15 |

137 17 9
                                    

"Ngapain ke sini?" tanya Keenan tanpa ingin basa-basi.

Keisha mengerjap. Rasanya sungguh tak biasa mendengar Keenan menanyakan alasannya datang. Meski tampak sedikit bingung, gadis itu pada akhirnya tetap menjawab, "Keenan dari mana tadi?"

Sebelah alis Keenan sontak terangkat. Bukannya menjawab, Keisha justru balik bertanya. "Ketemu Dira," kata Keenan apa adanya.

Setelah itu, Keisha terdiam. Ia tak mengira jika Keenan masih sering bertemu dengan Dira, membuat hatinya terasa sedikit mengganjal, entah untuk alasan apa. Gadis itu tak lagi berani membalas tatapan Keenan. Ia pun mengalihkan tatapan matanya ke segala arah seraya sesekali membasahi bibir kecilnya.

"Jadi, ngapain ke sini?" tanya Keenan kembali mengulang pertanyaannya.

Keisha balik menatap Keenan sebentar, sebelum kembali mengedarkan tatapannya ke arah lain. "Nggak papa. Pengen ketemu Keenan aja."

Keenan samar tersenyum. "Bukannya terakhir lo bilang nggak mau ketemu gue?"

Keisha melirik singkat. "Kata siapa?"

Keenan pun mengedikkan bahunya tak acuh. Ia tau Keisha hanya tengah berpura-pura lupa.

"Keenan nggak kangen sama Kei?" tanya Keisha tiba-tiba, membuat Keenan seketika menyipit.

"Enggak," balas Keenan tanpa ekspresi. "Biasa aja."

"Oh." Keisha pun mengangguk. Mengetahui Keenan yang sepertinya sama sekali tak merindukannya, membuat gadis itu seketika urung mengatakannya. Ia memang datang ke rumah Keenan tanpa alasan selain merindukan lelaki tersebut. Di sisi lain, ia pun berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Keenan setelah perdebatan antara keduanya terakhir kali. Ia pun ingin sekali meminta penjelasan Keenan terkait banyak hal yang telah terjadi belakangan.

"Yaudah," kata Keisha lagi. Ia lantas kembali terdiam.

Sedangkan Keenan, ia hanya bersedekap seraya mengamati setiap perubahan ekspresi dan gelagat Keisha yang sepertinya tengah menahan diri sejak tadi. Keenan pun mendengkus pelan. "Kalo emang nggak ada lagi yang pengen lo omongin, mending lo pulang, keburu malem."

Keisha refleks mendongak. Apa Keenan baru saja mengusirnya?

"Lo pake apa tadi ke sini? Dianter?" tanya Keenan. "Gue pesenin ojol buat pulang."

Mendengarnya lantas membuat Keisha murung. Hal yang tentu tak luput dari penglihatan Keenan yang telah siap dengan ponsel pintarnya.

"Kenapa?" tanya Keenan lagi. Entah mengapa, mendengar cara bicara Keenan yang terkesan datar sejak tadi membuat Keisha kian menahan sesak dalam hatinya.

"Keisha nggak mau."

Keenan pun mengangkat sebelah alisnya singkat. "Nggak mau pake ojol?" Lelaki itu mendengkus. "Terus maunya apa? Dijemput Kevin?" tanya Keenan lagi yang tentu berhasil membuat Keisha merasa semakin jengkel.

"Kalo emang pengen sama Kevin, telfon aja sendiri," kata Keenan lagi. Raut ekspresinya tampak ogah dan masa bodo. Keenan yang biasanya suka melarang Keisha untuk dekat dengan Kevin pun sepertinya sudah tidak ada lagi. Membuat Keisha semakin yakin jika lelaki itu memang tak lagi memperdulikannya.

Setelah itu, Keenan berjalan kembali masuk ke dalam rumah. Ia bahkan tak mengatakan apapun lagi pada Keisha yang sudah kepalang kesal dengan mata yang memerah hingga sedikit berair. Keenan bahkan lantas menutup pintunya, seolah tak membiarkan Keisha untuk sekedar kembali masuk untuk berpamitan dengan Lely.

Keisha sungguh jengkel. Tapi apa boleh buat. Ia pun tak berhak merengek ataupun marah pada Keenan. Bukankah ia sendiri yang meminta Keenan untuk berhenti mencampuri urusannya? Pada akhirnya, Keisha memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki saja.

My Lovely FuckboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang