4 |

326 38 28
                                    

"Keenan marah?"

Keenan tak menggubris. Setelah berhasil memarkir mobilnya, ia pun segera keluar, mengabaikan Keisha yang kini tampak kebingungan akan sikapnya.

"Keenan, tunggu!" Keisha berseru. Ia pun lantas mengekori Keenan yang masih tampak tak acuh padanya. Sekeras apapun ia berusaha menyejajarkan langkahnya, tetap saja gadis itu tertinggal di belakang. "KEENAN!!!"

Tepat pada anak tangga ketiga, langkah Keenan terhenti. Lelaki itu terlihat menghela napas kasar sebelum kemudian berbalik menatap Keisha datar. "Apa lagi?"

"Keenan marah sama Kei?"

Keenan membuang napas kasar singkat. "Gue nggak suka pembohong, Kei."

"Keisha kan cuman sebel sama Keenan." Keisha memberengut.

"Ya tapi nggak gitu dong caranya." Lagi-lagi lelaki itu terdengar menghela napasnya pelan. "Kalo lo emang bosen, pengen pulang, ya lo tinggal ngomong aja ke gue. Pasti juga gue anter kok, nggak mungkin juga kan gue tega nyuruh lo pulang sendiri naik taksi malem-malem."

Keisha merunduk sedih. Ia tak pernah melihat Keenan semarah itu padanya. Ia memang mengakui bahwa dirinya salah karena telah berbohong pada Keenan mengenai perutnya yang sakit. Ia memang bosan dan sedikit merasa terabaikan, oleh karena itu ia berpura-pura sakit agar perhatian Keenan beralih padanya.

"Lo tau, seberapa paniknya gue tadi? Dan apa lo nggak mikirin Dira yang ngerasa nggak enak dan akhirnya milih buat pulang sendiri?"

"Ya itu kan bukan salah Keisha, Keenan! Lagian itu kan Kak Dira sendiri yang minta!"

Sebelumnya Dira memang menolak untuk pulang bersama mereka. Dira merasa tidak enak jika harus diantar oleh Keenan sedangkan letak rumahnya cukup terbilang jauh dan berlawanan arah. Ia merasa tidak enak jika harus membuat Keisha menahan rasa sakitnya lebih lama lagi.

"Ya itu karena dia nggak tega liat lo kesakitan kek tadi. Harusnya lo mikir dulu dong, Kei!" cecar Keenan sebelum Lely yang tiba-tiba datang menengahi keduanya.

"Keenan, kenapa kasar banget sih sama Kei?!"

"Ini kalian kenapa, sih? Dari tadi teriak-teriak mulu," tanya Lely sembari menghampiri Keisha yang segera menyambut Lely dan menghambur ke pelukannya.

"Tanyain aja tuh bocil kesayangan Mami, udah pinter boong dia!"

"Bener, Kei?" tanya Lely menatap Keisha yang lantas menggeleng pelan. "Keisha nggak maksud buat boong, Tante."

"Terus apa?" Keenan mendengkus. "Dari awal gue juga udah ngelarang lo kan buat ikut pergi? Tapi lo tetep aja kekeuh."

"Keisha kan bosen, Keenan! Lagian kalo Keenan nggak suka Keisha ikut, Keenan kan bisa kasih izin Keisha buat pergi sama Bara!"

"Terus, lo mau apa sama Bara?" Keenan mendelik. "Kalo lo sampe diapa-apain, siapa yang bakalan tanggung jawab? Lo itu nggak tau apa-apa, Kei."

"Keenan ... kok gitu sih ngomongnya?" Lely menyahut, berusaha meredakan pertikaian di antara keduanya.

"Kenapa sih Keenan nggak pernah percaya sama Kei?"

"Udah-udah. Kalian ini kenapa sih? Udah dong marah-marahannya," ucap Lely berusaha melerai dua remaja itu sambil mengusap-ngusap lengan Keisha yang sudah mulai memerah matanya.

"Lagian, kenapa si Keenan semarah itu sama Kei cuman gara-gara Kak Dira?" Gadis itu mulai terisak, tak mampu balas menatap Keenan yang menatapnya dingin. "Keenan suka sama Kak Dira?" tanya gadis itu pelan tanpa menatap lelaki yang ia tanya.

Untuk beberapa saat, Keenan hanya bergeming, terdiam menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Lelaki itu terdengar menghela napas panjang, berusaha meredam kekesalannya pada sikap Keisha malam ini. "Hari ini, Keisha tidur di rumah. Tante Lina sama Om Brama belum pulang. Mami temenin Keisha, ya?" ucap Keenan sebelum akhirnya berbalik dan melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamar miliknya.

My Lovely FuckboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang