antara dua jenis yang Papi sebutkan tadi?

Tak berapa lama kemudian mereka sampai di depan pintu bercat kan putih, yang mana di depannya ada nama Om Tara.

Dr. Tara Ardana, M.Psi, M.Si

Mereka segera saja masuk, kedatangan keduanya di sambut hangat oleh Om Tara yang Aksa tahu adalah seorang laki-laki tampan, kulit putih bersih, matanya bulat, hidung mancung, dan satu yang paling Aksa suka dari laki-laki itu adalah bagaimana senyum ramahnya yang buat semua orang seakan terhipnotis dibuatnya.

"Astaga sudah sampai ya, ayo duduk.. duduk." Katanya sambil berdiri dan mempersilahkan keduanya untuk duduk.

"Apa kabar? Udah lama gak ketemu ya, aduh Aksa udah dewasa makin manis ya."

Yang mana Aksa tanggapi dengan sebuah senyum tipis.

"Untung kamu udah bilang dari jauh hari loh, Tam. Jadinya aku bisa kosongin jadwal ku."

"Iya, Tar, maafin ya jadinya ngerepotin begini." Kata Papi sambil tersenyum kecil.

"Ah gak dong, aku malah seneng kalau di kunjungi begini, udah lama gak ketemu soalnya, mau main gak sempet terus."

Keduanya kemudian tertawa, lalu setelahnya tidak tahu bagaimana Aksa sudah larut dalam obrolan yang Om Tara bawa.

Ia ceritakan semua keluh kesahnya, semua ketakutannya, semua sakit hati yang ia rasa, termasuk pada hal aneh yang terjadi ketika ia bertemu dengan sang mantan kekasih.

"Oke.. minggu depan kesini lagi ya, om mau denger lebih banyak lagi soal kisah kamu sama dia, oke?"

Senyuman itu Aksa bisa lihat begitu tulus, karena itu Aksa kemudian mengangguk untuk iya kan tawaran tersebut.

"Oh ya, Aksa. Makanan favorit kamu apa, ya?"

"Mochi, Om."

"Okay siap, noted. Sampai ketemu minggu depan ya, sayang." Om Tara usap pelan pipi Aksa sebelum Aksa juga Papi pamit untuk undur diri.

"Makasih banyak, Tar."

Tara lagi-lagi tersenyum lalu acungkan jempolnya pada sahabat satu-satunya yang ia sayangi ini.

"Aman aja." Katanya tanpa suara.

" Katanya tanpa suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] Mati-matian | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang